(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Alfonsus Maria de Liguori, Uskup- Pujangga Gereja – Sabtu, 1 Agustus 2015)
Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya, “Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya.” Memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, istri Filipus saudaranya. Karena Yohanes berkali-kali menegurnya, katanya, “Tidak boleh engkau mengambil Herodias!” Walaupun Herodes ingin membunuhnya, ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyenangkan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. Setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata, “Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di atas sebuah piring.” Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala itu pun dibawa orang di sebuah piring besar, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus. (Mat 14:1-12)
Bacaan Pertama: Im 25:1,8-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 67:2-3,5,7-8
Seperti dalam Injil Markus (Mrk 6:17-29), dalam bacaan Injil hari ini Matius menghubungkan kematian Yohanes Pembaptis sebagai semacam suatu “tanda kurung” (Inggris: parenthesis) dalam keseluruhan cerita tentang Yesus.
Kita mengetahui bahwa Yohanes Pembaptis adalah pribadi yang kuat dalam hal keutamaan -keutamaan. Orang kudus ini tidak takut untuk berkonfrontasi dengan orang-orang berkuasa yang memang mempunyai kesalahan-kesalahan. Karena dituduh oleh Yohanes Pembaptis bahwa dia hidup dalam perzinahan, Herodes Antipas ingin membunuhnya, namun dia merasa takut karena orang banyak menyukai Yohanes Pembaptis dan memandangnya sebagai seorang nabi. Namun, secara sangat tidak adil Herodes memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Yohanes dan memenjarakannya.
Bacaan Pertama: Im 25:1,8-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 67:2-3,5,7-8
Seperti dalam Injil Markus (Mrk 6:17-29), dalam bacaan Injil hari ini Matius menghubungkan kematian Yohanes Pembaptis sebagai semacam suatu “tanda kurung” (Inggris: parenthesis) dalam keseluruhan cerita tentang Yesus.
Kita mengetahui bahwa Yohanes Pembaptis adalah pribadi yang kuat dalam hal keutamaan -keutamaan. Orang kudus ini tidak takut untuk berkonfrontasi dengan orang-orang berkuasa yang memang mempunyai kesalahan-kesalahan. Karena dituduh oleh Yohanes Pembaptis bahwa dia hidup dalam perzinahan, Herodes Antipas ingin membunuhnya, namun dia merasa takut karena orang banyak menyukai Yohanes Pembaptis dan memandangnya sebagai seorang nabi. Namun, secara sangat tidak adil Herodes memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Yohanes dan memenjarakannya.
Herodes adalah seorang pribadi yang lemah. Dia takut. Pada titik puncak nafsu badaniah dan kenikmatannya, dia menjadi tidak bijak. Ia menjanjikan kepada anak tirinya (anak perempuan dari Herodias), Salome, apa saja yang ia minta, dan hal ini ditegaskan dengan sumpahnya dan disaksikan oleh semua tamu undangan yang hadir. Kebodohan ini membuat Herodes berada dalam suatu dilema yang mendalam dan menyulitkan. Ia merasa takut dan dihantui oleh perasaan waswas/khawatir. Apa yang akan dikatakan orang-orang? Akan tetapi dia lebih malu lagi untuk membatalkan sikap dan kata-kata bodoh yang diucapkannya, sumpahnya, … karena para tamunya. Hal inilah yang menjadi pemicu peristiwa pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis !
Di sini kita melihat contoh-contoh dari seorang kuat yang memiliki karakter lemah. Yohanes Pembaptis berdiri tegak membela apa yang dipercayainya tanpa mempedulikan segala konsekuensinya. Herodes Antipas adalah bagaikan buluh yang digoyang ke kanan dan ke kiri oleh tiupan angin duniawi.
Dunia senantiasa berupaya untuk menggoncang para murid Kristus ke sana ke mari. Hidup seturut moral Kristiani yang sejati sungguh menjadi sangat tidak populer. Sebaliknyalah moralitas kenyamanan serta kenikmatan yang baru. Hanya yang kuatlah yang akan bertahan hidup seturut ajaran-ajaran Kristus. Namun kita tidak boleh berputus asa. Walaupun kita menyadari bahwa kita sebenarnya manusia lemah, kita dapat menjadi kuat dengan kekuatan Kristus dan kuat-kuasa Roh Kudus.
Di sini kita melihat contoh-contoh dari seorang kuat yang memiliki karakter lemah. Yohanes Pembaptis berdiri tegak membela apa yang dipercayainya tanpa mempedulikan segala konsekuensinya. Herodes Antipas adalah bagaikan buluh yang digoyang ke kanan dan ke kiri oleh tiupan angin duniawi.
Dunia senantiasa berupaya untuk menggoncang para murid Kristus ke sana ke mari. Hidup seturut moral Kristiani yang sejati sungguh menjadi sangat tidak populer. Sebaliknyalah moralitas kenyamanan serta kenikmatan yang baru. Hanya yang kuatlah yang akan bertahan hidup seturut ajaran-ajaran Kristus. Namun kita tidak boleh berputus asa. Walaupun kita menyadari bahwa kita sebenarnya manusia lemah, kita dapat menjadi kuat dengan kekuatan Kristus dan kuat-kuasa Roh Kudus.
DOA:
Ya Tuhan Allah, tolonglah kami agar mau dan mampu mendengarkan dengan penuh perhatian pesan-pesan dari para nabi-Mu pada zaman modern ini juga. Janganlah biarkan kami diombang-ambing oleh tiupan angin dunia ini.
Amin.