Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.
(Filipi 3:8)
Dalam Big Hero 6, Hiro Hamada adalah perakit robot cemerlang berusia 14 tahun. Sayangnya, ia asyik menggunakan kecakapannya itu untuk adu robot. Kakaknya, Tadashi, khawatir Hiro menyia-nyiakan potensinya. Ia mengajak Hiro ke laboratorium kampusnya, memperlihatkan berbagai proyek robotika yang dikerjakan para mahasiswa. Menyaksikan berbagai terobosan yang mereka kembangkan, Hiro terbelalak takjub. Ia tersadar, betapa sia-sia jika dirinya hanya sibuk main adu robot. Ia pun mempersiapkan diri, agar bisa melanjutkan kuliah dan memperdalam ilmu di bidang robotika, mengikuti jejak kakaknya.
Kisah Hiro mengingatkan pada perubahan visi secara radikal pada Paulus. Semula Paulus mengerahkan daya hidup untuk mengupayakan "kebenaranku sendiri karena menaati hukum Taurat" (ay. 9). Ia mengandalkan kehebatan dan kemampuan dirinya, membanggakan amal ibadahnya. Namun, saat ia tersadar bahwa dirinya dibenarkan "karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan" (ay. 9), ia melepaskan visinya yang semula dan "menganggapnya sampah" (ay. 8). Kini ia mengarahkan hidupnya untuk mengenal Allah (ay. 10) dan mengejar panggilan surgawi yang luhur (ay. 13-14).
Begitulah. Ketika mata kita dicelikkan oleh Roh Kudus dan menyaksikan visi yang luhur, hal-hal remeh yang semula memikat kita dapat memudar daya tariknya. Kita akan termotivasi untuk meninggalkan hal yang remeh itu, dan mengalihkan fokus menuju visi yang luhur.