Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

30 Januari 2015

Renungan == Sabtu, 31 Januari 2015



Pekan Biasa III; 
Ibr 11:1-2.8-19; 
Mzm 1; Mrk 4:35-41

Ini adalah salah satu teks yang sangat indah. Menjelang malam, perahu yang di tumpangi Yesus dan para murid dihantam gelombang dan topan yang dahsyat. Biasanya Danau Galilea digambarkan sebagai danau yang tenang, yang memberikan ikan kepada para nelayan.

Tetapi kali ini, yang digambarkan Yesus berbeda. Ada gelombang dan topan yang dahsyat. Saat tertentu, perbedaan temperatur dan tekanan udara antara permukaan danau dengan perbukitan yang mengelilinginya, menghasilkan angin kencang yang membuat para murid takut. Kita bisa membayangkan gelombang tinggi mengamuk dengan hebat.

Dalam suasana yang menakutkan itu, Tuhan berfirman, “Diam! Tenanglah!” (ay. 13). Kepada mereka yang ketakutan, Ia bertanya, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (ay.14).

Seorang Bapa Gereja mengatakan, Gereja bagai bahtera yang mengarungi zaman. Ungkapan ini mau mengatakan bahwa bahtera itu memiliki misi tertentu, yaitu membawa penumpang atau barang mengarungi samudera yang seringkali tak bersahabat. Tetapi dengan Kristus, Gereja akan aman sampai ke seberang.

Lalu? Untuk apa sebenarnya Gereja? Apakah kita masih memandang Gereja dengan Kristus sebagai nahkoda, sebagai sarana untuk menyeberang ke sana dan bertemu dengan Yang Ilahi? Atau bagi kita, Gereja merupakan sebuah tujuan, seperti cruise atau kapal pesiar untuk bersenang-senang dan bersantai setelah pekan yang amat penat?

Romo V. Indra Sanjaya



Renungan Ziarah Batin - Jumat, 30 Januari 2015






Pekan Biasa III (H)
St. Gerardus; Sta. Maria Ward;
Bacaan I: Ibr. 10:32-39
Mazmur: 37:3-4.5-6.23-24.39-40; R:39a
Bacaan Injil: Mrk. 4:26-34
Pada suatu ketika Yesus berkata: ”Beginilah hal Keraja­an Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pa­da malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana ter­­jadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.” Kata-Nya lagi, ”Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.” Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia meng­uraikan segala sesuatu secara tersendiri.
Renungan
Suatu saat saya mengikuti retret yang disebut retret Kerajaan Allah. Para peserta selama tiga malam tinggal di rumah penduduk dan mengikuti ritme hidup tuan rumah. Saya tinggal dalam keluarga petani sangat sederhana. Waktu itu musim panas, tetapi petani itu tetap menanam ubi jalar di tegalan yang sudah dicangkulnya. Saya bertanya: ”Musim panas seperti ini kok tanam ubi, apakah tidak mati?” Jawabnya: ”Saya ini kan petani, bisanya hanya menanam! Tuhanlah yang memberi hidup dan pertumbuhan...!”.
Petani itu mempunyai keyakinan bahwa Tuhan akan memberi kehidupan pada ubi yang ditanamnya. Itulah iman. Itulah Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah Allah yang hidup, berkarya dan meraja. Dia bekerja dalam diri petani tadi, sehingga ia tabah, tekun dan sabar. Allah juga bekerja dengan lembut, pelan dan tak kentara, tetapi memiliki daya tumbuh dalam ubi jalar dan makhluk lain.
Allah adalah the inner power dalam hidup kita seperti daya yang membuat biji itu hidup, tumbuh, dan menghasilkan buah melimpah. Maka ”kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup” (Ibr. 10:39).
Bapa yang penuh kasih, puji syukur bagi-Mu karena Engkau senantiasa hadir, meng­hidupi dan membaharui hidupku. Ajarilah saya untuk senantiasa taat kepada-Mu. Amin.

=======================================================================
Bacaan   : Yesaya 29:1-8
Setahun : Keluaran 38-39

Nats       : Sebab dengan tiba-tiba, dalam sekejap mata, engkau akan melihat kedatangan
                 TUHAN semesta alam. (Yesaya 29:5-6)


