Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

17 Agustus 2015

Ketergantungan Pada Sesuatu Yang Bukan Allah


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XX – Selasa, 18 Agustus 2015)

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sekali lagi Aku berkata, lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Ketika murid-murid mendengar itu, sangat tercengang mereka dan berkata, “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata, “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.”

Lalu Petrus berkata kepada Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” Kata Yesus kepada mereka, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki dan saudaranya perempuan, atau bapak atau ibunya, atau anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.

Tetapi banyak orang yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang pertama.” (Mat 19:23-30)

Bacaan Pertama: Hak 6:11-24a; Mazmur Tanggapan: Mzm 85:9,11-14
Ketika Yesus mengatakan bahwa sangat sukarlah bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, para murid menjadi terkejut dan terheran-heran. Mereka bertanya: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” (Mat 19:25). Barangkali sabda Yesus tersebut membuat kita merasa tidak nyaman juga – teristimewa jika berpikir bahwa keselamatan hanyalah diperuntukkan bagi jenis/macam orang yang tertentu saja. Apakah orang kaya secara otomatis tidak memenuhi persyarata untuk masuk surga? Apakah surga hanya berisikan orang-orang miskin? Dalam hal ini, marilah kita ingat tanggapan Yesus di atas: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin” (Mat 19:26).

Allah menawarkan keselamatan-Nya bagi setiap orang. Salahlah kita jika berpikir bahwa Yesus menentang kekayaan pada dirinya sendiri. Yesus mengundang orang kaya maupun orang miskin untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, dan Ia menawarkan kepada masing-masing orang bentuk pertolongan yang khusus yang mereka butuhkan untuk merangkul Kerajaan-Nya. Kita semua cenderung untuk berpegang teguh pada macam-macam “kekayaan” yang menghalang-halangi kita untuk menerima hidup Allah secara penuh. Kekayaan materiil hanyalah satu contoh – walaupun memang merupakan hal yang biasa – tentang bagaimana ketergantungan pada sesuatu yang bukan Allah dapat membutakan mata kita terhadap kebutuhan kita akan Dia dan membuat kita malah menjadi berantakan. Jika kita memenuhi diri kita dengan hal-hal duniawi – apa pun itu – maka kita menutup diri kita terhadap hal-hal surgawi.

Apakah yang dapat kita harapkan dari Allah jika kita betul-betul mengesampingkan “kekayaan” versi kita sendiri? Satu hal: kita dapat berharap bahwa Dia akan memberikan kepada kita suatu pikiran yang baru, yang dapat berpikir secara berbeda dengan dunia dan memilih yang Dia pilih. Kita masing-masing juga menerima sebuah hati yang baru, yang memiliki kapasitas untuk mengasihi tanpa syarat sebagaimana Allah mengasihi. Jika kita mempertimbangkan dua karunia ini saja, maka tidak mengherankanlah apabila Allah tidak merasa terancam oleh apa saja “hal lain” kepada apa/siapa kita menaruh kepercayaan kita! Terus terang, apa sih yang dapat bersaing dengan Allah? Semakin kita memahami warisan kita dalam Kristus, semakin penuh pula kita akan ditarik untuk menyingkirkan setiap rintangan untuk datang berlari kepada-Nya, hidup kita!

Sekarang, apakah kita sungguh telah mengenal dan mengalami kasih Allah yang melimpah tak terbatas ini? Apakah kita pernah memperkenankan belas kasih-Nya mengatasi setiap penolakan dan rintangan? Marilah kita sekarang memohon kepada Allah untuk menunjukkan kepada kita bagaimana menggantungkan diri sepenuhnya kepada kasih-Nya. Marilah kita membuka hati kita bagi Dia sejujur-jujurnya, dan menerima setiap hal yang Ia rencanakan untuk berikan kepada kita.

DOA: 
Yesus, aku memuji Engkau karena kesetiaan-Mu. Engkau tidak pernah berhenti menawarkan kepadaku hidup-Mu sendiri, walaupun ketika aku mencoba memenuhi diriku dengan hal-hal duniawi yang menyesatkan. 
Amin.