(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XIII – Kamis, 2 Juli 2015)
Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Lalu dibawalah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni.” Mendengar itu, berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya, “Orang ini menghujat Allah.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata, “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah yang lebih mudah, mengatakan: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” – lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –, “Bangunlah, angkat tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Orang itu pun bangun lalu pulang. Melihat hal itu, orang banyak itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa seperti itu kepada manusia. (Mat 9:1-8)
Bacaan Pertama: Kej 22:1-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 116:1-6,8-9
Sepanjang kehidupan-Nya di depan publik, Yesus terus mencari kesempatan untuk mengajarkan pesan dan misi-Nya kepada umat manusia. Dalam banyak peristiwa, Yesus menunjukkan keilahian-Nya dengan memanifestasikan kuat-kuasa-Nya atas sakit-penyakit tubuh manusia, artinya penyakit fisik. Namun seringkali secara bersamaan Dia juga menunjukkan kuasa-Nya dan keprihatinan-Nya atas sakit-penyakit yang bukan fisik, artinya yang menyangkut jiwa dan roh.
Yesus memakai setiap kesempatan untuk menunjukkan kepada para pengikut-Nya bahwa Dia memiliki kuasa ilahi atas dosa. Yesus ingin agar para murid-Nya itu mengetahui bahwa Dia dapat mengampuni dosa-dosa dari diri-Nya sendiri.
Salah satu peristiwa itu tercatat dalam bacaan Injil hari ini. Seorang lumpuh dibawa ke hadapan-Nya. Yesus melihat iman orang itu dan iman mereka yang membawa dia, dan langsung saja Dia berkata, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni” (Mat 9:2).
Mendengar kata-kata Yesus itu, beberapa orang ahli Taurat – dalam hati mereka – menuduh Yesus menghujat Allah (Mat 9:3). Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah yang lebih mudah, mengatakan: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi sypaya kamu tahu bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Mat 9:4-6). Lalu berkatalah Yesus kepada orang lumpuh itu,“Bangunlah, angkat tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” (Mat 9:6). Yesus menunjukkan kepada orang-orang yang hadir bahwa diri-Nya memiliki kuasa ilahi untuk menyembuhkan orang lumpuh itu secara instan, dan bahwa Dia juga memiliki kuasa untuk mengampuni dosa-dosa manusia. Keduanya membutuhkan kuasa ilahi.
Sesungguhnya adalah sesuatu yang menghibur ketika kita mengetahui bahwa Yesus Kristus memiliki kuasa untuk mengampuni dan Ia memberikan kuasa (mendelegasikan wewenang) ini kepada Petrus dan para Rasul-Nya yang lain serta para penerus mereka. Pada hari Minggu Paskah pertama, Yesus menampakkan diri-Nya di tengah-tengah para murid dalam sebuah ruang terkunci, dan Ia berkata, “Damai sejahtera bagi kamu”, kemudian menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada. Perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang telah bangkit ini mendatangkan sukacita bagi para murid-Nya (lihat Yoh 20:19-20). Lalu kata Yesus sekali lagi, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata,“Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh 20:21-23). Sejak hari itu, sampai hari ini dan selanjutnya, Gereja mempraktekkan kuasa yang indah ini melalui pelayanan para imam tertahbis dalam Sakramen Rekonsiliasi.
Sekarang, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita sungguh menghargai Sakramen Rekonsiliasi atau Sakramen Tobat ini. Apakah kita tidak melihat sakramen ini sebagai suatu peristiwa di mana Tuhan Yesus Kristus menggunakan kuasa-Nya untuk melakukan penyembuhan spiritual?
Bacaan Pertama: Kej 22:1-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 116:1-6,8-9
Sepanjang kehidupan-Nya di depan publik, Yesus terus mencari kesempatan untuk mengajarkan pesan dan misi-Nya kepada umat manusia. Dalam banyak peristiwa, Yesus menunjukkan keilahian-Nya dengan memanifestasikan kuat-kuasa-Nya atas sakit-penyakit tubuh manusia, artinya penyakit fisik. Namun seringkali secara bersamaan Dia juga menunjukkan kuasa-Nya dan keprihatinan-Nya atas sakit-penyakit yang bukan fisik, artinya yang menyangkut jiwa dan roh.
Yesus memakai setiap kesempatan untuk menunjukkan kepada para pengikut-Nya bahwa Dia memiliki kuasa ilahi atas dosa. Yesus ingin agar para murid-Nya itu mengetahui bahwa Dia dapat mengampuni dosa-dosa dari diri-Nya sendiri.
Salah satu peristiwa itu tercatat dalam bacaan Injil hari ini. Seorang lumpuh dibawa ke hadapan-Nya. Yesus melihat iman orang itu dan iman mereka yang membawa dia, dan langsung saja Dia berkata, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni” (Mat 9:2).
Mendengar kata-kata Yesus itu, beberapa orang ahli Taurat – dalam hati mereka – menuduh Yesus menghujat Allah (Mat 9:3). Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah yang lebih mudah, mengatakan: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi sypaya kamu tahu bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Mat 9:4-6). Lalu berkatalah Yesus kepada orang lumpuh itu,“Bangunlah, angkat tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” (Mat 9:6). Yesus menunjukkan kepada orang-orang yang hadir bahwa diri-Nya memiliki kuasa ilahi untuk menyembuhkan orang lumpuh itu secara instan, dan bahwa Dia juga memiliki kuasa untuk mengampuni dosa-dosa manusia. Keduanya membutuhkan kuasa ilahi.
Sesungguhnya adalah sesuatu yang menghibur ketika kita mengetahui bahwa Yesus Kristus memiliki kuasa untuk mengampuni dan Ia memberikan kuasa (mendelegasikan wewenang) ini kepada Petrus dan para Rasul-Nya yang lain serta para penerus mereka. Pada hari Minggu Paskah pertama, Yesus menampakkan diri-Nya di tengah-tengah para murid dalam sebuah ruang terkunci, dan Ia berkata, “Damai sejahtera bagi kamu”, kemudian menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada. Perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang telah bangkit ini mendatangkan sukacita bagi para murid-Nya (lihat Yoh 20:19-20). Lalu kata Yesus sekali lagi, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata,“Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh 20:21-23). Sejak hari itu, sampai hari ini dan selanjutnya, Gereja mempraktekkan kuasa yang indah ini melalui pelayanan para imam tertahbis dalam Sakramen Rekonsiliasi.
Sekarang, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita sungguh menghargai Sakramen Rekonsiliasi atau Sakramen Tobat ini. Apakah kita tidak melihat sakramen ini sebagai suatu peristiwa di mana Tuhan Yesus Kristus menggunakan kuasa-Nya untuk melakukan penyembuhan spiritual?
DOA:
Tuhan Yesus, kami ingin mengenal Engkau lebih mendalam lagi dan menjadi lebih dekat lagi dengan diri-Mu. Terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah menyerahkan hidup-Mu sendiri agar kami dapat memperoleh kehidupan bersama Engkau dan Bapa surgawi selama-lamanya. Kami memuliakan Engkau, karena Engkau sendirilah yang dapat membebas-merdekakan kami dari dosa.
Amin.