UNSUR KEJUTAN




29 Januari 2015

Renungan Ziarah Batin == Kamis, 29 Januari 2015




Pekan Biasa III (H)
St. Joshep Freinademetz;
B. Arkanjela Girlani,
Bacaan I: Ibr. 10:19-25
Mazmur: 24:1-2.3-4ab.5-6; R: 6
Bacaan Injil: Mrk. 4:21-25
Pada suatu hari Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Orang membawa pe­lita bukan supaya ditem­patkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Lalu Ia berkata lagi, ”Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk meng­ukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”
Renungan
Ada pepatah Jawa: ”Becik ketitik, olo ketoro”—artinya,” Kebaikan itu tidak akan hilang dan kejahatan itu tidak bisa ditutupi.” Pepatah ini berbicara tentang otentisitas atau kesejatian. Kesejatian itu seperti emas yang mahal harganya dan kemurniannya harus diuji. Untuk bisa lolos dari ujian perlu ada komitmen.
Pada suatu hari ada seorang ibu mau ke gereja dengan naik taxi. Misa segera dimulai maka ketika turun dari taxi, dia sangat tergesa-gesa. Alangkah terkejutnya ketika mau ambil uang untuk kolekte, dompetnya tidak ada! Dia yakin tertinggal di taxi tadi. Ia berkeringat dingin dan gemetar. ”Pasti hilang!” pikirnya. Setelah Misa selesai, dia keluar gereja dengan pucat dan bingung. Di tengah kegalauan itu ada seorang bapak yang mendekatinya dan mengulurkan sebuah dompet. Ibu itu langsung menyahut dompet miliknya itu. Dia buka, masih utuh isinya. Saking senangnya dia ambil lembaran merah dan diulurkan kepada si tukang taxi tadi, tapi tidak diterimanya dan sopir taxi itu berkata: ”Terima kasih ibu, saya sudah dimuliakan oleh suara hatiku untuk tetap jujur, jangan sampai saya dicemarkan oleh uang seratus ribu!” Ternyata, si sopir taxi itu umat Katolik yang sama-sama ikut Misa di gereja itu.
Tuhan Yesus bersabda: ” ...pelita harus ditaruh di atas kaki dian!” Orang Katolik adalah terang dan garam dunia. Otentisitas atau jati diri kita adalah terang. Terang itu harus ditampakkan. Supir taxi tadi menunjukkan jati dirinya sebagai orang Katolik. Walau ada kesempatan untuk mengambil dompet tadi, dia tetap mengikuti suara hatinya dan menghormati milik orang lain. Hidup dalam jati diri berarti hidup dalam dorongan Roh. Ini tidak mudah, membutuhkan komitmen, tetapi buahnya melegakan dan menenteramkan hati.

Tuhan Yesus, puji syukur kepada-Mu karena telah Kaucurahkan Roh Kudus kepadaku. Kuatkanlah aku dengan rahmat-Mu agar aku tetap hidup dalam otentisitas diri! Amin.

________________________________________________________
Bacaan   : Rut 4:1-17
Setahun  : Keluaran 35-37
Nats       : Lalu Boas mengambil Rut dan perempuan itu menjadi 
                 isterinya dan dihampirinyalah dia. Maka atas karunia
                 TUHAN perempuan itu
 mengandung, lalu melahirkan 
                 seorang anak laki-laki. (Rut 4:13)

MELIHAT KULIT LUAR

Ketika ia berusia 7 tahun, keluarganya diusir dari rumah karena masalah hukum. Pada usia 9 tahun, ibunya meninggal. Ia kehilangan pekerjaan yang sangat dibutuhkan pada usia 22 tahun. Empat tahun kemudian, ia terjerat utang besar karena bermitra dengan orang yang salah. Pada umur 41 tahun, pernikahannya berantakan, bahkan anak laki-lakinya yang masih kecil meninggal. Ketika usianya memasuki hampir setengah abad, ia mencalonkan diri sebagai anggota senat untuk kesekian kalinya, dan lagi-lagi gagal. Tetapi, pada akhirnya, Amerika Serikat mengangkatnya menjadi Presiden. Ia tidak lain adalah Abraham Lincoln.

Kebanyakan orang hanya melihat lapisan luar. Mereka kagum atau bahkan iri akan kesuksesan seseorang. Dan jarang melacak proses menuju puncak itu. Air mata. Perlakuan tidak adil. Kesepian. Rasa sakit. Hal itu tidak diperhitungkan. Apakah kita menganggap Rut sebagai perempuan paling beruntung sedunia karena dinikahi Boas, seorang pengusaha kaya raya? Mungkin kita berpikir, "Alangkah bahagianya dia, seorang janda namun dipinang oleh perjaka. Rut pasti senang bukan main, hidupnya yang kekurangan berubah jadi berkelimpahan." Kita lupa dengan kesetiaannya mengikut Naomi. Kita tidak memperhatikan keuletannya dalam bertahan hidup. Kita tidak menghitung berapa banyak air mata yang berlelehan.

Hari ini kalau kita melihat keberhasilan seseorang, jangan buru-buru cemburu. Lihatlah lebih dalam. Perhatikan dengan saksama. Belajarlah dari proses yang dialaminya. 

JIKA RUMPUT DI HALAMAN TETANGGA KITA TERLIHAT LEBIH HIJAU,
PASTILAH BIAYA PERAWATANNYA LEBIH BESAR.


