Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

28 Juli 2015

Maksud Tujuan Allah atau Saya?

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

“Yesus segera mendesak murid-murid-Nya naik keperahu dan 
berangkat lebih dahulu ke seberang,…” 
(Markus 6:45)

KITA cenderung berpikir bahwa jika Yesus Kristus mendesak kita melakukan sesuatu dan kita taat kepada-Nya, maka Dia akan mengantar kita kepada sukses besar. Kita jangan sekali-kali berpikir bahwa impian keberhasilan merupakan maksud tujuan Allah bagi kita.

Faktanya, maksud tujuan-Nya mungkin justru sebaliknya. Kita berpikir bahwa Allah menuntun kita ke suatu tujuan tertentu atau sasaran yang diinginkan, tetapi nyatanya tidak.

Pertanyaan apakah kita berhasil sampai pada suatu tujuan tertentu, adalah kurang penting. Apa yang kita sebut sebagai proses untuk mencapai tujuan tertentu, Allah melihatnya sebagai tujuan itu sendiri.

Apakah visi saya tentang maksud tujuan Allah bagi saya? Apa pun itu, maksud tujuan-Nya ialah agar saya bergantung kepada-Nya dan pada kuasa-Nya sekarang. Jika saya dapat tetap tenang, setia dan tidak bimbang di tengah-tengah huru-hara kehidupan, maka sasaran maksud tujuan Allah sedang dipenuhi di dalam diri saya.

Allah kenyataannya tidak bekerja ke arah suatu finish atau tujuan akhir tertentu — maksud-tujuan-Nya ialah proses itu sendiri. Apa yang diinginkan-Nya bagi saya ialah agar saya melihat “Dia berjalan di atas air” yang tak tampak tepiannya, tidak ada tepian keberhasilan ataupun sasaran yang terlihat jelas, tetapi hanyalah kepastian mutlak bahwa segala sesuatu akan beres karena saya melihat “Dia yang berjalan di atas air” (Markus 6:49). Proses inilah, bukan hasilnya, yang memuliakan Allah.

Pelatihan (dari) Allah dimaksudkan untuk sekarang, saat ini, bukan suatu waktu kemudian. Maksud-Nya adalah untuk saat ”menit” ini, bukan suatu waktu kelak. Kita tidak punya urusan dengan apa (yang terjadi) selanjutnya setelah ketaatan, dan kita keliru jika memusingkan diri dengan hal itu. Apa yang disebut orang sebagai persiapan, Allah melihatnya sebagai sasaran itu sendiri.

Maksud tujuan Allah adalah untuk memampukan saya melihat bahwa Dia dapat berjalan dalam badai kehidupan saya sekarang juga. Apabila kita mempunyai suatu sasaran lebih lanjut dalam benak kita, maka kita tidak akan cukup perhatian terhadap yang ada saat ini. Namun, jika kita menyadari bahwa ketaatan saat demi saat merupakan sasaran (gol) kita, maka setiap saat yang ada menjadi berharga.