Aku berkata kepada-Mu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi siapa saja yang menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi siapa saja yang menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadap-kan kamu kepada majelis di rumah-rumah ibadat atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu khawatir bagaimana kamu harus membela diri dan apa yang harus kamu katakan. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang yang harus kamu katakan.” (Luk 12:8-12)
Bacaan Pertama: Rm 4:13,16-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 105:6-9, 42-43
Kata-kata Yesus dalam bacaan Injil hari ini dapat membingungkan kita. Atau barangkali kita terkejut karena kata-kata itu tidak sesuai dengan gambaran kita tentang Dia selama ini. Yesus bersabda: “Siapa saja yang menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni” (Luk 12:10). Bagaimana seharusnya memahami pernyataan Yesus ini? Apakah yang dimaksud-kan dengan “menghujat Roh Kudus”? Apakah mungkin bahwa kita pun pernah “menghujat” Roh Kudus? Mungkinkah Yesus bersikap begitu keras untuk tidaak mengampuni, pahahal kita mengenal-Nya sebagai Pribadi yang penuh belas kasih.
Santo (Paus) Yohanes Paulus II memberikan wawasan terkait teks yang penuh tantangan ini dalam ensikliknya Tentang Roh Kudus. Dalam ensiklik ini dikatakan bahwa hujat melawan Roh Kudus tidaklah dalam bentuk kata-kata, melainkan menolak untuk menerima keselamatan yang ditawarkan Allah kepada manusia melalui Roh Kudus, yang bekerja melalui kuasa Salib … Hal ini berarti menolak untuk datang kepada sumber Penebusan (butir 46).
Dengan perkataan lain, menghujat Roh Kudus berarti menyangkal hasrat Allah dan kemampuan-Nya untuk menyelamatkan kita. Jadi, dosa ini “tak dapat diampuni” justru karena disposisi si pendosa dalam menolak rahmat Roh Kudus menutup pintu untuk terjadinya pertobatan sejati. Allah sendiri sebenarnya mengampuni setiap pendosa yang bertobat, betapa besar pun dosa-dosanya.
Santo Yohanes Paulus II mendesak seluruh Gereja untuk berdoa agar dosa berbahaya melawan Roh Kudus memberi jalan kepada kesiapan suci untuk menerima misi-Nya sebagai sang Penasihat, jika Dia datang untuk meyakinkan dunia mengenai dosa, dan kebenaran dan penghakiman” (butir 47). Kita tidak perlu takut atau kehilangan peng-harapan! Bahkan juga bila kita berpikir bahwa diri kita tidak dapat diampuni. Setiap hari, Yesus mendengar dan mengalami cercaan dari orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya, namun Ia selalu menawarkan pengampunan-Nya dan keselamatan bagi orang-orang itu. Setiap hari, Roh Kudus mengalami orang-orang percaya namun yang tidak mendengar-kan suara-Nya, dan Ia tetap bekerja dengan mereka, dengan pengharapan akan membawa orang-orang itu ke dalam pertobatan sejati dan tentunya restorasi. Kita harus senantiasa mengingat bahwa Allah tidak pernah menyerah untuk menyelamatkan kita semua.
Santo (Paus) Yohanes Paulus II memberikan wawasan terkait teks yang penuh tantangan ini dalam ensikliknya Tentang Roh Kudus. Dalam ensiklik ini dikatakan bahwa hujat melawan Roh Kudus tidaklah dalam bentuk kata-kata, melainkan menolak untuk menerima keselamatan yang ditawarkan Allah kepada manusia melalui Roh Kudus, yang bekerja melalui kuasa Salib … Hal ini berarti menolak untuk datang kepada sumber Penebusan (butir 46).
Dengan perkataan lain, menghujat Roh Kudus berarti menyangkal hasrat Allah dan kemampuan-Nya untuk menyelamatkan kita. Jadi, dosa ini “tak dapat diampuni” justru karena disposisi si pendosa dalam menolak rahmat Roh Kudus menutup pintu untuk terjadinya pertobatan sejati. Allah sendiri sebenarnya mengampuni setiap pendosa yang bertobat, betapa besar pun dosa-dosanya.
Santo Yohanes Paulus II mendesak seluruh Gereja untuk berdoa agar dosa berbahaya melawan Roh Kudus memberi jalan kepada kesiapan suci untuk menerima misi-Nya sebagai sang Penasihat, jika Dia datang untuk meyakinkan dunia mengenai dosa, dan kebenaran dan penghakiman” (butir 47). Kita tidak perlu takut atau kehilangan peng-harapan! Bahkan juga bila kita berpikir bahwa diri kita tidak dapat diampuni. Setiap hari, Yesus mendengar dan mengalami cercaan dari orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya, namun Ia selalu menawarkan pengampunan-Nya dan keselamatan bagi orang-orang itu. Setiap hari, Roh Kudus mengalami orang-orang percaya namun yang tidak mendengar-kan suara-Nya, dan Ia tetap bekerja dengan mereka, dengan pengharapan akan membawa orang-orang itu ke dalam pertobatan sejati dan tentunya restorasi. Kita harus senantiasa mengingat bahwa Allah tidak pernah menyerah untuk menyelamatkan kita semua.
DOA:
Allah, Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Curahkanlah rahmat-Mu ke atas kami semua. Kami membuka hati kami supaya dapat menerima karunia keselamatan dari-Mu.
Amin.