(Pengkhotbah 2:25)
Ingin menikmati hidup--itu yang sering ada di benak kita. Dengan cara apa pun kita berusaha meraihnya, asalkan bisa mereguk kebahagiaan. Tetapi, apakah kebahagiaan itu selaras dengan kehendak Allah? Tidak jarang kita mendengar orang kaya, sukses, terkenal, tampan, atau cantik yang merasa hidupnya hampa. Bergelimang kemewahan, namun depresi, lalu mengkonsumsi narkoba, bahkan sampai bunuh diri. Mereka tidak bahagia.
Allah menghadirkan kita di dunia ini, agar kita dapat menikmati semua berkat-Nya. Dia menghendaki kita hidup mengasihi-Nya, menaati-Nya, dan menjadi berkat bagi sesama. Dengan kata lain, hidup menurut tujuan Allah. Kitab Pengkhotbah menulis contoh yang relevan dengan kehidupan sekarang. Salomo mengejar hal-hal yang selalu diinginkan manusia, yakni kekayaan, kepoluleran, dan kekuasaan, demi kebanggaan dan kepuasan diri. Ia merasa berhak mendapatkan semuanya itu untuk merayakan keberhasilan dan menikmati hasil jerih lelahnya. Sampai kemudian Salomo menyadari bahwa semuanya hanyalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin--mendatangkan kehampaan.
Hidup kita singkat. Hidup yang benar adalah hidup menurut tujuan Allah. Kehampaan hidup tidak akan kita alami kalau kita hidup di dalamnya. Kiranya kita menyadari kekeliruan jika langkah kita telah melenceng sehingga mengejar kesia-siaan. Kembalilah ke tujuan yang benar. Meskipun kita pernah gagal, kasih karunia Allah senantiasa menyediakan kesempatan baru bagi kita untuk memperbaiki diri.
Ingin menikmati hidup--itu yang sering ada di benak kita. Dengan cara apa pun kita berusaha meraihnya, asalkan bisa mereguk kebahagiaan. Tetapi, apakah kebahagiaan itu selaras dengan kehendak Allah? Tidak jarang kita mendengar orang kaya, sukses, terkenal, tampan, atau cantik yang merasa hidupnya hampa. Bergelimang kemewahan, namun depresi, lalu mengkonsumsi narkoba, bahkan sampai bunuh diri. Mereka tidak bahagia.
Allah menghadirkan kita di dunia ini, agar kita dapat menikmati semua berkat-Nya. Dia menghendaki kita hidup mengasihi-Nya, menaati-Nya, dan menjadi berkat bagi sesama. Dengan kata lain, hidup menurut tujuan Allah. Kitab Pengkhotbah menulis contoh yang relevan dengan kehidupan sekarang. Salomo mengejar hal-hal yang selalu diinginkan manusia, yakni kekayaan, kepoluleran, dan kekuasaan, demi kebanggaan dan kepuasan diri. Ia merasa berhak mendapatkan semuanya itu untuk merayakan keberhasilan dan menikmati hasil jerih lelahnya. Sampai kemudian Salomo menyadari bahwa semuanya hanyalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin--mendatangkan kehampaan.
Hidup kita singkat. Hidup yang benar adalah hidup menurut tujuan Allah. Kehampaan hidup tidak akan kita alami kalau kita hidup di dalamnya. Kiranya kita menyadari kekeliruan jika langkah kita telah melenceng sehingga mengejar kesia-siaan. Kembalilah ke tujuan yang benar. Meskipun kita pernah gagal, kasih karunia Allah senantiasa menyediakan kesempatan baru bagi kita untuk memperbaiki diri.
KEBAHAGIAAN SEJATI HANYA DIDAPATKAN
KETIKA KITA HIDUP MENURUT TUJUAN ALLAH.