Kabar itu telah sampai pada telinga gurunya dan membuatnya begitu bersedih hati. Sang guru tidak pernah mengajari setiap muridnya untuk menyombongkan diri. Suatu kali sang guru meminta pemuda itu untuk menemuinya.
Apakah guru akan mengajarkan saya teknik memanah yang lebih hebat?
Panahlah kelopak bunga yang ada di atas pohon itu.
Adakah yang lebih sulit?
Sang guru mengeluarkan kain dari sakunya dan mulai menutup kedua matanya. Pemanah itu tersenyum getir namun ia harus melakukannya. Dan benar saja bahwa panahnya melesat tanpa mengenai kelopak bunga itu.
Tanpa mata kau tak bisa memanah dengan baik. Maka jangan jadikan sebagai kesombongan. Bersyukurlah atas apa yang kau miliki.
Kesombongan kerap menjadi senjata untuk menghancurkan kehidupan kita. Apa yang bisa kita banggakan dalam dunia ini? Kepandaian? Jabatan? Uang? Atau bahkan tubuh yang kuat? Semua bisa lenyap seketika dan saat kita tak berdaya, maka tak akan ada seorangpun yang peduli.
Orang yang kurang ajar dan sombong pencemooh namanya,
ia berlaku dengan keangkuhan yang tak terhingga.
(Amsal 21:24)