Sebab kamu masih ingat, Saudara-saudara, akan usaha dan jerih payah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. Kamulah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu yang percaya. Kamu tahu, betapa kami, seperti bapak terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliann-Nya.
Karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi – dan memang sungguh-sungguh demikian – sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya. (1Tes 2:9-13)
Mazmur Tanggapan: Mzm 139:7-12; Bacaan Injil: Mat 23:27-32
“Kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi – dan memang sungguh-sungguh demikian – sebagai firman Allah” (1Tes 2:13).
Apakah yang memotivasi Paulus untuk bekerja tanpa lelah mewartakan Injil? Tentunya bukan demi keuntungan pribadi bagi dirinya! Oleh karena itu, agar tidak membebani orang-orang lain, maka Paulus mendukung dirinya dan para misionaris lainnya dalam hal keuangan lewat bekerja dengan tangan-tangannya sendiri sebagai seorang pembuat tenda. Kita dapat membayangkan bagaimana Paulus berkhotbah dengan semangat yang berkobar-kobar oleh kuasa Roh Kudus dengan tangan dan jari-jari kasar karena kerja kerasnya yang dengan mudah terlihat oleh para pendengarnya.
Seandainya Paulus bekerja demi ambisi pribadi dan kemashyuran nama, sangat mungkinlah dengan cepat dia meninggalkan pekerjaan misionernya. Akan tetapi ada “sesuatu yang lebih dalam” sedang terjadi, dan itulah sebabnya mengapa pesan Paulus sangat mengesankan orang-orang di mana saja dia berkhotbah. Ada orang-orang yang menerima pewartaan Injil Paulus dengan keterbukaan hati dan pikiran, sementara ada juga orang-orang yang bereaksi keras terhadap pewartaannya. Tidak jarang Paulus harus lari dari kota yang satu dan pergi ke kota yang lain karena ancaman-ancaman riil atas dirinya.
Karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi – dan memang sungguh-sungguh demikian – sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya. (1Tes 2:9-13)
Mazmur Tanggapan: Mzm 139:7-12; Bacaan Injil: Mat 23:27-32
“Kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi – dan memang sungguh-sungguh demikian – sebagai firman Allah” (1Tes 2:13).
Apakah yang memotivasi Paulus untuk bekerja tanpa lelah mewartakan Injil? Tentunya bukan demi keuntungan pribadi bagi dirinya! Oleh karena itu, agar tidak membebani orang-orang lain, maka Paulus mendukung dirinya dan para misionaris lainnya dalam hal keuangan lewat bekerja dengan tangan-tangannya sendiri sebagai seorang pembuat tenda. Kita dapat membayangkan bagaimana Paulus berkhotbah dengan semangat yang berkobar-kobar oleh kuasa Roh Kudus dengan tangan dan jari-jari kasar karena kerja kerasnya yang dengan mudah terlihat oleh para pendengarnya.
Seandainya Paulus bekerja demi ambisi pribadi dan kemashyuran nama, sangat mungkinlah dengan cepat dia meninggalkan pekerjaan misionernya. Akan tetapi ada “sesuatu yang lebih dalam” sedang terjadi, dan itulah sebabnya mengapa pesan Paulus sangat mengesankan orang-orang di mana saja dia berkhotbah. Ada orang-orang yang menerima pewartaan Injil Paulus dengan keterbukaan hati dan pikiran, sementara ada juga orang-orang yang bereaksi keras terhadap pewartaannya. Tidak jarang Paulus harus lari dari kota yang satu dan pergi ke kota yang lain karena ancaman-ancaman riil atas dirinya.
Dengan demikian, apakah sebenarnya yang memotivasi Paulus untuk menanggung risiko ancaman terhadap hidupnya sendiri demi Injil Yesus Kristus? …… Kasih Kristus telah menangkap hatinya dan kasih ini begitu menular … tak terbendung, tak dapat dipegang untuk dirinya sendiri (lihat 2Kor 5:14). Injil – bahkan seluruh Kitab Suci – sesungguhnya adalah surat cinta Allah kepada dunia. Kitab Suci adalah Sabda hidup yang mengungkapkan belas kasih dan penyelamatan Allah yang tanpa batas. Ini adalah karunia atau anugerah yang sungguh luar biasa. Namun demikian ada begitu banyak orang di sekeliling kita yang tidak pernah mendengar Injil atau telah menerima penjelasan tentang Injil itu. Kita tidak pernah mengetahui bahwa mungkin saja kita merupakan saluran satu-satunya bagi mereka untuk mendengar Kabar Baik Yesus Kristus dan kasih-Nya yang menebus.
Kita adalah duta-duta Yesus Kristus (lihat 2 Kor 5:20). Kita adalah tangan-tangan-Nya dan kaki-kaki-Nya, mata-Nya dan telinga-Nya bagi dunia. Kemungkinan besar kita belum/tidak pernah belajar teologi atau ahli dalam hal Kitab Suci, namun kepada kita telah diberikan karunia yang luar biasa, yaitu sabda Allah sendiri. Barangkali sepatah kata sederhana atau kesaksian sederhana atau sebuah undangan kepada orang lain untuk menghadiri pertemuan pendalaman Kitab Suci atau persekutuan doa merupakan satu-satunya yang diperlukan untuk menyulut percikan iman dalam diri orang lain.
Apa yang biasanya menahan diri kita untuk berbagi (sharing) dengan orang-orang lain adalah rasa takut. Barangkali saja mereka akan merasa terganggu atau tidak menyukai testimoni kita. Doa dan kasih adalah penyembuhan Allah. Selagi kita mengasihi orang lain, maka akan timbul keinginan dalam diri kita untuk berbagi dengan mereka kasih dan sukacita yang kita miliki dalam Kristus. Kasih senantiasa mencmukan suatu jalan untuk mencapai hati dari orang yang kita kasihi.
Kita adalah duta-duta Yesus Kristus (lihat 2 Kor 5:20). Kita adalah tangan-tangan-Nya dan kaki-kaki-Nya, mata-Nya dan telinga-Nya bagi dunia. Kemungkinan besar kita belum/tidak pernah belajar teologi atau ahli dalam hal Kitab Suci, namun kepada kita telah diberikan karunia yang luar biasa, yaitu sabda Allah sendiri. Barangkali sepatah kata sederhana atau kesaksian sederhana atau sebuah undangan kepada orang lain untuk menghadiri pertemuan pendalaman Kitab Suci atau persekutuan doa merupakan satu-satunya yang diperlukan untuk menyulut percikan iman dalam diri orang lain.
Apa yang biasanya menahan diri kita untuk berbagi (sharing) dengan orang-orang lain adalah rasa takut. Barangkali saja mereka akan merasa terganggu atau tidak menyukai testimoni kita. Doa dan kasih adalah penyembuhan Allah. Selagi kita mengasihi orang lain, maka akan timbul keinginan dalam diri kita untuk berbagi dengan mereka kasih dan sukacita yang kita miliki dalam Kristus. Kasih senantiasa mencmukan suatu jalan untuk mencapai hati dari orang yang kita kasihi.
DOA:
Tuhan Yesus, aku mohon kepada-Mu agar dianugerahi sukacita dan keberanian untuk berbagi sabda-Mu dengan orang-orang lain.
Amin.