Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

15 Juni 2015

TETAPI AKU BERKATA KEPADAMU ……

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XI – Senin, 15 Juni 2015)
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Kamu telah mendengar yang difirmankan, Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari kamu. (Mat 5:38-42)

Bacaan Pertama: 2Kor 6:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1-4

Dalam “Khotbah di Bukit”, Yesus mendesak kita untuk mengasihi musuh-musuh kita. Hal ini merupakan suatu “kejutan” yang lengkap selengkap-lengkapnya karena secara total bertentangan dengan dengan “Hukum Pembalasan” yang terdapat dalam Perjanjian Lama (lihat Kel 21:24; Im 24:20: Ul 19:21). Hukum kasih yang diajarkan Yesus ini seharusnya menjadi stempel kita, umat Kristiani.

Beberapa upaya pernah dilakukan untuk menafsirkan ayat Perjanjian Lama ini seakan hanya diberlakukan pada “si Jahat” atau “hal-hal yang jahat” saja, bukannya kepada manusia yang mendzolimi kita. Namun kata-kata Yesus sangatlah jelas. Ia memberikan empat macam peristiwa sebagai contoh bagaimana orang-orang dapat menyakiti kita. Pertama-tama lewat kekerasan secara fisik. Dalam hal ini Yesus mengajar kita untuk tidak membalas, melainkan menanggungnya (Mat 5:39). Kedua, Yesus memberi contoh berkaitan tentang tindakan di bidang hukum: “Kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu” (Mat 5:40). Di mata orang Yahudi, “jubah” mempunyai makna yang sangat penting, yaitu “dirinya sendiri” (lihat Kel 22:26). Lihat pula apa yang dilakukan oleh Bartimeus yang buta ketika para murid Yesus memanggilnya untuk bertemu Yesus: dia melemparkan jubahnya! (Mrk 10:50). Seseorang harus meninggalkan “dirinya sendiri” (egonya dll.) ketika memutuskan untuk menghadap Yesus. Di sini (Mat 5:40) Yesus mengajarkan kepada kita untuk tidak hanya memberikan apa yang secara ilegal telah diambil dari kita, akan tetapi bahkan juga memberikan lebih lagi, yaitu diri kita sendiri, sikap pasrah … ikhlas. Ketiga, dalam hal paksa-memaksa (misalnya dalam hal pekerja paksa): “Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” (Mat 5:41). Ajaran Yesus ini kemudian dipakai dalam dunia bisnis: WALKING THE EXTRA MILE adalah salah satu butir panduan mendasar dalam melakukan adhi-layanan kepada para pelanggan di service industry, misalnya industri perbankan, asuransi dll.). Akhirnya, yang keempat: Yesus mengajarkan bahwa dalam situasi yang masih memungkinkan, janganlah kita menolak orang yang mohon bantuan dan mau meminjam dari kita, apakah kawan ataupun lawan.

Yesus kemudian menjelaskan mengapa “mengasihi musuh-musuh kita” begitu penting. Ia mengatakan, bahwa ini adalah bukti bahwa kita adalah “anak-anak Bapa surgawi, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45).

Kita harus mengakui bahwa ajaran Yesus dalam bacaan Injil hari ini sungguh merupakan ajaran keras! Namuuuuuuun, hal ini tidak berarti bahwa perintah Yesus ini harus kita abaikan. Apalagi, Yesus sendiri tidak menghindar dari hal seperti ini. Yesus telah menunjukkan bahwa pengampunan yang bersifat radikal tetap mungkin untuk dilakukan. Yesus menunjukkan contoh bagaimana mencapainya, yaitu dengan kasih. Kasihlah yang senantiasa mendorong serta menguatkan Yesus untuk tanpa lelah mewartakan Kerajaan Allah. Kasih juga yang memungkinkan diri-Nya untuk mengampuni, bahkan ketika Dia tergantung pada kayu salib (lihat Luk 23:34). Dan apabila kita memutuskan untuk menerima ajaran keras-Nya, kasih Kristus yang bekerja dalam diri kita akan menolong kita untuk mempraktekkannya juga.

Mengasihi para teman dan sahabat kita, mereka yang bersikap dan memperlakukan kita dengan baik adalah hal yang sangat mudah. Hal tersebut tidak membuktikan apa pun perihal sikap dan perilaku Kristiani kita. Orang-orang yang tidak mengenal Allah juga melakukannya (Mat 5:47). Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita, tidak mengatakan bahwa mengasihi orang-orang yang baik kepada kita bukannya merupakan cintakasih yang sejati. Namun Ia mau mau menandaskan bahwa bukti riil dari cintakasih yang sejati adalah jikalau kita mengasihi dengan setulus-tulusnya mereka yang menyakiti kita, mereka yang tidak menghargai kita dlsb. Di sinilah kita memberi kesaksian bahwa cintakasih kita didasarkan secara kokoh pada kehendak Allah sendiri.

DOA: 

Tuhan Yesus, tolonglah kami agar dapat menjadi murid-murid-Mu yang sejati. Biarlah Roh Kudus-Mu membentuk diri kami agar dapat menjadi saksi-saksi hidup baru dari Kerajaan Allah. Terpujilah nama-Mu selalu! 
Amin.