Keluarga Besar Fransiskan: Pesta S. Laurensius dr Brindisi, Imam dan Pujangga Gereja
Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Lalu seorang berkata kepada-Nya, “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi jawab Jesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya, “Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku.” (Mat 12:46-50)
Bacaan Pertama: Kel 14:21-15:1; Mazmur Tanggapan: Kel 15:8-10,12,17
Marilah kita membayangkan sejenak apa yang terjadi seturut bacaan Injil hari ini. Banyak orang berkumpul di sekeliling Yesus untuk mendengar apa yang akan/sedang dikatakan oleh rabi dari Nazaret ini, walaupun mereka tidak selalu memahami perumpamaan-perumpamaan-Nya. Kemudian, muncullah Ibu Maria dan saudara-saudara Yesus, dan karena padatnya orang-orang yang berkumpul di situ, mereka tidak dapat mendekati Yesus. Jadi, tidak mengherankanlah apabila ada orang yang memberitahukan kepada Yesus: “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau” (Mat 12:47). Jawab Yesus: “Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?” (Mat 12:48). Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, “Inilah ibu-ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku” (Mat 12:49).
Itulah jawaban Yesus ketika Dia mendengar bahwa ibu-Nya dan para anggota keluarga-Nya yang lain mencoba untuk datang kepada-Nya melalui kerumunan orang banyak. Apakah kiranya yang dimaksudkan Yesus dengan jawaban-Nya itu? Apakah ini berarti bahwa Yesus tidak merasa peduli pada ibu dan keluarga-Nya? Tentu saja tidak! Siapa yang lebih baik dalam memahami kata-kata Yesus itu selain Maria, yang memiliki hasrat tetap untuk melakukan kehendak Bapa surgawi (lihat Luk 1:38)?
Memang pada awalnya kita dapat memperoleh kesan bahwa kata-kata Yesus itu “keras” dan bernada “merendahkan”, Namun Yesus sama sekali tidak bermaksud untuk merendahkan ikatan kekeluargaan-Nya atau mengkritisi ibunda-Nya. Pada kenyataannya, Yesus memuji Maria tidak hanya sebagai ibu yang melahirkan-Nya, melainkan juga sebagai seseorang yang sungguh-sungguh telah mendengarkan sabda Allah dan melakukan kehendak-Nya (lihat Luk 1:38; bdk. Mat 12:50).
Matius tidak mencatat apa yang dilakukan oleh Yesus selanjutnya, namun akal sehat kita mengatakan bahwa tentulah Dia menyambut ibu dan saudara-saudara-Nya, kalau pun tidak langsung pada saat mengajar orang banyak itu. Bagi Yesus, menempatkan orang-orang lain sebagai lebih penting daripada keluarga-Nya sendiri sebenarnya bertentangan dengan yang kita ketahui sebagai benar tentang Allah dan juga melawan seluruh ajaran tentang keluarga yang terdapat dalam Kitab Suci (bacalah “Sepuluh Perintah Allah”, khususnya Kel 20:12).
Dalam tanggapan-Nya, Yesus menyatakan bahwa “mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” akan menjadi dekat dengan Yesus seperti para anggota keluarga-Nya sendiri. Ini adalah sebuah janji pengharapan dan sukacita. Kita sendiri dapat mempunyai keintiman yang sama dengan Yesus, kedekatan yang sama, dan relasi kasih yang sama seperti yang dimiliki-Nya dengan ibu dan semua anggota keluarga-Nya. Kita bukan hanya akan menjadi dekat dengan Yesus, melainkan juga – seperti halnya dengan setiap keluarga – kita pun mulai semakin serupa dengan Dia. Kita akan mengambil oper karakter-Nya dan mulai berpikir dan bertindak seperti Yesus. Ini adalah janji bagi kita yang berdiam dalam sabda Allah dan senantiasa berupaya untuk mewujudkan sabda-Nya menjadi tindakan nyata.