28 Januari 2015

Renungan Ziarah Batin - Rabu, 28 Januari 2015

Bacaan I: Ibr. 10:11-18

Mazmur: 110:1.2.3.4.; R:4bc
Bacaan Injil: Mrk. 4:1-20
Pada suatu kali Yesus mulai  mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka, ”Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat.” Dan kata-Nya, ”Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)
Renungan
Tampaknya ada beberapa macam cara bertani. Ada petani yang menyiapkan lahannya terlebih dahulu, yaitu dengan menebas tetumbuhan yang ada, membajak dan meratakan tanah kemudian menaburkan benihnya. Cara yang lain, benih ditabur begitu saja di lahan yang belum siap. Kalau benih tumbuh dan berkembang baru dipelihara dan dipupuk.
Dalam mengajar, Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan petani yang menabur benih di lahan yang belum digarap. Benih yang ditaburkan pasti berkualitas tinggi karena berasal dari Allah. Tanah yang menerima benih berbeda-beda kualitasnya. Yang harus diolah adalah tanahnya! Benih itu sabda Allah dan tanah itu kepribadian manusia.
Tampak sekali bahwa semua manusia dicintai Allah dan ditaburi ”semina verbi” – benih-benih sabda. Tugas setiap orang ialah menyadari kehadiran sabda Allah dalam dirinya itu, mengenali diri sendiri dan mengolahnya agar sabda itu tetap hidup, tumbuh, dan menghasilkan buah. Orang yang cocok untuk pertumbuhan sabda Allah adalah mereka yang tidak terseret oleh perdukunan atau kuasa setan; mereka yang tekun, disiplin dan memiliki daya tahan yang kuat (Fighting spirit); mereka yang tidak terbelenggu oleh kekhawatiran dan tidak tergoda oleh tawaran dunia: kekayaan, pangkat, dan gengsi. Hanya mereka yang berani mengambil jarak terhadap hal-hal duniawi akan menjadi ‘tanah subur’ untuk firman Allah dan menghasilkan buah yang berlimpah-limpah.
Ya Tuhan, aku mengucap syukur atas kebaikani-Mu kepada semua orang. Curahilah aku kerendahan hati dan kepekaan akan sabda-Mu dan tekun melaksanakannya! Amin.

Renungan Harian - Rabu, 28 Januari 2015




Bacaan   : Kejadian 30:25-43
Setahun : Keluaran 32-34
Nats       : Dan kejujuranku akan terbukti di kemudian hari, apabila engkau datang memeriksa upahku. (Kejadian 30:33)


GEMBALA KREATIF


Bekerja 20 tahun bagi Laban, Yakub memperoleh empat istri dan 12 anak laki-laki. Ia lalu bersedia bekerja lagi demi membangun rumah tangganya (ay. 30b). Kali ini ia boleh menentukan upah sendiri (ay. 28). Permintaan Yakub aneh: hanya "domba hitam" dan "kambing belang-belang" (ay. 32). Aneh? Ya-karena jumlahnya sedikit! Umumnya domba berwarna putih, sedangkan kambing cokelat atau hitam. Laban langsung menyanggupinya (ay. 34). Gilakah Yakub? Atau, ia sedang merancang pembalasan dendam atas "kasus Lea" (29:23-25)? Ternyata tidak.

Meskipun Laban telah 10 kali mencuranginya (31:7, 41), Yakub sekarang bukanlah penipu, melainkan pekerja keras yang jujur dan takut Tuhan (30:33, 31:38-42). Sebagai gembala kawakan, ia tampaknya paham sebagian induk ternaknya punya gen resesif yang, dalam kondisi tertentu, akan muncul pada anaknya sehingga menghasilkan jenis yang berbeda. Dengan pemahamannya akan pengaruh penglihatan induk terhadap kandungannya, ia berusaha mempercepat munculnya anakan yang diinginkannya itu melalui pancingan dahan belang-belang ketika kambing-domba itu kawin (ay. 37-38). Dan, sesuai dengan janji dalam mimpinya (31:10-12), ia berhasil! Upayanya mendapatkan bibit unggul itu (ay. 41-42) adalah kreativitasnya sebagai gembala, bukan kecurangan, karena tak termasuk dalam perjanjiannya dengan Laban (ay. 32).

Ya, dalam hal ini, Yakub bukan penipu. Kerja keras, keahlian, kejujuran, dan berkat Tuhanlah yang membuatnya berhasil, bukan kelicikan dan kelihaiannya dalam memperdaya Laban! 

BERKAT TUHAN MEMBANGKITKAN KREATIVITAS DALAM BEKERJA, 

MEMBUKA PELUANG MENUJU KESUKSESAN.



27 Januari 2015

Jadwal Petugas Liturgi Bulan Maret 2015 (Gereja Kalvari & Sta. Catharina TMII)

Jadwal Petugas Liturgi Bulan Maret 2015 (Gereja Kalvari & Sta. Catharina TMII)




