Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

09 Oktober 2015

Mendengarkan Firman Allah Dan Memeliharanya


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVII – Sabtu, 10 Oktober 2015) 


http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Ketika Yesus masih berbicara tentang hal-hal itu, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Ia berkata, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” (Luk 11:27-28) 
Bacaan Pertama: Yl 3:12-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 97:1-2,5-6,11-12

Ketika 70 murid-murid Yesus kembali dari perjalanan misi mereka (Luk 10:17-20), mereka memuji Dia dan diri mereka sendiri untuk kuasa nama Yesus atas roh-roh jahat. Kemudian Yesus meluruskan kembali “euforia” mereka dengan mengajar mereka: “Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga”  (Luk 10:20). Langsung setelah mengatakan hal itu Yesus juga bersukacita dalam Roh Kudus dan memuji Bapa-Nya di surga untuk apa yang dinyatakan-Nya kepada para murid-Nya. Sekarang, ketika perempuan dalam bacaan Injil hari ini memuji Yesus dan ibunda-Nya dengan mendeklarasikannya sebagai “berbahagia” karena mengandung dan menyusui seorang nabi besar, sekali lagi Yesus meluruskan kembali pujian itu kepada Allah: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk 11:28).

Jauh dari sikap “mengecilkan” peranan ibunda-Nya, Yesus menunjukkan bahwa Maria bukanlah sekadar seorang gadis beruntung yang menjadi favorit Allah dan kepadanya dicurahkanlah rahmat berlimpah. Yesus memahami bahwa Maria adalah seorang pribadi manusia yang senantiasa memilih untuk meletakkan hidupnya demi ketaatan pada Allah, dan ini sungguh merupakan berkat sejati. Baik Malaikat Agung Gabriel maupun saudaranya, Elisabet, dapat melihat iman dan ketaatan Maria, dan inilah sebabnya mengapa Maria disebut “penuh rahmat” (doa Salam Maria) atau “beroleh anugerah di hadapan Allah” (Luk 1:30; TB II-LAI) oleh Gabriel. Elisabet mengatakan: “Berbahagialah ia yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:45).

Kepada Gabriel, Maria berkata: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Sekarang, pertimbangkanlah konsekuensi-konsekuensi dari fiat atau “ya” dari Maria terhadap pesan luarbiasa sang malaikat. Bayangkanlah diri kita (anda dan saya) sebagai seorang gadis muda pada zaman itu, sudah bertunangan dan siap untuk pernikahan, sekarang bersedia menerima kehendak Allah untuk hamil secara ajaib (oleh kuasa Roh Kudus) sebelum kita memasuki saat pernikahan resmi. Hal ini tentu saja sulit untuk kita jelaskan kepada ibu kita maupun tunangan/calon suami kita, apalagi berbagai kemungkinan menyebarnya desas-desus di Nazaret tempat kita tinggal? Tidak inginkah kita mengusulkan kepada Allah untuk menunda perkandungan oleh Roh Kudus itu sampai saatnya pernikahan? Apakah dunia sungguh perlu mengetahui bahwa itu adalah kelahiran dari seorang perawan? Apakah kita sungguh mau mengambil risiko dirajam dengan batu oleh para anggota masyarakat karena dosa perzinahan?
Tindakan iman Maria dan ketaatannya sungguh luarbiasa, dan sampai hari ini sulit untuk dibayangkan oleh kita dengan sekadar memakai akal-budi kita. Oleh karena tindakan imannya itu Maria pantas untuk dijuluki “Hawa yang baru”. Mengapa? Karena seperti juga Hawa, Maria memiliki kehendak bebas, namun tidak seperti Hawa, dia menaruh kepercayaannya dengan benar, beriman, dan dia taat. Ini adalah sosok perempuan yang dikenal oleh Yesus sebagai ibunya. Yesus melihat kondisi terberkatinya dalam hikmat-kebijaksanaannya, kekuatannya, imannya, dan ketaatannya. Kita pun dapat terberkati apabila kita berupaya untuk mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya.


Mazmur Tanggapan
Ref. Bersukacitalah dalam Tuhan, hai orang benar.
 Ayat. (Mzm 97:1-2.5-6.11-12)
  1. Tuhan adalah Raja. Biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita!
  2. Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
  3. Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati.
Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Luk 11:28)
Berbahagialah yang mendengarkan Sabda Tuhan dan memeliharanya.

 Secara halus Yesus menolak pandangan bahwa kebahagiaan tidak terletak pada hubungan darah atau kekerabatan. Menurut Yesus, kebahagiaan terjadi ketika orang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya. Artinya, cara orang menyikapi firman dan karya Allah dalam hidup inilah yang membuat bahagia.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:27-28)
  
"Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau!"
  
Pada suatu hari, ketika Yesus sedang berbicara kepada orang banyak, berserulah seorang wanita dari antara orang banyak itu, dan berkata kepada Yesus, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung dan menyusui Engkau.” Tetapi Yesus bersabda, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya.”

 Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan
Kita hendaknya berani menilai apakah diri kita lebih banyak berbuat baik atau berbuat jahat kepada diri kita dan sesama. Jangan sampai kita merasa bahagia jika kita berhasil dalam kejahatan atau saat jauh dari Tuhan. Sebab hal itu semu dan menyesatkan. Yesus bersabda bagi kita, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya.” Hati dan pikiran kita sebenarnya selalu haus akan sabda Tuhan. Para saudara, mari kita berjuang untuk kebahagiaan yang sejati yakni dalam Tuhan, bukan dalam harta yang semu.

DOA:

Tuhan Yesus, Engkau telah sangat memberkati kami dengan privilese-privilese untuk menjadi murid-murid-Mu. Semoga kami dapat belajar untuk menaruh kepercayaan kepada-Mu dan mentaati Engkau, seperti yang dicontohkan oleh Maria. Tolonglah kami juga untuk memahami berbagai implikasi dari penyangkalan diri kami guna mengikuti jejak-Mu.
Amin.