Kita yang mengaku diri kita Kristen harus menyadari tugas yang Allah percayakan kepada kita selama kita ada di dunia, yaitu hidup memuliakan Allah. Segala yang kita perbuat dan rencanakan harus berhubungan dengan tugas ini, memuliakan Allah. Apakah keseharianku memuliakan Allah? Apakah pekerjaanku memuliakan Allah? Apakah pernikahanku memuliakan Allah? Apakah kematianku memuliakan Allah?Kalau memuliakan Allah tidak lagi menjadi tujuan hidup kita, maka kita perlu mengoreksi diri. Terlalu mencintai manusia, terlalu mencintai kekayaan, terlalu mencintai kehormatan dan dosa bisa mengaburkan tujuan utama mengapa kita diciptakan.
Yesus rela mati di kayu salib bukan tanpa tujuan. Di mata dan pikiran-Nya terlintas wajah dan nama-nama kita, bagi siapa Dia rela menyerahkan nyawa-Nya. Dia mati supaya kita bisa hidup; Dia jadi miskin supaya kita bisa jadi kaya di dalam nama-Nya. Dia melakukan pengorbanan yang sedemikian besar supaya kita punya kesempatan untuk bisa kembali pada kodrat kita, diciptakan untuk memuliakan Tuhan.
Kawan, tidak henti-hentinya aku mengatakan ini, bukan saja kepada Kalian, tetapi juga kepada diri sendiri: Hiduplah memuliakan Tuhan! Tinggalkan dosa dan kepentingan pribadi, cari tahu jalan yang sudah Allah tentukan bagimu. Ada rencana mulia yang sedang menantimu, rencana yang Allah tentukan sejak sebelum dunia dijadikan, rencana yang Yesus jaga dengan nyawa-Nya, khusus untukmu.
Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.
(Efesus 1:4-6)
