(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVII – Selasa, 6 Oktober 2015)
Keluarga Fransiskan: Peringatan Arwah Semua saudara, sanak saudara dan penderma.
Ordo Franciscanus Saecularis (OFS): Peringatan S. Maria Fransiska dr ke-5 luka Yesus, Perawan
Bacaan Pertama: Yun 3:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 130:1-4,7-8
“Tidakkah dia melihat betapa sibuknya diriku? Kami perlu memperhatikan para tamu kami secara istimewa, tetapi Maria hanya duduk-duduk di sana. Mengapa segalanya selalu tergantung pada diriku? Inilah kiranya yang ada dalam pikiran Marta.
Memang tidak sulitlah bagi kita untuk membayangkan pemikiran seperti di atas timbul dalam benak kita, jika kita berada dalam posisi Marta. Namun apabila kita mau lebih teliti lagi memperhatikan kata-kata Marta kepada Yesus, maka kita dapat mengenali bahwa keprihatinan utama dari Marta adalah apakah dirinya diperlakukan adil atau tidak. Marta berpikir bahwa solusi atas masalah-masalah yang dihadapinya terletak pada orang-orang lain. Merekalah yang harus berubah, bukan dirinya.
Rasanya kita masing-masing tidak perlu berlama-lama untuk mengingat kembali bahwa kita pun pernah berpikir atau mempunyai perasaan seperti Marta. Jika hal-hal yang berkembang tidak sesuai dengan kemauan kita, maka tanggapan kita yang pertama sangat mungkin berupa pikiran bahwa hak-hak kita telah diabaikan atau bahwa “kebaikan” diri kita telah dimanfaatkan oleh orang lain. Justru pada saat kita merasa teragitasi, maka kita harus berpaling kepada Roh Kudus guna memperoleh hikmat dan kebebas-merdekaan yang sejati. Barangkali kita berdoa: “Roh Kudus Allah, bagaimana aku dapat memperkenankan rahmat-Mu memenuhi diriku pada saat ini? Aku ingin meninggalkan kemarahanku. Tunjukkanlah kepadaku bagaimana aku dapat memberi tanggapan secara berbeda di sini.” Begitu banyak yang dapat terjadi dalam situasi menegangkan, apabila kita mau mencoba untuk mengubah diri kita sebelum mencoba untuk mengubah orang lain – teristimewa apabila kita memohon diberikan rahmat ilahi guna membuat perubahan-perubahan ini.
Jika kita memperkenankan kehadiran Allah memperoleh tempat pertama dalam hati kita, maka hal-hal yang sungguh menakjubkan dapat terjadi. Allah sang Pencipta alam semesta dan segala isinya – adalah begitu kreatif sehingga sangatlah mampu untuk memimpin kita kepada pemikiran-pemikiran, keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan yang dapat mewujudkan hal-hal yang lebih daripada sekadar pemecahan masalah; hal-hal yang mendatangkan kesembuhan, kebebasan/kemerdekaan, bahkan pelepasan dari kuasa-kuasa jahat. Cintakasih dan belarasa terhadap orang-orang lain dapat menggantikan rasa geram kita terhadap ketidakadilan yang terasa menimpa diri kita. Hikmat ilahi Allah sendiri dapat membimbing kita guna membuat perubahan-perubahan yang mungkin sekali juga mengejutkan diri kita sendiri di samping mengejutkan orang-orang lain. Allah bahkan dapat menunjukkan kepada kita bagaimana diri kita mungkin menjadi penyebab masalah juga – bersama-sama dengan faktor luar.
Apa pun yang ditunjukkan oleh Roh Kudus, kita akan menemukan iman dan kepercayaan kita kepada Yesus menjadi semakin mendalam. Selagi kita mengalami kuat-kuasa-Nya guna mengubah hati kita, rahmat-Nya akan mengalir ke luar dari diri kita, …… menolong setiap orang yang terlibat untuk mengenal dan mengalami kesembuhan, kebebasan dan sukacita yang tak berkesudahan.
