Sesudah itu Yesus meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya, “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” Ia menjawab, “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan sedangkan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Jadi, seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyebabkan orang berdosa dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 13:36-43)
Bacaan Pertama: Kel 33:7-11;34:5-9,28; Mazmur Tanggapan: Mzm 103:6-13
Bacaan Injil hari ini adalah penjelasan Yesus atas “perumpamaan tentang lalang di antara gandum” (Mat 13:24-30). Perumpamaan ini hanya terdapat dalam Injil Matius. Dalam hal pelajaran-pelajaran yang diberikan maka ini adalah salah satu perumpamaan yang paling praktis yang pernah diajarkan oleh Yesus.
Bacaan Pertama: Kel 33:7-11;34:5-9,28; Mazmur Tanggapan: Mzm 103:6-13
Bacaan Injil hari ini adalah penjelasan Yesus atas “perumpamaan tentang lalang di antara gandum” (Mat 13:24-30). Perumpamaan ini hanya terdapat dalam Injil Matius. Dalam hal pelajaran-pelajaran yang diberikan maka ini adalah salah satu perumpamaan yang paling praktis yang pernah diajarkan oleh Yesus.
Perumpamaan ini mengajar kita bahwa selalu akan ada suatu kekuasaan jahat di dalam dunia, yang berupaya dan menantikan saatnya untuk menghancurkan benih yang baik. Dari pengalaman dapat dilihat adanya dua jenis pengaruh yang bekerja dalam kehidupan kita. Yang pertama adalah pengaruh yang menolong benih-benih dunia menjadi subur dan bertumbuh, dan yang kedua adalah pengaruh yang berupaya untuk menghancurkan benih yang baik, bahkan sebelum benih itu dapat menghasilkan buah.
Perumpamaan ini mengajar kita betapa sulit untuk membedakan antara mereka yang ada dalam Kerajaan dan mereka yang tidak. Seorang pribadi manusia dapat kelihatan baik namun faktanya dia buruk. Sebaliknya, seseorang dapat kelihatan jelek/buruk namun pada kenyataannya dia baik. Kita terlalu cepat mengklasifikasikan orang-orang dan memberi mereka “label” baik atau buruk tanpa mengetahui semua fakta.
Perumpamaan ini mengajar kita untuk tidak cepat-cepat menilai/menghakimi orang. Apabila para penuai bekerja menurut kehendak mereka sendiri, maka mereka akan langsung saja mencoba untuk mencabut lalang, dengan demikian mereka akan mencabut juga gandum yang ada. Penghakiman harus menanti saat tuaian. Seorang pribadi manusia pada akhirnya akan dihakimi, tidak oleh satu-dua tindakannya semasa hidupnya, melainkan oleh keseluruhan hidupnya. Penghakiman baru dapat terlaksana pada titik akhir. Seseorang dapat saja membuat suatu kesalahan besar, kemudian menyesali perbuatannya itu, dan oleh rahmat Allah dia melakukan pertobatan yang membuat sisa hidupnya menjadi sebuah persembahan yang indah bagi Allah. Sebaliknya, seseorang dapat saja menjalani hidup saleh, namun kemudian mengalami kehancuran hidup disebabkan keruntuhan akhlak serta kejatuhan-nya ke dalam jurang dosa. Tidak ada seorang pun yang hanya melihat sebagian saja dari satu keseluruhan dapat memberi penilaian atas keseluruhan tersebut. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hanya sebagian saja dari kehidupan seseorang dapat memberi penilaian atas keseluruhan pribadi orang tersebut.
Perumpamaan ini mengajar bahwa penghakiman datang pada titik akhir. Penghakiman tidak datang dengan tergesa-gesa, tetapi pasti datang. Berbicara secara manusiawi, seseorang dapat saja seorang pendosa menghindari konsekuensi-konsekuensi dosanya, namun ada kehidupan yang akan datang. Berbicara secara manusiawi, kebaikan tidak pernah kelihatan akan memperoleh ganjarannya, tetapi ada sebuah dunia baru untuk memperbaiki ketidakseimbangan di masa lampau.
Perumpamaan ini mengajar bahwa satu-satunya Pribadi yang berhak untuk menghakimi adalah Allah. Allah saja-lah yang dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Hanya Allah-lah yang melihat semua aspek/bagian dari seorang manusia dan seluruh kehidupannya. Hanya Allah-lah yang dapat menghakimi.
Dengan demikian, pada akhirnya dapat dikatakan bahwa perumpamaan ini mempunyai dwifungsi:
- Sebagai peringatan agar kita tidak menghakimi orang lain; dan
- Sebagai peringatan bahwa pada akhirnya datanglah penghakiman dari Allah sendiri.
DOA:
Tuhan Yesus, kami berterima kasih penuh syukur kepada-Mu karena Engkau mengingatkan lagi kepada kami ajaran-Mu yang menekankan bahwa kami tidak boleh menghakimi orang lain. Penghakiman adalah hak Bapa surgawi semata.
Amin.