Ada seorang pesulap yang sedang melakukan atraksi berbahaya. Pesulap itu akan berjalan pada sebuah tali yang dibentangkan di atas jurang. Ada banyak orang yang menyaksikan atraksi pesulap itu. Semua orang percaya bahwa pesulap akan dapat menyebrangi jurang itu dengan baik. Dan ternyata memang benar bahwa pesulap mampu melakukannya.
Kali ini pesulap membawa sebuah gerobak dan meminta salah satu penonton yang bersedia untuk duduk pada gerobak miliknya dan menyeberang bersamanya. Tidak ada seorangpun yang bersedia keculai seorang anak kecil.
“Kalian percaya bahwa aku mampu menyeberangi jurang?” tanya pesulap.
“Percayaaaaaaaa!” seru penonton.
“Apa kalian percaya bahwa aku mampu membawa kalian untuk bisa menyeberangi jurang dengan gerobak?” pesulap bertanya kembali namun tak ada yang berani menjawab.
Semua orang mulai meragukan keselamatan dirinya masing-masing. Namun ketika pesulap itu berhasil menyeberangi jurang bersama seorang anak kecil di dalam gerobaknya, barulah semua orang berseru heran.
“Siapakah orang tua anak itu sehingga merelakan anaknya dlam bahaya?” tanya seorang penonton.
“Saya percaya pada pesulap itu karena dia adalah Ayah saya.”
Banyak orang yang percaya namun hanya sedikit yang beriman. Seperti anak kecil tersebut yang yakin bahwa Ayahnya tidak akan pernah mencelakakan dirinya. Iman itu tidak hanya percaya namun juga harus ditunjukkan dengan perbuatan, sebab iman tidak akan bisa bekerja tanpa perbuatan nyata.
Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
(Yakobus 2:26)