Saya dahulu tidak mengerti mengapa Tuhan Yesus mesti memilih murid-murid yang biasa-biasa saja (nelayan, contohnya), tetapi setelah membaca Perjanjian Baru saya mulai mengerti bahwa Allah sanggup memakai tidak hanya orang-orang yang kaya, pandai, terpandang (sempurna). Ia juga bisa memakai orang-orang yang tidak kaya, tidak terpelajar (tidak sempurna).
2 Korintus 1:3-4 memberitahu kepada kita bahwa Kristus ingin menyatakan kasih karunia-Nya di dalam diri kita. Semakin lemah kita, semakin kemuliaan dan pekerjaan Kristus dinyatakan dalam kita; semakin Ia dipermuliakan. Kata “cukup” menunjukkan kuasa/ kekuatan yang akan memampukan kita untuk melalui segala jenis keadaan. Maka, semakin lemah seorang pelayan Kristus, semakin ia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri, semakin ia akan berharap kepada kekuatan Allah.
Dari sini kita melihat bahwa kelemahan kita sangat berguna bagi Allah; yaitu supaya kuasa-Nya nampak jelas dalam diri ktia. Kita adalah kesempatan bagi Allah untuk membuktikan diri-Nya. Mungkinkah saat kita lemah, justru kita kuat? Mungkin! Karena kuasa Kristus jauh lebih besar dari gabungan kekuatan manusia manapun. Kita hanya perlu mengakui kelemahan kita di hadapan-Nya dan menyerahkan diri kita untuk dipakai oleh-Nya.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
(2 Korintus 12:9-10)