“Isilah gelas itu dengan air hingga penuh, Anna. Lalu teteskan sekali saja tinta merah itu. Apa yang terjadi?”
“Air dalam gelas ini berubah menjadi merah, Nek.”
“Coba isilah panci itu dengan air dan teteskan tinta sama seperti sebelumnya.”
“Airnya berubah menjadi merah muda.”
“Penuhi ember besar itu dengan air dan teteskan tintamu.”
“Airnya tak berubah warna, Nek.”
“Seperti itulah sebuah kesabaran itu akan dibentuk di dalam hidupmu.”
Dilukai akan menimbulkan rasa pahit di dalam hati. Itu pertanda bahwa kasih hanya memiliki sedikit tempat dalam hati kita. Ketika kita bisa bersabar dan mengampuni, itu sama halnya kasih telah mengikis dinding-dinding kebencian yang menjadi pembatas.
Semakin besar kesabaran yang kita miliki, maka makin luas pula kasih yang kita miliki di dalam hati. Rasa pahit adalah awal dari sebuah proses kehidupan untuk menjadi lebih baik. Kalahkanlah kebencian hingga tak ada seorangpun yang mampu membenci kita.
Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati.
(Pengkhotbah 7:8)