Renungan Ziarah Batin == Selasa, 27 Januari 2015




Pekan Biasa III (H)
St. Angela Merici; St. Robertus, Alberikus, dan Stefanus.
Bacaan I: Ibr. 10:1-10
Mazmur: 40:2.4ab.7-8a.10.11; R:8a.9a
Bacaan Injil: Mrk. 3:31-35
Sekali peristiwa, datanglah ibu dan sau­dara-saudara Yesus ke tempat Ia sedang menagajar. Mereka berdiri di luar, lalu menyuruh orang memanggil Yesus. Waktu itu ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya, ”Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka, ”Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata, ”Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
Renungan
Suksesi atau proses pergantian seorang raja dalam sebuah kerajaan selalu mengutamakan mereka yang masih ada hubungan darah dengan pemimpin yang akan diganti. Prioritas pertama adalah anak mahkota; bila tidak ada, baru beralih pada saudara dekat. Demikian juga suksesi kepemimpinan Israel atau Imam penjaga bait Allah. Walaupun hubungan darah sangat penting, tetapi tidak menjamin efektivitas kepemimpinannya. Yang menjamin adalah kualitas diri. Banyak anak raja tidak menjadi raja karena kualitas pribadi tidak memadai.
Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menegaskan hal itu. Orang banyak di sekitar Yesus antusias mengatakan kepada-Nya: ”Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau!” Jawab Yesus: ”Siapakah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku?” ”Inilah ibu-Ku dan saudara-sadara-Ku, yaitu mereka yang melakukan kehendak Allah!”
Saudara adalah orang-orang yang mempunyai kedekatan dalam relasi. Saudara Yesus adalah mereka yang melakukan kehehendak Allah atau mereka yang dekat dengan Allah. Mereka adalah orang-orang yang berani dan rela mempersembahkan diri kepada Allah dan secara total bersikap: ”Sungguh, aku datang untuk melakukan kehendak-Mu – ecce venio!”
Sakramen Baptis adalah pintu masuk menjadi saudara Yesus; darah Yesus telah mengalir dalam orang itu. Tetapi ini tidak menjamin kualitas sebagai saudara Yesus. Kita harus terus— menerus berelasi dengan Dia dalam doa, Ekaristi, Adorasi, devosi, dsb agar rahmat pembaptisan menghasilkan buah yang melimpah, yaitu hidup dalam kualitas saudara Yesus.
Tuhan Yesus, Roh-Mu begitu dekat denganku. Terima kasih. Ingatkan aku senantiasa agar layak menjadi saudara-Mu karena tekun melakukan kehendak-Mu! Amin.

26 Januari 2015

RENUNGAN ZIARAH BATIN - Senin, 26 Januari 2015



Pekan Biasa III (H)
Pw St. Tomotius dan Titus; Sta. Paula;
St. Stefanus Harding; St. Robertus Molesmes
Bacaan I: Ibr. 9:15.24-28
Mazmur: 98:1.2-3ab.3cd-4.5-6; R:1a
Bacaan Injil: Mrk. 3:22-30
Pada suatu hari, datanglah ahli-ahli taurat dari Yerusalem dan berkata tentang Yesus: ”Ia kerasukan Beel­zebul,” dan, ”Dengan penghulu se­tan Ia mengusir setan.” Yesus memanggil me­­r­eka, lalu berkata kepada mereka dalam per­umpamaan, ”Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.
Renungan
Suatu hari di sebuah SMA, ada seorang murid cewek yang ketakutan luar biasa sambil menunjukkan surat dengan bercak darah dari seorang cowok. Tampaknya si cowok penulis surat itu jatuh cinta padanya tetapi tidak ditanggapinya. Maka marahlah si cowok, lalu mengirim surat ancaman itu. Apa yang menakutkan si cewek? Kalimat terakhir dalam surat itu: ”Cinta ditolak dukun bertindak!” dengan dibumbuhi tandatangan tinta darah. Murid saya itu takut disantet dengan akibat kematiannya.
Darah adalah simbol kehidupan. Perjanjian darah adalah perjanjian yang menyangkut hidup atau matinya seseorang. Para Imam Besar setiap tahun membarui Perjanjian Darah antara umat Israel dan Allah dengan cara merecikan darah korban ke atas mesbah dan kepada umat. Tujuannya agar umat senantiasa selamat dalam lindungan kuasa kasih-Nya. Dalam Perjanjian Baru, Imam Besar itu adalah Tuhan Yesus; sedang darah perdamaiannya adalah darah-Nya sendiri. Setiap merayakan Ekaristi, darah perjanjian itu kita terima dan membarui hidup kita. Hidup baru itu adalah hidup dalam Roh Kudus.
St. Timotius dan Titus menghayati hidup dalam kerangka Perjanjian Darah itu, yaitu hidup dalam Roh Kudus. Mereka sangat yakin bahwa tidak ada permusuhan antara dirinya dan Allah. Sebaliknya, mereka hidup dalam sukacita Ilahi karena kasih Allah yang tak terbatas itu. Kita semua telah dicurahi hidup baru dalam Roh Kudus berkat darah Tuhan Yesus. Kini saatnya kita hidup dalam sukacita Ilahi dan tidak hidup dalam ketakutan.
Tuhan Yesus, syukur aku panjatkan kepada-Mu karena hidup baru telah Kaucurahkan dalam diriku. Bimbinglah aku agar tidak menyangkal peran Roh Kudus, sebaliknya senantiasa hidup dalam Roh Kudus-Mu saja! Amin.

23 Januari 2015

Program BKSY bagi Mereka yang Kecil, Lemah, Miskin, Terpinggirkan dan Difabel di KAJ



HIDUPKATOLIK.Com - Mgr-Suharyo-sebagai-peserta-pertama-Program-BKSY-membayar-iuran-premi


Monday, June 9th, 2014

“Menjadi orang Katolik tidak boleh netral, tetapi harus berpihak yaitu kepada yang KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Terpinggirkan dan Difabel)… Hendaknya kamu berbelarasa sama seperti Bapamu berbelarasa,” tegas Uskup Agung Jakarta, Mgr. I. Suharyo saat meresmikan program belarasa Keuskupan Agung Jakarta, yang diberi nama “Berkhat Santo Yusup (BKSY)” di aula Paroki Katedral Jakarta (30/11/2013).

