Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

10 Juni 2015

Agar Taurat Menjadi Berbuah

(Bacaan Injil Misa, Hari Biasa Pekan Biasa X – Rabu, 10 Juni 2015)
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

“Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu huruf kecil atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkannya, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga. (Mat 5:17-19)

Bacaan Pertama: 2 Kor 3:4-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 99:5-9
Taurat (Hukum atau Instruksi) adalah lima kitab pertama yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Orang Yahudi mengakui Taurat sebagai perwahyuan Allah. Taurat mengungkapkan pikiran-pikiran Allah yang intim mengenai diri-Nya sendiri dan mengenai jalan hidup suci yang ditawarkan-Nya kepada umat-Nya. Pada zaman lampau, apabila para rabi Yahudi ditanya: “Apakah yang dilakukan Allah di surga?”; maka para rabi itu akan menjawab: “Membaca Taurat!” Terdengar lucu sekarang, namun itulah faktanya.

Bagaimana Yesus memandang Taurat? Ia mengatakan kepada para pengikut-Nya bahwa Dia diutus oleh Bapa-Nya di surga untuk menggenapi hukum, agar Taurat menjadi berbuah. Itulah sebabnya mengapa Khotbah Yesus di Bukit memusatkan perhatian pada “hati” atau “niat batin” yang ada di belakang perintah-perintah kuno yang ada dalam Taurat. Misalnya, Yesus menjelaskan bahwa tidak cukuplah untuk menghindari tindakan mencederai orang lain secara fisik. Apabila kita mengasihi dari hati kita, kita harus belajar hidup dengan orang-orang lain dalam suasana damai juga. Juga tidak cukuplah untuk menghindari pencurian dan perzinahan. Kita harus membuang hasrat untuk memiliki sesuatu yang menjadi hak milik orang lain; termasuk istri orang lain.

Meskipun Ia meningkatkan tuntutan perintah-perintah Allah, Yesus tidak menggambarkan Allah sebagai seorang hakim kejam yang siap untuk menghukum kita karena dosa-dosa kita. Allah mengasihi kita dan mengundang kita untuk merangkul kasih-Nya itu. Allah ingin mengubah kita oleh kuasa Roh Kudus-Nya, agar kita dapat mengasihi apa/siapa saja yang dikasihi-Nya, dengan demikian kita dapat meninggalkan kedosaaan kita.

Kasih Allah adalah seperti kobaran api yang menyala-nyala dengan sempurna, karena membakar habis hasrat-hasrat jahat kita dan memenuhi diri kita dengan suatu kerinduan untuk menyenangkan-Nya dan meletakkan hidup kita dalam pelayanan yang rendah hati bagi sesama. Santo Augustinus pernah berkata: “Penuhilah perintah-perintah Allah karena kasih. Dapatkah seseorang menolak untuk mengasihi Allah, yang begitu melimpah belas kasih-Nya, yang begitu adil dalam segala jalan-Nya? Dapatkah seseorang menolak untuk mengasihi Allah yang telah terlebih dahulu mengasihi kita walaupun kita masih terbelenggu dalam ketidakadilan dan kesombongan?”

Marilah kita mohon kepada Roh Kudus untuk memurnikan pikiran-pikiran kita dan memenuhi hati kita dengan kasih Allah. Dengan demikian kita akan mulai hanya menghasrati apa yang disenangi Allah.

DOA: 

Terima kasih Tuhan Yesus, karena Engkau telah memberikan kepadaku Roh Kudus-Mu. Penuhilah hatiku dengan kasih-Mu yang tak terbatas dan membuat diriku kudus sebagaimana Engkau kudus adanya. 
Amin.