Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

14 Juni 2015

Perihal Berdoa

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Aktivitas doa bukanlah sesuatu hal yang baru bagi kehidupan umat beriman. Bisa jadi, setiap hari kita berdoa, entah secara pribadi maupun dalam komunitas. Bahkan terkadang doa telah menjadi rutinitas harian.

Ada banyak cara berdoa. Ada yang mencari tempat sunyi, lalu berdoa. Ada yang berdoa dengan iringan musik atau lagu. Ada yang berdoa sambil bernyanyi. Ada pula doa dengan suasana penuh kegembiraan. Semua cara berdoa ini bisa menjadi tepat; ketika orang yang berdoa merasa bahwa itulah cara yang tepat mengaktualisasikan imannya.

Doa merupakan satu karunia dari Allah, sehingga kerendahan hati menjadi pondasi utama dalam doa. Kita bisa berdoa ketika kita merasa rendah di hadapan Allah. Dengan kerendahan hati, kita dimampukan mengucap syukur atas segala karunia yang Dia berikan. Dengan kerendahan hati pula, kita bisa memohon ampun atas segala dosa. Dengan kerendahan hati juga, kita mampu menatap harapan dalam setiap langkah kehidupan.

Dalam doa, kita berjumpa dan berkomunikasi lebih intim dengan Allah. Gereja mengajarkan bahwa doa merupakan perjumpaan kita dengan Yesus, seperti ketika Yesus menjumpai perempuan Samaria di sumur (Yoh 4:1- 42). Kisah itu seperti Yesus yang haus, lalu meminta minum kepada kita. Allah haus, agar kita pun haus akan Dia. Pun demikian dalam doa; kehausan Allah akan kita menciptakan kehausan kita terhadap Allah.

Berdoa juga memiliki dimensi sosial. Ketika kita bersyukur, melambungkan pujian, mendaraskan harapan, sebenarnya kita sedang melibatkan sesama dan seluruh ciptaan-Nya dalam doa kita. Maka, doa seharusnya berbuah iman, harapan, cinta, dan pelayanan. Beata Teresa dari Kalkuta pernah berujar, “Buah dari perenungan adalah doa. Buah dari doa adalah iman. Buah dari iman adalah cinta. Buah dari cinta adalah pelayanan. Buah dari pelayanan adalah kedamaian.”