Nama ini berasal dari kepanjangan “Belarasa Kesehatan dan Kematian”, sedangkan Santo Yusup digunakan sebagai nama Santo Pelindung program tersebut.  Program BKSY merupakan program santunan kesehatan dan kematian bagi para anggotanya. Tujuan utama program ini adalah menghadirkan Kerajaan Allah secara konkrit kepada umat yang sangat membutuhkan bantuan pada saat mengalami kesusahan karena sakit atau meninggal.

BKSY terinspirasi dari kisah Injil “Orang Samaria yang Baik Hati” (Luk 10:33 dan 36), sekaligus menerjemahkan amanat Arah Dasar Pastoral KAJ (2011-2015) yang mencita-citakan bertumbuhnya iman kepada Yesus Kristus, membangun Persaudaraan Sejati melalui Pelayanan Kasih di Masyarakat. BKSY berharap agar dengan iuran tak terlalu besar, umat bisa mendapat manfaat yang besar.
Hanya dengan iuran Rp 80.000,-/tahun Anda akan mendapatkan santunan Rp 100.000,-/ hari untuk rawat inap jika sakit dan santunan Rp 10 Juta bagi ahli waris jika meninggal dunia akibat kecelakaan, sakit, atau lanjut usia. Itulah program BKSY yang bekerja sama dengan Asuransi Central Asia (ACA).

Program yang didorong oleh Bapak uskup ini adalah gerakan nyata di bidang kesehatan dan kematian khusus bagi umat Katolik sebagai alat peduli dan berbagi terutama kepada yang KLMTD (Kecil, Lemah, Terpinggirkan, Difabel). Wadah bagi semua umat, khususnya bagi yang mampu, bukan hanya menjadi peserta aktif tetapi juga mau menjadi Penyandang Dana Iuran bagi mereka yang kurang mampu di lintas Lingkungan, Wilayah maupun lintas Paroki. Paroki Pionir yang ikut mengawali program BKSY, yaitu St.Servatius Kampung Sawah, Kalvari Lobang Buaya, St.Maria Regina Bintaro Jaya, St Perawan Maria Ratu Blok-Q, St Barnabas Pamulang, St Fransiskus Asisi Tebet, St.Bartolomeus Galaxi.


Untuk info lebih lengkap dan ingin menjadi anggota dan penyantun iuran dalam program bela rasa BKSY ini, silakan hubungi Sekretariat BKSY KAJ (Berkhat Santo Yusup Keuskupan Agung Jakarta), Jl. Masjid V No. 18, Penjompongan Jakarta Pusat; telp: 021-3686 5542.

Renungan - Jumat, 23 Januari 2015, Sabtu, 24 Januari 2015, Minggu, 25 Januari 2015





Jumat, 23 Januari 2015
Pekan Biasa II (H)
St. Yohanes Penderma; Sta. Martina;
B. Hendrikus Suso OP; B. Yosepha Maria
Bacaan I: Ibr. 8:6-13
Mazmur: 85:8.10.11-12.13-14; R:11a
Bacaan Injil: Mrk. 3:13-19
Pada suatu hari, naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dike­hendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.
Renungan

22 Januari 2015

Jadwal Novena Pembangunan Gereja == Putaran VI

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

RENUNGAN ZIARAH BATIN -- KAMIS 22 JANUARI 2015




Pekan Biasa II (H)
St. Anastasius; St. Vinsensius Palloti;
B. Laura Vicuna
Bacaan I: Ibr. 7: 25-8:6
Mazmur: 40:7-8a.8b-9.10.17; R: 8a.9a
Bacaan Injil: Mrk. 3:7-12
Sekali peristiwa, Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak, ”Engkaulah Anak Allah.” Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.
Renungan
Keluarga Nababan bisa merayakan pesta emas perkawinan dengan meriah dalam Ekaristi yang dihadiri oleh banyak umat karena mereka setia pada janji perkawinan. Keluarga ini tidak tanpa masalah! Tetap saja ada masalah bahkan masalah serius, yaitu salah satu di antara mereka pernah selingkuh. Keluarganya selamat bahkan bahagia karena mereka memegang janji yang mereka ucapkan di awal perkawinan, yaitu saling mencintai dalam keadaan senang atau susah, dalam keadaan sehat atau sakit. Tetap mencintai pasangannya sewaktu setia maupun tidak setia. Inilah cinta sejati, cinta berdarah, cinta yang dimurnikan oleh pengorbanan.
Setia pada Perjanjian adalah pelabuhan hidup yang aman! Perjanjian itu berbeda dengan kontrak. Kontrak ada batas waktunya, dan sebuah kontrak akan batal kalau ada pihak yang mengingkari. Sebaliknya perjanjian tidak mengenal untung- rugi dan tidak ada batas waktu. Kalau sudah berjanji, apa pun halangannya akan tetap memegang janji. Relasi kita dengan Allah dasarnya adalah Perjanjian, bukan kontrak. Kita berjanji kepada Imam Besar bukan kepada manusia biasa. Imam Besar kita ‘saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa’ Dia bisa menyembuhkan aneka macam penyakit dan kelemahan. Dia adalah Anak Allah—perantara perjanjian mulia.
Hidup kita akan aman dan kokoh kalau kita setia beriman kepada Yesus, sang Imam Besar. Patutlah bila kita terus-menerus berdoa sambil bernyanyi: ”Yesus, Kau andalanku. Yesus, Kau andalanku. Yesus Kau andalanku. Kau andalanku sepanjang hidupku!” (K I).
Tuhan Yesus, ajari dan kuatkan aku untuk tetap setia mengandalkan Engkau sepanjang hidupku! Amin.