“Tidakkah dia melihat betapa sibuknya diriku? Kami perlu memperhatikan para tamu kami secara istimewa, tetapi Maria hanya duduk-duduk di sana. Mengapa segalanya selalu tergantung pada diriku? Inilah kiranya yang ada dalam pikiran Marta.
Memang tidak sulitlah bagi kita untuk membayangkan pemikiran seperti di atas timbul dalam benak kita, jika kita berada dalam posisi Marta. Namun apabila kita mau lebih teliti lagi memperhatikan kata-kata Marta kepada Yesus, maka kita dapat mengenali bahwa keprihatinan utama dari Marta adalah apakah dirinya diperlakukan adil atau tidak. Marta berpikir bahwa solusi atas masalah-masalah yang dihadapinya terletak pada orang-orang lain. Merekalah yang harus berubah, bukan dirinya.
Rasanya kita masing-masing tidak perlu berlama-lama untuk mengingat kembali bahwa kita pun pernah berpikir atau mempunyai perasaan seperti Marta. Jika hal-hal yang berkembang tidak sesuai dengan kemauan kita, maka tanggapan kita yang pertama sangat mungkin berupa pikiran bahwa hak-hak kita telah diabaikan atau bahwa “kebaikan” diri kita telah dimanfaatkan oleh orang lain. Justru pada saat kita merasa teragitasi, maka kita harus berpaling kepada Roh Kudus guna memperoleh hikmat dan kebebas-merdekaan yang sejati. Barangkali kita berdoa: “Roh Kudus Allah, bagaimana aku dapat memperkenankan rahmat-Mu memenuhi diriku pada saat ini? Aku ingin meninggalkan kemarahanku. Tunjukkanlah kepadaku bagaimana aku dapat memberi tanggapan secara berbeda di sini.” Begitu banyak yang dapat terjadi dalam situasi menegangkan, apabila kita mau mencoba untuk mengubah diri kita sebelum mencoba untuk mengubah orang lain – teristimewa apabila kita memohon diberikan rahmat ilahi guna membuat perubahan-perubahan ini.
Jika kita memperkenankan kehadiran Allah memperoleh tempat pertama dalam hati kita, maka hal-hal yang sungguh menakjubkan dapat terjadi. Allah sang Pencipta alam semesta dan segala isinya – adalah begitu kreatif sehingga sangatlah mampu untuk memimpin kita kepada pemikiran-pemikiran, keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan yang dapat mewujudkan hal-hal yang lebih daripada sekadar pemecahan masalah; hal-hal yang mendatangkan kesembuhan, kebebasan/kemerdekaan, bahkan pelepasan dari kuasa-kuasa jahat. Cintakasih dan belarasa terhadap orang-orang lain dapat menggantikan rasa geram kita terhadap ketidakadilan yang terasa menimpa diri kita. Hikmat ilahi Allah sendiri dapat membimbing kita guna membuat perubahan-perubahan yang mungkin sekali juga mengejutkan diri kita sendiri di samping mengejutkan orang-orang lain. Allah bahkan dapat menunjukkan kepada kita bagaimana diri kita mungkin menjadi penyebab masalah juga – bersama-sama dengan faktor luar.
Apa pun yang ditunjukkan oleh Roh Kudus, kita akan menemukan iman dan kepercayaan kita kepada Yesus menjadi semakin mendalam. Selagi kita mengalami kuat-kuasa-Nya guna mengubah hati kita, rahmat-Nya akan mengalir ke luar dari diri kita, …… menolong setiap orang yang terlibat untuk mengenal dan mengalami kesembuhan, kebebasan dan sukacita yang tak berkesudahan.
DOA:
Yesus Kristus, bersama ini aku mempersembahkan kepada-Mu, ya Tuhan, segala relasiku dengan sesamaku yang telah “rusak” dan yang sedang memburuk. Curahkanlah damai-sejahtera-Mu ke atas diri masing-masing pribadi yang terlibat. Perkenankanlah belas kasih-Mu menang berjaya atas setiap perpecahan. Tuhan Yesus, aku dan sesamaku sungguh membutuhkan Engkau.
Amin.