(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XV – Senin, 13 Juli 2015)
“Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Siapa saja yang mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku; dan siapa saja yang mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Siapa saja yang tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Siapa saja yang mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan siapa saja yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Siapa saja yang memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Ia tidak akan kehilangan upahnya.”
Setelah Yesus mengakhiri pesan-Nya kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka. (Mat 10:34-11:1)
Bacaan Pertama: Kel 1:8-14,22; Mazmur Tanggapan: Mzm 124:1-8
Santa Clara - Asisi |
Pada Hari Minggu Palma malam di tahun 1212, seorang perempuan muda dari keluarga bangsawan Offreducio yang berumur 18 tahun dari Assisi, Italia, melarikan diri dari kota Assisi . Di gereja Porziuncula – sebagaimana telah mereka rencanakan – Chiara Offreducio bertemu dengan seorang laki-laki pentobat miskin bernama Saudara Francesco. Saudara Francesco (Fransiskus) memotong rambut Chiara (Klara), dan memakaikan jubah kasar kepadanya dan menerima komitmen dari perempuan muda tersebut untuk mendedikasikan hidupnya bagi “Tuan Puteri Kemiskinan”. Keluarga Offreducio sangat terkejut ketika mengetahui apa yang terjadi, dan mereka mencoba untuk membawa Klara pulang, namun perempuan muda itu melawan. Ketika adik perempuannya, Agnes, bergabung dengan Klara, keluarga Offreducio mengirim 12 orang bersenjata untuk mengambil paksa dua orang perempuan muda tersebut. Namun selagi Klara berdoa, tubuh Agnes menjadi sedemikian berat sehingga tidak dapat dipindahkan dari tempatnya berada. Kedua perempuan muda tersebut tetap tinggal dalam biara Benediktin di mana mereka dititipkan.
Klara adalah anggota sebuah keluarga kaya dan dipandang sebagai salah seorang tercantik di Assisi. Dengan mudah Klara dapat memilih dari sejumlah laki-laki yang siap meminangnya. Namun Klara memilih kerasnya hidup dalam biara tertutup ketimbang gaya hidup yang serba nyaman dan bergelimang dengan harta kekayaan. Pilihan Klara kelihatan dan terasa sangat irasional bagi keluarganya, namun Klara memahamai bahwa Allah mempunyai suatu visi berbeda untuk hidupnya – hidup dengan biaya riil yang tidak kecil namun dipenuhi dengan rahmat yang tak terhitung banyaknya.
Seperti dikatakan Yesus sendiri: “Siapa saja yang mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan siapa saja yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat 10:39). Klara kehilangan nyawanya, namun ia menemukannya dalam Yesus.
Klara sepenuhnya menyadari, dia telah kehilangan apa, dan apa yang telah diperolehnya. Dalam suratnya yang pertama kepada Agnes dari Praha – seorang tuan puteri Bohemia yang telah melepaskan segala kehormatan duniawi guna bergabung dengan ordo Klaris, Klara menulis: “Memang pertukaran yang besar dan terpuji yakni: meninggalkan barang yang fana ganti barang kekal, mendapat yang surgawi ganti yang duniawi, mendapat seratus kali lipat ganti satu dan memperoleh miliki berupa hidup kekal dan bahagia”.
Begitu banyaknya atraksi-atraksi duniawi menggoda kita untuk menyimpang dari kehidupan yang ditawarkan oleh Yesus kepada kita. Bahkan jika semua itu tidak sampai menyeret kita untuk menyerah, tetap saja dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam diri kita. Seringkali kita lebih mudah melihat kehilangan hal-hal yang berwujud daripada melihat sukacita yang kurang berwujud dari hidup penuh penyerahan diri kepada Kristus, Tanpa relasi dengan Yesus yang intim, penghiburan dlsb. yang Ia tawarkan kepada kita, tidak dapatlah kita kehilangan hidup kita demi Dia. Namun jika kita membenamkan diri kita dalam kasih-Nya, maka kita sungguh akan mengalami hidup yang ditawarkan oleh-Nya.
DOA:
Tuhan Yesus, aku mempersembahkan hari ini bagi-Mu. Penuhilah diriku dengan suatu hasrat yang berkobar-kobar untuk menyerahkan setiap momen bagi-Mu. Terpujilah nama-Mu selalu.
Amin.