Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

03 Juli 2015

Inkarnasi, Bukan Reinkarnasi

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Harus dibedakan antara inkarnasi dan reinkarnasi. Ajaran tentang inkarnasi Allah Putra menjadi manusia adalah salah satu pokok iman Gereja Katolik. Inkarnasi ini hanya terjadi kepada Allah Putra. Tidak ada inkarnasi lain. 

Sedangkan reinkarnasi adalah ajaran Budha yang mengatakan bahwa setiap manusia akan dilahirkan kembali ke dalam dunia menurut tingkat kebaikan yang dia lakukan saat hidup sebelumnya. Jika hidup baik, maka dia akan dilahirkan kembali atau reinkarnasi menjadi “sesuatu” yang lebih tinggi derajatnya. Sebaliknya, jika hidup jahat, maka dia akan dilahirkan kembali menjadi sesuatu yang lebih rendah derajatnya. Proses reinkarnasi akan berlangsung terus mengikuti lingkaran samsara dan baru akan selesai ketika seseorang sudah mencapai derajat yang tertinggi, sehingga dibebaskan dari lingkaran samsara dan masuk ke dalam keabadian atau Nirvana. Ajaran reinkarnasi seperti ini bukanlah ajaran iman Gereja Katolik.

Kitab-kitab Perjanjian Lama menyajikan kepercayaan yang jelas bahwa hidup itu hanyalah satu kali dan tak terulang. Misal Ayub berkeluh kesah di tengah penderitaannya, “Biarkanlah aku, supaya aku dapat bergembira sejenak, sebelum aku pergi, dan tidak kembali lagi, ke negeri yang gelap dan kelam pekat,....” (Ayb 10:20-21). Demikian pula Kitab Kebijaksanaan mengatakan, “... manusia membunuh dalam kejahatannya, tapi ia tak mampu mengembalikan roh yang sudah keluar, dan tak dapat melepaskan jiwa yang sudah diterima dunia orang mati.” (Keb 16:14). Iman kita mengajarkan bahwa mereka yang sudah meninggal memasuki alam lain, yaitu keabadian. Alam ini tak tergantung lagi kepada ruang dan waktu. “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.” (Dan 12:2). Tidak mungkin mereka yang sudah mati akan hidup kembali, karena sudah berada dalam keabadian (bdk 2 Mak 7:9.36).

Ketika mengisahkan tentang orang kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31), Yesus meneguhkan ajaran tentang kebangkitan. Ketika orang kaya itu memohon kembali ke dunia, Yesus tak menunjuk kepada kemungkinan reinkarnasi untuk memurnikan dirinya, tetapi menunjukkan bahwa orang itu harus segera membayar kesalahan dengan penderitaan (ay 25). Demikian pula di atas kayu salib, terhadap permintaan penyamun yang bertobat (Luk 23:42), Yesus tidak menunjuk kepada reinkarnasi sebagai sarana pemurnian, tapi berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (ay 43). Kata “hari ini” menegaskan bahwa tak ada reinkarnasi. Ajaran yang paling gamblang dan mantap melawan reinkarnasi ialah surat kepada orang Ibrani, “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, ....” (Ibr 9:27).


Identitas Yohanes Pembaptis (Mat 11 :13- 14) bisa dimengerti jika kita menyimak Luk 1:17, “... dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada....” Roh dan kuasa di sini tidak bisa diartikan sebagai jiwa Elia yang bereinkarnasi dalam diri Yohanes Pembaptis. Ayat itu menunjukkan bahwa semangat atau roh yang menggerakkan Yohanes sama dengan semangat Elia. Misi Yohanes sama dengan misi Elia. Tapi Yohanes Pembaptis bukanlah reinkarnasi Elia, atau bahwa jiwa Elia menjelma kembali dalam diri Yohanes Pembaptis. Hal ini juga jelas ketika Yohanes ditanya secara gamblang, apakah dia adalah Elia. Jawaban Yohanes jelas, “Bukan!” (Yoh 1:21). Dalam transfigurasi di Gunung Tabor, para murid juga melihat dan mengenali Elia, bukan Yohanes Pembaptis (Mat 17:1-8).