21 Januari 2015

Sejarah Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus

Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus
Rahasia 'Jalan Kecil'
Oleh Suster Patricia Edward, FSP
St. Theresia Liseux


Pernahkah kamu mendengar tentang St. Theresia atau rahasianya? Tahukah kamu mengapa banyak orang memilihnya sebagai santa sahabat mereka?
Mari kita cari jawabnya …


KISAH HIDUP THERESIA


Theresia Martin dilahirkan di kota Alençon, Perancis, pada tanggal 2 Januari 1873. Ayahnya bernama Louis Martin dan ibunya Zelie Guerin. Pasangan tersebut dikarunia sembilan orang anak, tetapi hanya lima yang bertahan hidup hinga dewasa. Kelima bersaudara itu semuanya puteri dan semuanya menjadi biarawati!


Ketika Theresia masih kanak-kanak, ibunya terserang penyakit kanker. Pada masa itu, mereka belum memiliki obat-obatan dan perawatan khusus seperti sekarang. Para dokter mengusahakan yang terbaik untuk menyembuhkannya, tetapi penyakit Nyonya Martin bertambah parah. Ia meninggal dunia ketika Theresia baru berusia empat tahun.


Sepeninggal isterinya, ayah Theresia memutuskan untuk pindah ke kota Lisieux, di mana kerabat mereka tinggal.  Di dekat sana ada sebuah biara Karmel di mana para suster berdoa secara khusus untuk kepentingan seluruh dunia. Ketika Theresia berumur sepuluh tahun, seorang kakaknya, Pauline, masuk biara Karmel di Lisieux. Hal itu amat berat bagi Theresia. Pauline telah menjadi "ibunya yang kedua", merawatnya dan mengajarinya, serta melakukan semua hal seperti yang dilakukan ibumu untuk kamu. Theresia sangat kehilangan Pauline hingga ia sakit parah. Meskipun sudah satu bulan Theresia sakit, tak satu pun dokter yang dapat menemukan penyakitnya. Ayah Theresia dan keempat saudarinya berdoa memohon bantuan Tuhan. Hingga, suatu hari patung Bunda Maria di kamar Theresia tersenyum padanya dan ia sembuh sama sekali dari penyakitnya!


Suatu ketika, Theresia mendengar berita tentang seorang penjahat yang telah melakukan tiga kali pembunuhan dan sama sekali tidak merasa menyesal. Theresia mulai berdoa dan melakukan silih bagi penjahat itu (seperti menghindari hal-hal yang ia sukai dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang kurang ia sukai). Ia memohon pada Tuhan untuk mengubah hati penjahat itu. Sesaat sebelum kematiannya, penjahat itu meminta salib dan mencium Tubuh Yesus yang tergantung di kayu salib. Theresia sangat bahagia!  Ia tahu bahwa penjahat itu telah menyesali dosanya di hadapan Tuhan.


Theresia sangat mencintai Yesus. Ia ingin mempersembahkan seluruh hidupnya bagi-Nya. Ia ingin masuk biara Karmel agar ia dapat menghabiskan seluruh harinya dengan bekerja dan berdoa bagi orang-orang yang belum mengenal dan mengasihi Tuhan. Tetapi masalahnya, ia terlalu muda. Jadi, ia berdoa dan menunggu dan menunggu dan berdoa. Hingga akhirnya, ketika umurnya lima belas tahun, atas ijin khusus dari Paus, ia diijinkan masuk biara Karmelit di Liseux.


Apa yang dilakukan Theresia di biara? Tidak ada yang istimewa. Tetapi, ia mempunyai suatu rahasia: CINTA. Suatu ketika Theresia mengatakan, "Tuhan tidak menginginkan kita untuk melakukan ini atau pun itu, Ia ingin kita mencintai-Nya." Jadi, Theresia berusaha untuk selalu mencintai. Ia berusaha untuk senantiasa lemah lembut dan sabar, walaupun itu bukan hal yang selalu mudah. Para suster biasa mencuci baju-baju mereka dengan tangan. Seorang suster tanpa sengaja selalu mencipratkan air kotor ke wajah Theresia. Tetapi Theresia tidak pernah menegur atau pun marah kepadanya. Theresia juga menawarkan diri untuk melayani suster tua yang selalu bersungut-sungut dan banyak kali mengeluh karena sakitnya. Theresia berusaha melayani dia seolah-olah ia melayani Yesus. Ia percaya bahwa jika kita mengasihi sesama, kita juga mengasihi Yesus. Mencintai adalah pekerjaan yang membuat Theresia sangat bahagia.


