Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya, “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Tetapi Aku akan menunjukkan kepada kamu siapa yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah lima ekor burung pipit dijual seharga dua receh terkecil? Sungguh pun demikian tidak seekor pun yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu, jangan takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit. (Luk 12:1-7)
Bacaan Pertama: Rm 4:1-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 32:1-2,5,11
Sekali lagi Yesus mengajar pertama-tama kepada para murid-Nya sebelum mengajar kepada orang banyak. Yesus mengingatkan para murid supaya menghindari kemunafikan seperti yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi, tentang hal mana Dia baru saja membicarakannya (lihat Luk 11:37-54). Yesus mengetahui sekali betapa mudahnya seseorang untuk jatuh ke dalam perangkap ini. Jadi, Dia berkata, “Waspadalah!” Waspadalah, agar kamu tidak menipu dirimu sendiri!
Apakah yang dimaksudkan dengan “kemunafikan”? Artinya, “berpura-pura.” Ketika kita (anda dan saya) berpura-pura menjadi pribadi-pribadi yang bukan diri kita yang sebenarnya, jika kita menunjukkan suatu tampak-luar yang tidak cocok dengan yang ada di dalam hati dan pikiran kita, maka kita adalah orang-orang munafik. Seorang munafik memakai kedok atau topeng. Ia menyembunyikan wajahnya yang sebenarnya. Sebagai anggota tim kerja atau panitia tertentu, orang ini dapat sangat kelihatan sibuk sekali guna menutupi kemalasannya atau kegagalannya; dia dapat berpura-pura menjadi seorang pendoa yang luar-biasa salehnya untuk menutupi kedangkalan imannya.
Yesus mengatakan bahwa sebuah topeng tidak dapat menjadi pelindung. Sebuah topeng tidak memberikan kepada kita sesuatu yang kokoh atau teguh, tidak ada kehormatan, juga tidak ada damai-sejahtera. Selalu ada bahaya topeng itu copot dan terungkaplah siapa sesungguhnya dirinya. Dengan memakai topeng, seseorang selalu dihantui rasa waswas bahwa dirinya yang sebenarnya akan diketahui orang-orang lain. Seperti dikatakan Yesus sendiri: “Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui” (Luk 12:2).
Kita tidak dapat menyangkal kenyataan bahwa terkadang kita (anda dan saya) pun sekali waktu memakai topeng juga. Kita semua cenderung untuk mencoba menutup-nutupi jati diri kita sebenarnya. Make-up tebal bukanlah satu-satunya topeng yang kita pakai. Kita mencoba segala cara yang mungkin supaya kelihatan lebih cantik daripada keadaan kita sebenarnya. Kita melakukan segalanya yang mungkin agar dapat menyembunyikan sikap tidak peduli kita, dan berbagai keterbatasan kita lainnya. Kita mengenakan topeng “Bapak yang tenang/kalem” karena kita menutup kegelisahan dan ketakutan yang sedang mencekam diri kita. Kita memakai topeng “Bapak Supersibuk” guna menutupi rasa takut kita bahwa jangan-jangan kita tidak diterima oleh kelompok/komunitas tertentu. Kita semua memiliki kecenderungan-kecenderungan memakai topeng karena kita takut mengungkapkan siapa diri kita sebenarnya.
Namun Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi…….” (Luk 12:5-7). Kepada para murid-Nya (termasuk kita), Yesus menjanjikan kemenangan akhir. Apakah itu tidak cukup? Bukankah itu damai-sejahtera kita?
Namun Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi…….” (Luk 12:5-7). Kepada para murid-Nya (termasuk kita), Yesus menjanjikan kemenangan akhir. Apakah itu tidak cukup? Bukankah itu damai-sejahtera kita?
DOA:
Tuhan Yesus, untuk menjadi murid-Mu kami harus jujur dan terbuka. Tolonglah diriku, ya Tuhan Yesus, agar mau mencopot topeng yang selama ini kupakai.
Amin.