Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

16 Agustus 2015

YANG MENJADI HAKNYA SEBAGAI PEMELIHARA KESEJAHTERAAN RAKYAT MEMBERIKAN KEPADA PEMERINTAH NEGARA KITA APA YANG MENJADI HAKNYA SEBAGAI PEMELIHARA KESEJAHTERAAN RAKYAT

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA – Senin, 17 Agustus 2015)
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Kemudian pergilah orang-orang Farisi dan membuat rencana bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama para pendukung Herodes bertanya kepada-Nya, “Guru, kami tahu, Engkau seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata, “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa satu dinar kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka, “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka, “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Mat 22:15-21) 

Bacaan Pertama: Sir 10:1-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 101:1-3,6-7; Bacaan Kedua: 1Ptr 2:13-17 

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat 22:21).

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Setiap tahun, ketika kita menghadiri Perayaan Ekaristi dalam rangka HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA, maka kita selalu mendengar Injil di atas dibacakan. Kita diingatkan kembali pada para pahlawan, ada Ignatius Slamet Rijadi, ada Yosaphat Sudarso dll.  Khusus bagi saya dan beberapa kawan sekelas saya, ada Ibu Sudjilah, guru kami di SR/SMP Budi Mulia dulu, seorang puteri Susteran Mendut yang menjadi pejuang kemerdekaan. Bagi banyak dari kita, ada sekian banyak lagi pahlawan tak dikenal pengikut Kristus yang mati untuk negara dan bangsa, sepanjang 70 tahun perjalanan kita sebagai bangsa Indonesia.

Sekarang, bagaimanakah dengan para pembayar pajak setia dan jujur, yang membayar pajak kepada negara sesuai dengan kewajibannya; yang menolak untuk ikut-ikutan dalam upaya melakukan “creative accounting” agar penghasilannya atau penghasilan perusahaannya menjadi sesuai dengan pajak yang ingin dibayarnya; yang tidak mau berkompromi dengan “orang pajak” korup yang menawarkan berbagai solusi untuk keuntungan bersama? Bukankah mereka juga mereka adalah warga negara yang baik, dan pengikut Kristus yang baik? Bukankah mereka juga pahlawan-pahlawan, walaupun tetap merupakan pahlawan-pahlawan yang tidak dikenal? Uraian berikut dimaksudkan bagi kita untuk merenungkan kembali apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus kepada kita semua dalam rangka menjadi warga negara yang baik, sekaligus murid Yesus yang baik pula.

Ketika para murid orang-orang Farisi dan para pendukung raja Herodes melontarkan pertanyaan kepada Yesus tentang “apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak”, Yesus tahu bahwa diri-Nya sedang berada di depan pintu perangkap orang itu. Isu perpajakan memang merupakan sesuatu yang sangat riil bagi rakyat Yahudi pada zaman itu: “Apakah dibenarkan untuk membayar pajak kepada penjajah, yaitu kekaisaran Roma? Namun demikian, Yesus bukanlah Yesus apabila tidak mampu melihat melampaui kata-kata yang terangkai dalam sebuah kalimat-tanya. Yesus tidak berhenti pada apa yang tersurat, melainkan meneropong apa yang tersirat dalam kalimat-tanya orang-orang itu. Dengan demikian, Yesus sangat mengetahui maksud terselubung dari pertanyaan itu. Apabila Dia mengatakan “ya”, maka diri-Nya dapat dituduh sebagai pengkhianat yang bekerja sama dengan pihak musuh (baca: penjajah). Namun apabila Ia mengatakan “tidak” maka para pendukung raja Herodes dapat dengan mudah menuduhnya sebagai seorang pemberontak. Serba salah, jadinya!

Dipenuhi oleh hikmat ilahi, Yesus menghindar dari jebakan yang menganga itu dengan balik bertanya kepada orang-orang itu untuk menunjukkan uang logam kekaisaran Roma kepada-Nya. Ia menunjuk kepada gambar kaisar pada uang logam itu dan mengatakan kepada mereka untuk memberikan kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah (lihat Mat 22:21).

Kebanyakan kita membayar pajak dalam salah satu atau beberapa bentuknya, memberikan kepada pemerintah negara kita apa yang menjadi haknya sebagai pemelihara kesejahteraan rakyat. Dengan cara serupa, kita pun dipanggil untuk memberikan kepada Allah hal-hal yang adalah hak-Nya – hati kita, pikiran kita, kehendak kita, kehidupan kita. Karena kita adalah anak-anak Bapa yang sangat dikasihi, maka pernyataan Yesus tadi (Mat 2:21) janganlah kita pandang sebagai suatu tantangan, melainkan sebagai suatu tantangan untuk memberikan seluruh keberadaan kita kepada-Nya. Kehidupan kita sendiri sesungguhnya adalah sebuah karunia dari Tuhan, dan dalam kasih kita dapat mempersembahkan karunia ini kembali kepada Pencipta kita.

Kalau kita ingin berbicara tentang kebenaran secara blak-blakan sekarang, bahkan harta milik kita (termasuk uang) pun sesungguhnya diberikan kepada kita oleh Allah sendiri. Sementara kita memberikan hati kita kepada-Nya, Dia pun memimpin kita – melalui Roh Kudus-Nya, melalui hikmat Kitab Suci, dan melalui ajaran-ajaran Gereja – untuk hidup secara benar dalam setiap detil kehidupan kita. Hikmat-kebijaksanaan Allah bagi hidup kita dapat bersifat sangat praktis, termasuk bahkan keputusan-keputusan yang mungkin kita buat dalam bidang politik, sosial dan keuangan.

Seperti juga uang-logam kekaisaran Roma, kita pun telah “diberi cap” dengan suatu gambar – yaitu gambar Allah sendiri (lihat Kej 1:27). Allah begitu mengasihi kita sehingga Dia menciptakan kita-manusia menurut gambar dan rupa-Nya, untuk dipenuhi dengan “kekuatan dan keindahan-Nya” (lihat Mzm 96:6). Karena kita adalah citra Allah, maka kita mempunyai privilese untuk mendengar Dia memanggil kita dengan nama kita masing-masing (lihat Yes 45:4).

DOA: 
Bapa surgawi, Engkau memanggil setiap orang kepada kemerdekaan dalam Yesus Kristus, Putera-Mu. Maka pada hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ini kami mohon kepada-Mu: lindungilah tanah air kami, agar tetap bebas merdeka dan aman sentosa. Anugerahkanlah kepada bangsa kami kemerdekaan sejati, agar di seluruh wilayahnya berkuasalah keadilan dan damai sejahtera, perikemanusiaan, kerukunan dan cintakasih yang sejati. Ya Tuhan Allahku, jadikanlah aku seorang Kristiani sejati. 
Amin.