Hanya sembilan tahun lamanya Theresia menjadi biarawati. Ia terserang penyakit tuberculosis (TBC) yang membuatnya sangat menderita. Kala itu belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit TBC. Dokter hanya bisa sedikit menolong. Ketika ajal menjelang, Theresia memandang salib dan berbisik, "O, aku cinta pada-Nya, Tuhanku, aku cinta pada-Mu!" Pada tanggal 30 September 1897, Theresia meninggal dunia ketika usianya masih duapuluh empat tahun. Sebelum wafat, Theresia berjanji untuk tidak menyerah pada rahasianya. Ia berjanji untuk tetap mencintai dan menolong sesama dari surga. Sebelum meninggal Thresesia mengatakan, "Dari surga aku akan berbuat kebaikan bagi dunia." Dan ia menepati janjinya! Semua orang dari seluruh dunia yang memohon bantuan St. Theresia untuk mendoakan mereka kepada Tuhan telah memperoleh jawaban atas doa-doa mereka.


SETELAH THERESIA WAFAT


Setelah wafat, Theresia menjadi terkenal karena buku yang ditulisnya "Kisah Suatu Jiwa," yang diterbitkan satu tahun setelah wafatnya (di Indonesia diterjemahkan dengan judul: 'Aku Percaya akan Cinta Kasih Allah'). Theresia dikanonisasi pada tahun 1925 oleh Paus Pius X. Ia dikenal dengan sebutan Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus atau Santa Theresia si Bunga Kecil. St. Theresia bersama-sama dengan St. Jeanne d'Arc diberi gelar Pelindung Perancis. Selain itu St. Theresia bersama-sama dengan St. Fransiskus Xaverius diberi gelar Pelindung Misionaris.  Baru-baru ini, tanggal 19 Oktober 1997, Theresia juga menjadi wanita ke-3 yang diberi gelar Doktor Gereja. Kalian dapat mohon bantuannya mengenai apa saja. Ia pernah berjanji  akan melimpahi kita dengan bunga-bunga mawar dari surga dan memang, sejak kematiannya banyak mukjizat yang terjadi berkat bantuan doanya. Pestanya dirayakan setiap tanggal 1 Oktober.


RAHASIA THERESIA : JALAN KECIL, JALAN KANAK-KANAK ROHANI


Theresia seorang gadis yang sederhana dengan `jalan kecilnya' yang istimewa.  Ia menunjukkan bahwa kekudusan dapat dicapai oleh siapa saja betapa pun rendah, hina dan biasanya orang itu. Caranya ialah dengan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cinta kasih murni kepada Tuhan. Kamu pun dapat menjadi kudus dengan cara-cara sederhana seperti yang dilakukan oleh St. Theresia dengan jalan kecilnya.


 DOA


O Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus
tolong petikkan bagiku sekuntum mawar
dari taman surgawi dan
kirimkan padaku dengan suatu amanat cinta.
O Bunga Kecil dari Yesus
mintalah kepada Allah hari ini
untuk menganugerahkan rahmat yang sangat kubutuhkan ………
(katakan kepada St. Theresia permohonanmu)
Santa Theresia, bantulah aku untuk senantiasa percaya
kepada belaskasih Allah yang sedemikian besar,
sebagaimana telah engkau wujudkan di dalam hidupmu,
sehingga aku boleh mengikuti 'Jalan Kecil'mu setiap hari.
Amin.


Sumber: Daughters of St. Paul, United States; www.daughtersofstpaul.com
  CATATAN SANTA THERESIA DARI KANAK-KANAK YESUS


"Oh Yesus, aku tahu cinta hanya dapat dibalas dengan cinta, maka aku sudah menemukan alat untuk memuaskan hatiku dengan memberikan cinta kepada Cinta-Mu." (Otobiografi)


"Kamu ingin supaya aku memberitahukan sarana untuk menjadi sempurna. Aku hanya tahu satu ini saja: CINTA." (Otobiografi, surat kepada Marie Guerin)


"Perbuatan-perbuatan yang gemilang bukan untukku.... Jadi, bagaimanakah akan kubuktikan cintaku, karena cinta dibuktikan dalam perbuatan? Dengan perbuatan dan kurbanku yang kecil-kecil. Ya Yesus, hal-hal kecil yang tak berarti itu akan menyenangkan Engkau!" (Otobiografi)


"Aku merasa diriku dikuasai oleh sekian banyak kelemahan, namun itu tidak pernah membuatku heran ... alangkah manisnya merasakan diriku lemah dan kecil." (Percakapan Terakhir)


"Kekudusan adalah suatu sikap hati, yang menempatkan kita ke dalam tangan Tuhan, kecil dan rendah hati, menyadari kelemahan kita dan secara buta mengandalkan kebaikan Ke-Bapaan-Nya." (Percakapan Terakhir)


"Di suatu hari Minggu kupandang Yesus di salib. Hatiku tersentuh oleh darah yang menetes dari tangan-Nya yang kudus. Kurasa sungguh sayang, sebab darah itu menetes ke tanah tanpa ada yang menampungnya. Aku pun memutuskan untuk dalam Roh tinggal di kaki salib supaya dapat menampung darah Ilahi yang tercurah dari salib itu dan aku mengerti bahwa setelah itu aku harus menuangkannya atas jiwa-jiwa." (Otobiografi)



Renungan Ziarah Batin == Rabu, 21 Januari 2015

Pekan Biasa II (H)
Pw Sta. Agnes; PrwMrt
St. Augurius dan Eulogius
Bacaan I: Ibr. 7: 1-3.15-17
Mazmur: 110:1.2.3.4; R:4bc
Bacaan Injil: Mrk. 3:1-6
Pada suatu hari Sabat, Yesus masuk ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu, ”Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian kata-Nya kepada mereka, ”Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu, ”Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.
 
