Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

30 Juni 2015

Danau Itu Menjadi Teduh Sekali

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XIII – Selasa, 30 Juni 2015)
Keluarga Besar Fransiskan: B. Raymundus Lullus, Martir – OFS

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/


Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nya pun mengikuti-Nya. Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditelan gelombang, tetapi Yesus tidur. Lalu datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya, “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu takut, hai kamu yang kurang percaya?” Lalu bangunlah Yesus membentak angin dan danau itu, sehingga danau itu menjadi teduh sekali. Orang-orang itu pun heran dan berkata, “Orang seperti apa Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat pada-Nya?” (Mat 8:23-27)

Bacaan Pertama: Kej 19:15-29; Mazmur Tanggapan: Mzm 26:2-3,9-12
Dalam bacaan Injil hari ini kita membaca dan membayangkan bagaimana Yesus membentak angin ribut yang sedang mengamuk di Danau Galilea, dan danau pun menjadi teduh sekali. Sangat luar biasa! Kita dapat membayangkan betapa besarnya kuat-kuasa yang dimiliki oleh Yesus atas alam semesta. Peristiwa yang terjadi sekitar 2000 tahun lalu memang merupakan sebuah kejadian yang hebat sekali, namun merupakan keajaiban yang terisolasi, dan tidak atau sedikit saja mempunyai relevansi bagi kita yang hidup di abad ke-21. Apabila makna dari peristiwa tersebut hanya terbatas untuk menunjukkan kuat-kuasa Yesus atas alam semesta dan teguran terhadap kekurangan kepercayaan para murid-Nya, maka kita boleh-boleh saja bertanya: “Mengapa Dia tidak melakukan hal serupa sekarang? Mengapa Dia membiarkan orang-orang yang mengasihi-Nya pada zaman ini mati tenggelam dalam kecelakaan kapal laut, pesawat udara dan berbagai bencana alam?

Kita juga diingatkan akan satu ayat dalam “Surat kepada Orang Ibrani”: Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr 13:8). Kalau demikian halnya, maka makna cerita ini bagi kita sekarang bukanlah Yesus yang meredakan angin ribut di Danau Galilea, melainkan “di mana saja Yesus berada, maka badai-badai kehidupan menjadi reda/teduh. Artinya, dalam kehadiran Yesus, maka angin badai yang paling hebat pun akan diubah menjadi suasana penuh kedamaian.

Manakala angin kencang kedinginan hati, atau angin kesedihan bertiup, maka ada ketenangan dan rasa nyaman dalam kehadiran Yesus Kristus. Ketika angin panas penderitaan sengsara bertiup kencang, maka ada damai-sejahtera dan rasa aman dalam kehadiran Yesus Kristus. Ketika angin badai keragu-raguan berupaya untuk mencabut akar atau fondasi iman-kepercayaan kita, maka ada rasa aman yang tetap dalam kehadiran Yesus Kristus. Dalam setiap badai atau angin ribut yang menggoncang hati manusia, maka ada kedamaian bersama Yesus Kristus.

Saudari dan Saudaraku yang dikasihi Kristus,
Janganlah kita (anda dan saya) melupakan pelajaran dari peristiwa yang terjadi sekitar 2000 tahun lalu di Danau Galilea bagi kita yang hidup di abad ke-21 ini, yaitu bahwa apabila berbagai badai kehidupan menggoncang jiwa kita, maka Yesus Kristus ada di sana, dan dalam kehadiran-Nya amukan badai diubah-Nya menjadi damai-sejahtera yang tidak dapat diambil oleh badai serupa.

DOA: 
Tuhan Yesus, sebagai murid-murid-Mu kami tidak akan pernah merasa takut lagi, karena setiap kali badai kehidupan datang mengancam, Engkau senantiasa hadir. Engkau adalah sang Imanuel, Allah yang senantiasa bersama kami. Terpujilah nama-Mu, ya Tuhan Yesus, sekarang dan selama-lamanya. 
Amin.