Bacaan Pertama: Kel 14:21-15:1; Mazmur Tanggapan: Kel 15:8-10,12,17
Marilah kita membayangkan sejenak apa yang terjadi seturut bacaan Injil hari ini. Banyak orang berkumpul di sekeliling Yesus untuk mendengar apa yang akan/sedang dikatakan oleh rabi dari Nazaret ini, walaupun mereka tidak selalu memahami perumpamaan-perumpamaan-Nya. Kemudian, muncullah Ibu Maria dan saudara-saudara Yesus, dan karena padatnya orang-orang yang berkumpul di situ, mereka tidak dapat mendekati Yesus. Jadi, tidak mengherankanlah apabila ada orang yang memberitahukan kepada Yesus: “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau” (Mat 12:47). Jawab Yesus: “Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?” (Mat 12:48). Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, “Inilah ibu-ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku” (Mat 12:49).
Itulah jawaban Yesus ketika Dia mendengar bahwa ibu-Nya dan para anggota keluarga-Nya yang lain mencoba untuk datang kepada-Nya melalui kerumunan orang banyak. Apakah kiranya yang dimaksudkan Yesus dengan jawaban-Nya itu? Apakah ini berarti bahwa Yesus tidak merasa peduli pada ibu dan keluarga-Nya? Tentu saja tidak! Siapa yang lebih baik dalam memahami kata-kata Yesus itu selain Maria, yang memiliki hasrat tetap untuk melakukan kehendak Bapa surgawi (lihat Luk 1:38)?
Memang pada awalnya kita dapat memperoleh kesan bahwa kata-kata Yesus itu “keras” dan bernada “merendahkan”, Namun Yesus sama sekali tidak bermaksud untuk merendahkan ikatan kekeluargaan-Nya atau mengkritisi ibunda-Nya. Pada kenyataannya, Yesus memuji Maria tidak hanya sebagai ibu yang melahirkan-Nya, melainkan juga sebagai seseorang yang sungguh-sungguh telah mendengarkan sabda Allah dan melakukan kehendak-Nya (lihat Luk 1:38; bdk. Mat 12:50).
Matius tidak mencatat apa yang dilakukan oleh Yesus selanjutnya, namun akal sehat kita mengatakan bahwa tentulah Dia menyambut ibu dan saudara-saudara-Nya, kalau pun tidak langsung pada saat mengajar orang banyak itu. Bagi Yesus, menempatkan orang-orang lain sebagai lebih penting daripada keluarga-Nya sendiri sebenarnya bertentangan dengan yang kita ketahui sebagai benar tentang Allah dan juga melawan seluruh ajaran tentang keluarga yang terdapat dalam Kitab Suci (bacalah “Sepuluh Perintah Allah”, khususnya Kel 20:12).
Dalam tanggapan-Nya, Yesus menyatakan bahwa “mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” akan menjadi dekat dengan Yesus seperti para anggota keluarga-Nya sendiri. Ini adalah sebuah janji pengharapan dan sukacita. Kita sendiri dapat mempunyai keintiman yang sama dengan Yesus, kedekatan yang sama, dan relasi kasih yang sama seperti yang dimiliki-Nya dengan ibu dan semua anggota keluarga-Nya. Kita bukan hanya akan menjadi dekat dengan Yesus, melainkan juga – seperti halnya dengan setiap keluarga – kita pun mulai semakin serupa dengan Dia. Kita akan mengambil oper karakter-Nya dan mulai berpikir dan bertindak seperti Yesus. Ini adalah janji bagi kita yang berdiam dalam sabda Allah dan senantiasa berupaya untuk mewujudkan sabda-Nya menjadi tindakan nyata.
DOA:
Tuhan Yesus, Engkau menjanjikan kepada kami suatu relasi yang intim dan penuh kasih dengan diri-Mu. Tolonglah kami agar dapat mengalami kasih-Mu selagi kami menjalani hari-hari kehidupan kami untuk melakukan kehendak Allah.
Yesus, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu.
Amin.