Keluarga Besar Fransiskan: Pesta S. Bonaventura, Uskup-Pujangga Gereja
Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat TUHAN (YHWH) menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata: “Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?” Ketika dilihat YHWH, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: “Musa, Musa!” dan ia menjawab: “Ya, Allah.” Lalu Ia berfirman: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.” Lagi Ia berfirman: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.” Tetapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Lalu firman-Nya: “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.” (Kel 3:1-6,9-12)
Mazmur Tanggapan: Mzm 103:1-4,6-7; Bacaan Injil: Mat 11:25-27
Pada suatu hari, Musa – seperti biasanya – melakukan pekerjaan rutinnya di Midian, yaitu menggembalakan kawanan kambing domba milik Yitro, mertuanya. Selagi Musa melakukan pekerjaannya di gunung Horeb, Allah menyatakan diri-Nya secara luarbiasa dan menakjubkan. Musa melihat semak duri yang menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa menyimpang dari jalannya guna memeriksa penglihatan hebat yang dialaminya. Pada saat itulah Allah berseru kepadanya: “Musa, Musa. …… Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub” (Kel 3:4,6).
Pada hari itu, Allah tidak lagi Sang Mahapencipta, Sang Mahakuasa yang tinggal jauh nun di sana, tetapi sebagai Allah yang dikenal oleh para leluhur Musa. Allah ini, yang setelah sekian lama begitu remote, … terasa jauh, sekarang berbicara langsung kepada Musa dan memanggilnya untuk ikut ambil bagian dalam membuka rencana-Nya. Allah ini, yang mempesona, agung, dan pantas ditakuti, menunjukkan diri-Nya juga sebagai Allah yang mendengar dan menjawab doa-doa umat-Nya (Kel 3:9-10). Ia juga bersabda kepada Musa yang tidak-percaya-diri dan ragu-ragu: “Bukankah Aku akan menyertai engkau?” (Kel 3:12).
Allah adalah Pencipta alam semesta, Dia adalah Allah Yang Mahalain, yang tak pernah akan dapat digambarkan secara 100% tepat oleh bahasa manusia. Kehadiran Allah adalah seperti nyala api yang berkobar-kobar. Keagungan-Nya menjulang tinggi jauh di atas kita. Dalam kuasa-Nya, Allah sangat menakjubkan. Keadilan-Nya bersifat mutlak. Namun sebagai sebagai Bapa umat manusia, belas kasih-Nya dan cintakasih-Nya tercurah tanpa henti. Dia mendengar seruan umat-Nya dan membebaskan mereka. Nama-Nya yang kekal-abadi, “Aku adalah Aku yang ada” (“AKU ADALAH AKU”; “AKULAH AKU”; Kel 3:14), sebenarnya juga disampaikan-Nya kepada setiap orang sebagai kesempatan untuk memasuki relasi pribadi yang mendalam dengan diri-Nya.
Pada hari ini pun Allah masih ingin menyatakan diri-Nya kepada kita sekalian. Marilah kita melihat ke sekeliling kita dan mencari “semak duri yang menyala” dalam hidup kita. Marilah kita mencari Dia dalam tempat-tempat seperti itu. Di mana kita (anda dan saya) melihat Allah menyatakan diri-Nya? Marilah kita berhenti sejenak dari rutinitas kita dan marilah kita menanggapi apa yang kita lihat sedang dilakukan oleh Allah. Mari kita mengenali “tanah yang kudus” dan menunggu di sana kehadiran Allah yang menakjubkan. Marilah kita memberikan telinga kita bagi Allah yang mendengar seruan umat-Nya. Marilah kita mempersembahkan diri kita sendiri sebagai tanggapan terhadap panggilan-Nya.
DOA:
Allah, kehadiran-Mu bagaikan semak berduri yang menyala berkobar-kobar, nyala api yang membersihkan, memurnikan. Sentuhlah kami pada hari ini dengan api kasih-Mu. Pimpinlah kami ke “tanah yang kudus” dan nyatakanlah hasrat hati-Mu kepada kami. Kami hanyalah bejana-bejana tanah liat, namun Engkau dapat membuat diri kami masing-masing menjadi sebuah bejana rahmat. Bentuklah kami, dan pakailah kamu untuk melaksanakan kehendak-Mu.
Amin.