Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

31 Juli 2015

Melihat Yesus di Awan Kehidupan

 http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/
“Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan.” (Wahyu 1:7)

DALAM Alkitab, awan-awan selalu dikaitkan dengan Allah. Awan-awan adalah dukacita, penderitaan atau situasi karena kemurahan Tuhan, di dalam atau diluar kehidupan pribadi kita, yang benar-benar tampak berkontradiksi dengan kedaulatan Allah.

Namun adalah melalui awan-awan ini Roh Allah mengajar kita cara berjalan dengan iman. Jika awan-awan tidak pernah ada dalam hidup kita, kita takkan mempunyai iman. “Awan adalah debu kaki-Nya” (Nahum 1:3). Awan-awan itu menandai bahwa Allah hadir.

Hanyalah penyataan (dari Allah) yang membuat kita dapat mengetahui bahwa dukacita, perkabungan dan penderitaan sebenarnya adalah awan-awan yang datang bersama Allah! Allah tidak dapat datang mendekati kita tanpa awan-awan — Dia tidak datang dalam langit cerah bersih tanpa awan.

Tidaklah benar untuk mengatakan bahwa Allah ingin mengajarkan sesuatu di dalam pencobaan kita. Melalui setiap awan yang didatangkan-Nya dijalan kita, Dia ingin kita belajar melupakan atau meninggalkan sesuatu.

Maksud Allah menggunakan awan ialah untuk ”menyederhanakan” kepercayaan kita sampai hubungan kita dengan Dia sama seperti yang ada pada seorang anak kecil — antara Allah dan jiwa saya sendiri, sedangkan orang lain hanya ”bayang-bayang” – tidak jadi yang pertama atau utama. Apabila orang lain masih yang jadi pertama dan utama dalam hidup kita, maka sesekali awan dan kegelapan akan menjadi bagian kita.

Apakah hubungan kita dengan Allah menjadi semakin sederhana dibanding sebelumnya?

Ada kaitan antara situasi “kemujuran yang aneh” (strange providential) yang diizinkan Allah dengan hal yang kita ketahui tentang Dia, dan kita harus belajar untuk mengertikan rahasia kehidupan menurut terang pengetahuan tentang Allah.

Sebelum kita dapat berhadapan langsung dengan fakta kehidupan yang terdalam dan paling gelap tanpa merusak pandangan kita tentang sifat Allah, maka kita sesungguhnya belum mengenal Dia.

“Ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka” (Lukas 9:34). Adakah orang lain kecuali Yesus dalam awan Anda? Jika demikian, keadaan akan menjadi semakin gelap sampai Anda masuk di tempat dimana ”tidak ada seorang pun, kecuali Yesus”.