Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

02 Juni 2015

Kepada Allah dan Wong Cilik

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IX – Selasa, 2 Juni 2015)
OFMCap.: Peringatan S. Feliks dr Nikosia [+1787], Bruder

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Kemudian beberapa orang Farisi dan pendukung Herodes disuruh kepada Yesus supaya mereka menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya, “Guru, kami tahu, Engkau seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar tentang jalan Allah. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak? Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka, “Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah kepada-Ku satu dinar supaya Kulihat!” Mereka pun membawanya. Lalu Ia bertanya kepada mereka, “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka, “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” Mereka sangat heran mendengar Dia. (Mrk 12:13-17)

Bacaan Pertama: Tb 2:9-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 1112:1-2,7-9
Para pemimpin dan pemuka agama Yahudi di Yerusalem sudah melakukan “perlawanan” terhadap Yesus untuk beberapa waktu lamanya. Sekarang, Yesus sudah berada di kota suci Yerusalem. Rencana jahat untuk melawan Yesus semakin memanas dalam hati dan kepala orang-orang munafik itu. Orang-orang Farisi yang pada dasarnya menentang pemerintahan/penjajah Romawi dan para pendukung Herodes (kaum Herodian) yang adalah para kolaborator pemerintahan Roma, justru kali ini bergabung bersama untuk melawan Yesus, “musuh bersama” mereka.

Pada awalnya mereka “memuji-muji” Yesus, sang Rabi dari Nazaret: “Guru, kami tahu, Engkau seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar tentang jalan Allah” (Mrk 12:14). Pertanyaan ini adalah untuk menjebak Yesus. Lalu barulah pertanyaan kedua (pertanyaan penjebak sesungguhnya) dilontarkan oleh mereka kepada Yesus: “Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak” (Mrk 12:14). Jika Yesus menjawab “ya”, hal itu akan mendiskreditkan diri-Nya sendiri di depan publik yang pada umumnya menentang penjajahan Romawi. Sebaliknya, apabila Yesus menjawab “tidak”, maka cepat atau lambat Dia akan akan berada dalam posisi sulit berhadapan dengan penjajah Romawi.


Namun, Yesus bukanlah Yesus jika Dia sampai terjebak! Sebaliknya …… Dia menggiring pembicaraan mereka ke luar dari dari ranah politik, dan meletakkannya di ranah iman. Yesus mengakui otoritas sipil Kaisar untuk menarik pajak, namun Yesus juga dengan jelas mengungkapkan kenyataan misi-Nya bahwa Dia bukan datang untuk mendirikan sebuah kerajaan dunia sebagaimana diharapkan banyak orang dari sang Mesias.

Yesus membedakan antara pajak yang diberikan kepada Kaisar dan apa yang menjadi hak Allah dalam bentuk devosi atau sembah-bakti, ketaatan, dan kasih. Uang logam kekaisaran Roma memuat gambar Kaisar, sedangkan kita manusia yang percaya adalah gambaran Allah sendiri. Gambaran seperti inilah yang memprihatinkan Yesus di atas segalanya yang lain. Ia mengetahui bahwa apabila kita menghormati gambaran-Nya dalam diri kita dan berupaya untuk mengembangkan keserupaan kita dengan diri-Nya, maka segalanya yang lain akan menjadi beres.

Uang memang diperlukan untuk menghidupi keluarga-keluarga kita dan untuk menolong orang-orang lain. Akan tetapi Yesus mengundang kita untuk tidak melihat segala sesuatu sekadar dari sudut keuangan. Memang kita harus menjadi pengurus (Inggris: stewards) dari berbagai sumber daya yang kita miliki, namun kita juga harus memberikan hati kita sendiri – siapa diri kita sebenarnya – kepada Allah. Yesus ingin agar kita memandang segala masalah melampaui urusan-urusan dunia dan mengembangkan kemurahan-hati penuh rasa syukur, baik kepada Allah maupun kepada “wong cilik”. Selagi kita bertumbuh dalam mencurahkan hati kita dalam kasih dan pelayanan kepada Allah, maka damai-sejahtera-Nya akan menggantikan rasa letih-lesu kita. Masalah-masalah yang tadinya menjadi beban berat terasa mulai berkurang. Kita pun akan menemukan energi dan hasrat untuk senantiasa menyenangkan Allah yang kita tidak pernah pikir kita dapat melakukannya.

DOA: 

Yesus, aku memberikan hidupku kepada Engkau saja, Tuhan dan Juruselamatku. Tolonglah aku menghormati dan memuliakan Engkau dengan memenuhi tanggung-jawabku untuk senantiasa setia kepada-Mu serta perintah-perintah-Mu. Ajarlah aku untuk menggunakan kehidupanku di atas muka bumi ini seperti Engkau sendiri lakukan, yaitu untuk melayani kedatangan Kerajaan Allah. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Tuhan Yesus. Amin.