Namun pada kenyataannya, suap ternyata telah terjadi pada zaman dahulu. Tatkala Petrus dan Yohanes pergi ke tanah Samaria untuk mendoakan orang-orang itu agar memperoleh Roh Kudus, datanglah tukang sihir yang juga bertobat yang bernama Simon. Simon melihat bahwa kuasa (Allah) yang dimiliki oleh Petrus dan Yohanes sangatlah besar sehingga Roh Kudus turun atas orang-orang di Samaria. Dan Simon hendak menyuap Petrus dengan uang yang dimilikinya agar Petrus mau memberikan juga kuasa Allah.
Namun dengan tegas Petrus menolak dan mengatakan bahwa kuasa Allah tidaklah diperjualbelikan. Itu adalah anugerah bagi setiap orang yang mau percaya dan bertobat. Simon memang telah bertobat, akan tetapi pertobatan Simon hanyalah secara jasmani namun secara rohaninya ia masih berpikir seperti tukang sihir (masih membawa manusia lamanya). Ia mengira dapat memiliki “ilmu ajaib” dengan membelinya. Seolah dengan uang yang dimiliki, ia bisa melakukan apapun yang dikehendaki.
Sudah menjadi bagian dari hidup kita untuk memiliki hati yang lurus di hadapan Allah agar tidak terjerat dari segala bentuk kejahatan yang dibenci Allah. Pertobatan yang sejati haruslah secara radikal. Bukan hanya mengaku dengan mulut untuk percaya kepada Allah namun juga memiliki kehidupan iman yang terus bertumbuh.
Tetapi Petrus berkata kepadanya : “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang.
(Kisah Para Rasul 8:20)