Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

04 Juni 2015

Renungan - Kamis, 04 Juni 2015





http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/



Pekan Biasa IX (H)
St. Fransiskus Caracciolo; St. Kuirinus;
B. Yakobus dr Viterbo; St. Petrus dr Verona


Bacaan I: Tob. 6:10-11; 7:1.6.8-13; 8:1.5-9
Mazmur: 128:1-2.3.4-5; R:1a
Bacaan Injil: Mrk. 12:28b-34


Mrk 12:28 Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki 
                 bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-
                 orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling 
                 utama?" 
Mrk 12:29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan
                 Allah kita, Tuhan itu esa.
Mrk 12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
                 dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. 
Mrk 12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
                 sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." 
 Mrk 12:32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, 
                  bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.
Mrk 12:33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian
                  dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri
                  sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban
                  sembelihan." 
Mrk 12:34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata
                  kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak
                  berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Pada suatu hari, seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: ”Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus: ”Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: ”Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: ”Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.


Renungan
Perintah untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi serta mengasihi manusia seperti diri sendiri sebetulnya sudah ada dalam Perjanjian Lama. Bagian pertama perintah itu yakni mengasihi Allah berasal dari Kitab Ulangan 6:4-5. Sedangkan bagian kedua yakni mengasihi sesama manusia berasal dari Kitab Imamat 19:18. Apakah kekhasan dari cinta kasih yang diwartakan Yesus itu? Ada dua kekhasan-Nya, yakni cinta itu tanpa syarat dan melampaui sekat-sekat primordial.

Mencintai orang-orang baik tidaklah terlalu sulit. Tetapi mencintai orang-orang jahat tidak terlalu gampang. Mencintai sesama anggota keluarga, suku, atau pemeluk agama mungkin tidak terlalu sulit. Tetapi mencintai orang lain yang bukan anggota keluarga, suku atau agama tidak terlalu mudah. Injil hari ini menantang kita untuk mencintai orang-orang lain tanpa syarat dan tanpa membeda-bedakan. Soalnya, kalau kita hanya mencintai orang-orang yang mencintai kita, apakah bedanya? Orang yang tidak beragama pun berbuat demikian. Sebab itu kita dituntut untuk menjadi sempurna dalam cinta kasih, sama seperti Bapa di surga sempurna adanya.


Tuhan, mampukanlah aku untuk mencintai Engkau dengan segenap kemampuanku dan mencintai sesamaku tanpa pilih kasih. 
Amin.