(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta Santo Yakobus, Rasul – Sabtu, 25 Juli 2015)
Tetapi harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak hancur terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. Dengan demikian, maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.
Namun demikian karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. Karena kami tahu bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus, Ia juga akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya. Sebab semuanya itu terjadi karena kamu, supaya anugerah yang semakin besar berhubungan dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah. (2Kor 4:7-15)
Mazmur Tanggapan: Mzm 126:1-6; Bacaan Injil: Mat 20:20-28
Pada hari ini kita merayakan pesta Santo Yakobus, saudara dari Yohanes dan anak dari Zebedeus, dan merupakan salah seorang murid Yesus pertama yang mati sebagai seorang martir Kristus (Kis 12:2). Pada waktu dipanggil oleh Yesus, Yakobus dan Yohanes – yang berprofesi sebagai nelayan – sedang membereskan jala di dalam perahu. Kakak beradik itu meninggalkan ayah mereka, Zebedeus, di dalam perahu bersama-sama orang-orang upahannya, lalu mengikuti Yesus (lihat Mrk 1:19-20). Pekerjaan nelayan yang membutuhkan kerja fisik yang keras barangkali yang membuat Yakobus tangguh secara fisik dan juga temperamennya.
Melihat ketetapan hati dan hasratnya untuk melayani Allah, Yesus pun memasukkan Yakobus sebagai salah seorang dari tiga orang sahabat terdekat-Nya (di samping Petrus dan Yohanes). Yakobus dan Yohanes hadir di tempat kediaman Petrus dan Andreas di mana ibu mertua Petrus disembuhkan dari sakit demamnya oleh Yesus (Mrk 1:29-31); bersama Petrus dan Yohanes, Yakobus hadir ketika Yesus membangkitkan puteri Yairus dari kematian (Mrk 5:37); bersama Petrus dan Yohanes, rasul ini juga menyaksikan transfigurasi Yesus di atas sebuah gunung yang tinggi (Mrk 9:2); dan dia juga bersama Petrus dan Yohanes berada di dekat Yesus dalam taman Getsemani (Mrk 14:33).
Mazmur Tanggapan: Mzm 126:1-6; Bacaan Injil: Mat 20:20-28
Pada hari ini kita merayakan pesta Santo Yakobus, saudara dari Yohanes dan anak dari Zebedeus, dan merupakan salah seorang murid Yesus pertama yang mati sebagai seorang martir Kristus (Kis 12:2). Pada waktu dipanggil oleh Yesus, Yakobus dan Yohanes – yang berprofesi sebagai nelayan – sedang membereskan jala di dalam perahu. Kakak beradik itu meninggalkan ayah mereka, Zebedeus, di dalam perahu bersama-sama orang-orang upahannya, lalu mengikuti Yesus (lihat Mrk 1:19-20). Pekerjaan nelayan yang membutuhkan kerja fisik yang keras barangkali yang membuat Yakobus tangguh secara fisik dan juga temperamennya.
Melihat ketetapan hati dan hasratnya untuk melayani Allah, Yesus pun memasukkan Yakobus sebagai salah seorang dari tiga orang sahabat terdekat-Nya (di samping Petrus dan Yohanes). Yakobus dan Yohanes hadir di tempat kediaman Petrus dan Andreas di mana ibu mertua Petrus disembuhkan dari sakit demamnya oleh Yesus (Mrk 1:29-31); bersama Petrus dan Yohanes, Yakobus hadir ketika Yesus membangkitkan puteri Yairus dari kematian (Mrk 5:37); bersama Petrus dan Yohanes, rasul ini juga menyaksikan transfigurasi Yesus di atas sebuah gunung yang tinggi (Mrk 9:2); dan dia juga bersama Petrus dan Yohanes berada di dekat Yesus dalam taman Getsemani (Mrk 14:33).
Selama dia bersama Yesus sekitar tiga tahun itu, Yakobus mengalami suatu “pelucutan” progresif dari hidup lamanya yang mengandalkan pada kekuatannya sendiri, sehingga dengan demikian dia dapat menerima dari Yesus hidup baru dalam Roh. Misalnya, ketika sebuah kota di Samaria menolak kunjungan Yesus, Yakobus dan Yohanes ingin agar api turun dari langit untuk membinasakan penduduk kota itu (lihat Luk 9:54). Kedua orang bersaudara itu pun ditegur oleh Yesus (Luk 9:55). Sikap keras kakak beradik tersebut barangkali merupakan alasan mengapa mereka dipanggil dengan nama Boanerges yang berarti anak-anak guruh (lihat Mrk 3:17).
Dalam kesempatan lain, ketika dengan beraninya Yakobus (bersama Yohanes) meminta kedudukan-kedudukan terhormat dalam Kerajaan, Yesus mengambil kesempatan untuk menunjukkan kepada dua orang murid-Nya ini betapa pemikiran-Nya bertolak belakang dengan sifat dari kemuridan (Mrk 10:35-45). Pada akhirnya, proses pelucutan hidup lama Yakobus berarti kehilangan nyawanya sendiri. Sementara itu, dengan keikhlasan seorang murid, Yakobus merangkul hidup Kristus dan bersedia memberikan segalanya untuk memuliakan Guru dan Sahabatnya. Di awal-awal sejarah Gereja Perdana, Raja Herodes mulai bertindak keras terhadap beberapa orang dari jemaat. Raja menyuruh membunuh Yakobus dengan pedang (lihat Kis 12:1-2).
Seperti yang dilakukan-Nya atas diri Yakobus, Yesus ini melucuti diri kita dari cinta-diri kita. Melalui perhatian kita pada sabda Allah dan keterbukaan terhadap sakramen Rekonsiliasi dan sakramen Ekaristi, kita dapat membuat diri kita sendiri tersedia bagi Yesus dan menperkenankan Dia untuk membentuk kita kembali agar semakin serupa dengan diri-Nya. Mungkin kita tidak akan mati sebagai martir, namun kita akan melihat diri kita secara progresif dibebaskan dari cengkeraman dosa dan kegelapan. Yesus akan semakin memerintah dalam hati kita, dan Ia akan memenuhi diri kita lebih dan lebih lagi dengan hikmat dan kuat-kuasa-Nya.
Sekarang, marilah kita masing-masing meminta kepada Yesus agar menunjukkan kepada kita di area-area mana dalam hidup kita ada hal-hal yang harus dilucuti, sehingga kita menjadi semakin kecil dan Dia menjadi semakin besar (bdk. Yoh 3:30). Marilah kita bergembira penuh sukacita sebagai para pewaris Kerajaan-Nya.
DOA:
Tuhan Yesus, jagalah kami agar tetap setia kepada-Mu selagi Engkau membuang dari diriku semua yang bukan dari-Mu. Aku bersukacita dalam kuat-kuasa salib-Mu yang telah membebaskan aku dari kuasa maut.
Amin.