Memang benar ia sakit dan nyaris mati, tetapi Allah mengasihani dia, dan bukan hanya dia saja, melainkan aku juga, supaya dukacitaku jangan bertambah-tambah. Itulah sebabnya aku lebih cepat mengirimkan dia, supaya bila kamu melihat dia, kamu dapat bersuka
Saya memiliki beberapa sahabat. Kami sering berbagi hingga hal-hal pribadi. Uniknya, ada sahabat yang memiliki sifat, kebiasaan, dan bentuk tubuh yang kontras dengan saya. Toh kami tetap bersahabat erat karena kesamaan tujuan hidup. Kami memiliki hasrat kuat untuk saling memahami, menghargai, menerima, memperhatikan, dan menolong. Melalui hubungan ini, kami belajar bertumbuh di dalam kasih.
Rasul Paulus pun tidak berjuang sendiri. Ia memiliki beberapa sahabat. Ia menerapkan prinsip persahabatan dari ajaran Kristus. Kasih dan belas kasihan menjadi dasar yang menghasilkan banyak perilaku positif. Oleh kasih, kita saling menghibur dalam Roh, saling menasihati, sehati, sepikir, sejiwa, dan satu tujuan (ay. 1, 2).
Mendahulukan kepentingan orang lain dan merendahkan diri menjadikan persahabatan begitu indah. Meskipun Timotius dan Epafroditus sangat penting bagi Paulus yang sedang dipenjara, Paulus berencana mengirimkan mereka kepada jemaat di Filipi. Paulus pernah sangat sedih ketika Epafroditus sakit dan hamper meninggal. Rasa rindu antara Paulus, Epafroditus, Timotius, dan jemaat di Filipi menandai persahabatan mereka yang murni.
Bila Anda memiliki sahabat, rekatkanlah persahabatan Anda dengan kasih Kristus. Belajarlah menerapkan kasih itu dalam bentuk saling menguatkan dan saling menasihati dengan lembut. Layanilah sahabat Anda dengan memperhatikan kebutuhannya dan dalam kerendahan hati.