Renungan
Ada istilah ‘ada harga, ada rupa’. Semakin baik kualitas barang semakin mahal harganya. Sesuatu dikatakan berkualitas bila asli sesuai dengan karakternya. Demikian juga seseorang dikatakan berkualitas kalau setia pada karakternya, asli dan tulus hatinya tidak bertopeng atau berpura-pura.
Melkisedek adalah seorang tokoh yang terkenal. Dia adalah raja dan Imam bahkan dikatakan raja kebenaran, dan damai sejahtera. Dia menjadi Imam bukan karena diangkat menurut hukum atau aturan tetapi dari karakternya. Dia menjadi tersohor karena hidup dalam keaslian diri. Dikatakan ”Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi Imam sampai selama-lamanya!” (Ibr. 7:3).
Tampil asli, itulah kualitas seseorang. Seorang pertapa bernama Simeon berkata: ”Ketika seorang pertapa melakukan askese dengan serius dan sekuat tenaganya, orang itu hidup tanpa topeng, mampu mengambil jarak terhadap segala sesuatu, berani menyangkal kemauannya sendiri, berdoa senantiasa, menyesali dosa-dosanya, hidup miskin, rendah hati! Orang itu menyejukkan dan ia ’tidak malu menjadi Allah seperti Allah tidak malu menjadi manusia!’” Kita akan berkualitas kalau kita menghidupi karakter asli kita, yaitu karakter Anak Allah. Kita tidak malu menjadi Allah seperti Allah tidak malu menjadi manusia!.
Tuhan Yesus, berkat kasih dan pengorbanan-Mu, aku telah Kauangkat menjadi Anak Allah. Terima kasih Tuhan! Semoga aku hidup menurut karakter itu”. Amin.

Form yang tersedia :

1. Babtis Bayi
2. Nikah
3. Pemberitahuan Kematian
4. Pendaftaran Babtis Dewasa

PENGANTAR TAHUN SYUKUR 2015 KAJ


Pada tahun 2015, Gereja KAJ hendak BERSYUKUR melalui EVALUASI-REFLEKSI ArDasPas KAJ 2011-2015, PENGEMBANGAN KERASULAN AWAM dan HIDUP BAKTI dan KADERISASI RASUL AWAM.
Bersyukur adalah sikap dasar penting bagi umat beriman. Yesus bergembira dalam Roh Kudus dan berkata, “Aku bersyukur kepadaMU, Bapa, Tuhan langit dan bumi,…” (Luk 10:21). Kepada para murid-Nya, Yesus mengajarkan doa Bapa Kami yang diawali dengan bersyukur, memuji dan memuliakan Allah.
Mengucap syukur juga adalah sikap dasar dari Jemaat Perdana yang membuat mereka menjadi Gereja yang disukai oleh banyak orang (Kis 2:41-47). Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi berkata, “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali mengingat kamu” (Fil 1:3).
Dalam rangka merayakan Tahun Syukur diharapkan umat KAJ mendoakan Doa Tahun Syukur dan menyanyikan lagu tema “Tiada Syukur tanpa Peduli pada setiap kesempatan yang dirasa baik.

Selamat merayakan Tahun Syukur 2015. Semoga kita makin menunjukkan rasa syukur kita dengan semakin peduli kepada sesama terutama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel juga dengan upaya membangun keutuhan ciptaan serta lebih tekun mendukung pengembangan generasi muda dan panggilan biarawan-biarawati.

Leaflet Doa Tahun Shyukur 2015 KAJ
Teks Lagu APP Tahun Syukur 2015 KAJ
Audio Lagu APP dan Tahun Syukur 2015 KAJ
Pengantar tahun syukur 2015 KAJ

20 Januari 2015

Lingkungan Patria Jaya - Santa Theresia

Lingkungan Patria Jaya - Santa Theresia 
merupakan bagian dari Wilayah IV, Paroki Lubang Buaya, Gereja Kalvari - Jakarta Timur.
Wilayahnya mencakup : Perumahan Patria Jaya dan sekitarnya





Photo Kenangan


Tugas Hias Altar Lingkungan Patria Jaya - Santa Theresia 

di Gereja Sta. Catharina - Taman Mini Indonesia Indah 

Sabtu 22 Agustus 2015)






http://theresiapatria.blogspot.com/


Tugas Hias Altar Lingkungan Patria Jaya - Santa Theresia 

di Gereja Kalvari 09 Januari 2016














Tugas Koor Minggu - 23 Oktober 2016




Tugas Koor Sabtu - 10 Desember 2016

Pendalaman Kitab Suci - Desember 2016


Tugas Tata Laksana - 15 Januari 2017
Tugas Koor di Gereja Kalvari 
Minggu 5 Februari 2017

http://theresiapatria.blogspot.co.id/2017/02/tugas-koor-santher-05-februari-2017.html
Tugas Koor di Gereja Kalvari 

Minggu 19 Maret 2017



LEPAS SAMBUT - WKRI RANTING THERESIA

1 - 2 APRIL 2017


 Lepas Sambut WKRI - ranting Theresia