Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

30 Oktober 2015

Jangan Tinggalkan Rumah Roti



Naomi, melihat kelaparan yang melanda Israel, akhirnya memutuskan untuk ikut suami serta kedua anaknya ke Moab dan meninggalkan Betlehem. Sejarah kemudian mencatat bahwa Naomi kembali pulang ke negerinya dengan kehilangan segala-galanya, suami dan kedua putranya. Ia berkata bahwa telah terjadi terlalu banyak hal pahit pada dirinya.

Betlehem memiliki arti rumah roti. Di kota yang kecil inilah bertahun-tahun kemudian dinyatakan anugerah terbesar dari Allah, yaitu Yesus. Kota yang menjadi tempat tinggal Maria (ibu Yesus) yang terpilih itu menjadi lambang dari kemurahan dan rahmat Allah, bukan hanya bagi orang Israel, tetapi kepada seluruh dunia, oleh karena kelahiran Yesus. Tetapi Naomi dan Elimelekh saat itu membuat keputusan yang salah. Mereka memilih untuk meninggalkan rumah roti Allah dan pergi ke negeri asing.

Kita, orang percaya, juga memiliki “rumah roti” kita. Tempat dan waktu di mana kita berdoa dan beribadah adalah tempat dan waktu di mana Allah menyatakan hadirat dan kuasa-Nya; itulah rumah roti kita. Jadi, gereja bahkan kamar kita bisa menjadi rumah roti kita. Kalau sebagai orang Kristen kita mulai meninggalkan doa dan persekutuan kita dengan Allah, maka itulah saat di mana kita meninggalkan rumah roti, itu juga yang akan menjadi awal dari segala hal pahit yang akan terjadi dalam hidup kita. Jadi, jangan pernah meninggalkan rumah roti (baca: persekutuan dengan Allah) karena di situlah Tuhan ingin menyatakan rahmat dan anugerah-Nya yang besar.

Firman TUHAN kepadanya: "Telah Kudengar doa dan permohonanmu yang kausampaikan ke hadapan-Ku"; Aku telah menguduskan rumah yang kaudirikan ini untuk membuat nama-Ku tinggal di situ sampai selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa.
(1 Raja-raja 9:3)