(Bacaan Kedua Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXII [TAHUN B] – 30 Agustus 2015)
Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.
Buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.
Ibadah yang murni dan tidak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya diri sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. (Yak 1:17-18,21-22,27)
Bacaan Pertama: Ul 4:1-2,6-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 15:2-5; Bacaan Injil: Mrk 7:1-8,14-15,21-23
“Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak 1:22).
Semua bacaan dalam Misa Kudus hari ini memusatkan perhatian pada hasrat Allah untuk mempunyai sebuah umat yang terpisah bagi diri-Nya, sebuah umat yang mencerminkan kebaikan-Nya kepada seluruh dunia. Adalah hasrat Allah bahwa kita menghormati-Nya tidak hanya dengan bibir kita, melainkan juga dengan hati kita.
Masalahnya adalah, kita tidak selalu sangat percaya diri pada kemampuan kita sendiri untuk memainkan peranan penting dalam dunia seturut panggilan Allah kepada kita. Kita dapat merasa begitu tertindih oleh dosa-dosa kita sehingga kita mulai percaya bahwa diri kita sama sekali tidak berguna di mata Allah. Memang apabila kita memusatkan perhatian kita atas kelemahan iman kita daripada belas-kasih dan kuasa Allah, maka mudahlah bagi kita untuk berpikir bahwa dosa-dosa kita lebih kuat ketimbang terang Kristus dalam diri kita.
Yesus sendirilah yang membuat kita menjadi “terang” (Mat 5:14) dalam sebuah dunia yang semakin gelap ini. Kematian-Nya telah mengalahkan dosa. Kebangkitan-Nya telah mengakhiri kemanusiaan tua kita yang telah jatuh dan telah menciptakan kita oleh kuasa Roh Kudus-Nya. Yang harus kita lakukan sekarang adalah berhenti memandang kegelapan di sekeliling kita … dan hidup dalam kemenangan pribadi sesuai dengan terang yang telah diberikan Allah kepada kita. Bahkan di tengah-tengah godaan-godaan yang kita hadapi, kita dapat percaya bahwa kita mati terhadap dosa dan hidup bagi Allah (lihat Rm 6:11). Kita dapat melihat dosa-dosa kita pergi menjauh selagi kita memperkenankan Roh Kudus menerapkan kuasa salib Kristus atas kodrat kita sebagai manusia yang cenderung untuk berdosa.
Kita dapat menjadi bintang-bintang yang bersinar terang-benderang dalam dunia ini selagi kita bertekun dalam menyerahkan diri kita bagi Yesus. Tentu saja dari waktu ke waktu kita masih dapat jatuh. Akan tetapi kegagalan-kegagalan kita itu dapat menolong kita untuk mengakui kelemahan-kelemahan kita dan mengajar kita untuk semakin mengandalkan diri pada Allah saja. Kita dapat meyakinkan diri bahwa dengan berjalannya waktu, Allah pun akan turun tangan.
DOA:
Roh Kudus Allah, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau berdiam di dalam diriku. Walaupun aku lemah, Engkau kuat, ya Allahku. Aku percaya bahwa Engkau akan memberdayakan diriku sebagai “terang dunia” dan saksi-saksi sejati dari kemuliaan Bapa surgawi dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamatku.
Amin.