Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

12 Agustus 2015

Allah Tidak Akan Meninggalkan Kita


(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XIX – Rabu, 12 Agustus 2015)
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Kemudian naiklah Musa dari dataran Moab ke atas gunung Nebo, yakni ke atas puncak Pisga, yang di tentangan Yerikho, lalu TUHAN (YHWH) memperlihatkan kepadanya seluruh negeri itu: daerah Gilead sampai ke kota Dan, seluruh Naftali, tanah Efraim dan Manasye, seluruh tanah Yehuda sampai laut sebelah barat, Tanah Negeb dan Lembah Yordan, lembah Yerikho, kota pohon korma itu, sampai Zoar. Dan berfirmanlah YHWH kepadanya: “Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu. Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana.”

Lalu matilah Musa, hamba YHWH itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman YHWH. Dan dikuburkanNyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini. Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang. Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya.

Maka berakhirlah hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu. Dan Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangan ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan YHWH kepada Musa. Seperti Musa yang dikenal YHWH dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel, dalam hal segala tanda dan mukjizat, yang dilakukannya atas perintah YHWH di tanah Mesir terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya, dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel. (Ul 34:1-12)

Mazmur Tanggapan: Mzm 66:1-3,5,8,16-17; Bacaan Injil: Mat 18:15-20
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Pada bulan Oktober 2005, Allah Yang Mahabaik memperkenankan istri dan saya – lewat kebaikan pasutri sahabat kami – untuk mengikuti ziarah ke Tanah Suci. Kami masuk melalui Yordania, sehingga dengan demikian gunung Nebo dan Yerikho merupakan tempat-tempat pertama yang kami kunjungi, bahkan sebelum masuk hotel (di Nazaret). Sebagai peziarah, sah-sah saja jika kita menanyakan kepada tour guide apakah para arkeolog pernah melakukan ekskavasi guna menemukan di mana sesungguhnya Musa dimakamkan (lihat Ul 34:6). Memang yang dikatakan dalam teks bacaan di atas bahwa tidak ada orang yang tahu kuburnya sungguh dapat membuat “penasaran” orang yang membacanya. Kita seringkali merasa enggan untuk menerima sabda Alah secara terlalu harfiah, barangkali karena takut dituduh sebagai seorang fundamentalis. Namun dapatkah kita (anda dan saya) membayangkan yang akan terjadi dengan Yosua apabila dia mempunyai perasaan yang sama?

Kematian Musa merupakan pukulan yang berat bagi umat Israel. Musa adalah pemimpin besar mereka yang telah memimpin mereka keluar dari perbudakan di Mesir, dan sekarang ia telah tiada, justru pada saat-saat menjelang mereka memasuki tanah terjanji, setelah selama 40 tahun berkelana mengarungi padang gurun yang tidak ramah. Mereka menangis dan meratap untuk 30 hari lamanya, namun ketika masa berkabung sudah selesai mereka melihat kepada pemimpin baru mereka Yosua, terhadap siapa Musa telah meletakkan tangannya. Bagaimana mungkin Yosua menggantikan Musa, satu-satunya orang kepada siapa YHWH-Allah telah berbicara dengan berhadapan muka?

Yosua tidak perlu berlama-lama memikirkan dan merenungkan pertanyaan ini, karena Allah bersabda kepadanya: “Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau, Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Yos 1:5). Yosua tahu bahwa YHWH-Allah yang telah menyediakan manna, daging dan air minum di padang gurun akan setia pada janji-Nya. YHWH tidak pernah berubah dalam hasrat-Nya untuk memelihara umat-Nya.

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Allah kita adalah Allah Yang Mahasetia. Dia setia kepada Abraham, Musa dan Yosua, dan Ia tetap setia kepada kita hari ini juga. Dia memanggil kita masing-masing kepada suatu relasi yang penuh keintiman dengan diri-Nya. Kita cenderung berpikir bahwa walaupun Allah telah melakukan hal-hal besar bagi orang-orang besar di masa lampau, misalnya para nabi, Bunda Maria dlsb., hal-hal besar itu tidak ada urusannya dengan orang-orang kecil, orang-orang biasa seperti kita. Kita percaya bahwa Allah mempunyai rencana bagi umat pilihan-Nya, namun kita suka dilanda perasaan kurang percaya/yakin tentang keberadaan rencana-Nya bagi kita masing-masing. Akan tetapi, semakin dekat kita datang kepada-Nya, semakin banyak pula kita mengalami kasih-Nya bagi kita masing-masing. Dan kasih itu dapat membuat siapa saja dari kita menjadi tergolong “orang besar” juga.

DOA: 
Bapa surgawi, Allah Yang Mahabaik, satu-satunya yang baik, kami ingin mengenal-Mu lebih akrab lagi dan untuk menjadi lebih tanggap terhadap rencana-Mu bagi hidup kami masing-masing. Roh Kudus, Engkau menginspirasikan Musa dan Yosua. Bimbinglah kami juga agar mau dan mampu menerima secara penuh misi Kristus bagi kami sebagai murid-murid-Nya yang sejati. Berilah rasa percaya diri kepada kami , ya Roh Kudus, berkaitan dengan karya-Mu dalam hidup kami masing-masing. Terpujilah Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. 
Amin.