Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan bergegas menuju sebuah kota di pegunungan Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai di telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Berbahagialah ia yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”
Lalu kata Maria, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan kuduslah nama-Nya. Rahmat-Nya turun-menurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya. (Luk 1:39-56)
Bacaan Pertama: Why 11:19;12:1,3-6,10; Mazmur Tanggapan: Mzm 45:10-12,16; Bacaan Kedua: 1Kor 15:20-26
Pada hari ini Gereja merayakan HARI RAYA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA. Perayaan ini sudah ada dalam Gereja sejak abad ke-6; barangkali dibawa masuk ke Roma oleh pada rahib Timur yang melarikan diri dari penyerbuan Persia. Di Gereja Timur perayaan ini didahului oleh puasa selama dua pekan (Untuk uraian lengkap, lihat: Christopher O’Donnell, O.Carm., AT WORSHIP WITH MARY – A Pastoral and Theological Study, Wilmington, Delaware: Michael Glazier, 1988, hal. 129-147). Bacaan Injil untuk perayaan ini adalah cerita tentang kunjungan Maria kepada Elisabet, termasuk Kidung Maria.
Kidung Maria adalah sebuah doa iman, seperti Maria sendiri adalah “model iman dan doa” bagi kita semua. Elisabet meneguhkan ini ketika dia digerakkan oleh Roh Kudus untuk berseru, “Berbahagialah ia yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:45). Kepercayaan Maria pada Allah akhirnya dipenuhi dalam peristiwa yang kita rayakan pada hari ini. Peristiwa Maria diangkat ke surga merupakan peristiwa agung dalam kehidupan perempuan yang rendah hati, penuh kepercayaan dan seorang pendoa itu.
Magnificat – kidung pujian Maria dalam menanggapi sapaan Elisabet – menunjukkan kepada kita beberapa prinsip bagi doa-doa yang kita panjatkan. Doa Maria ini barangkali merupakan doa yang paling dipenuhi kerendahan hati, seperti termuat dalam Kitab Suci. Dalam Magnificat, Maria mengakui kebenaran tentang siapa Allah itu dan siapa Maria di hadapan Allah. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan kepada kita bahwa “kerendahan hati adalah dasar doa” (KGK, 2559). Pasti kerendahan hati menjadi fondasi dari Kidung Maria ini, ketika dia mengakui bahwa Allah “telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya … karena yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku” (Luk 1:48.49).
Doa Maria ini pun merupakan sebuah doa yang mencerminkan iman-kepercayaan seseorang yang sangat mendalam. Maria mempercayai apa yang akan dilakukan oleh Allah baginya. Sepanjang hidupnya Maria tetap penuh percaya pada kerahiman dan kebaikan hati Allah (lihat Luk 1:50). Dia percaya bahwa Allah akan meninggikan orang-orang yang rendah dalam dunia ini dan Dia akan setia pada segala janji-Nya (Luk 1:52-53.55). Kidung Maria merupakan sebuah contoh indah tentang kenyataan bahwa kita tidak perlu melakukan perbuatan-perbuatan besar di mata publik untuk menyenangkan Allah atau menguraikan secara terinci suatu isu teologis yang mendalam. Dengan mengikuti teladan Maria dalam mengasihi Allah, mempercayai Dia dan dengan rendah hati berjalan dalam kehadiran-Nya, kita semua pun dapat menyenangkan Allah.
Selagi anda datang menghadap Tuhan setiap hari dalam doa pribadi, cobalah untuk mengingat contoh kerendahan hati dan iman-kepercayaan Bunda Maria. Bersama dia dan dalam kuasa Roh Kudus, kita pun akan mampu mendeklarasikan bahwa, “Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan kuduslah nama-Nya” (Luk 1:49).
DOA:
Bapa surgawi, Engkau telah mengangkat puteri-Mu Maria ke surga. Tolonglah aku untuk menghadap-Mu dalam kerendahan hati dan rasa percaya yang penuh cintakasih, seperti yang telah ditunjukkan oleh Bunda Maria. Oleh kuasa Roh-Mu, penuhi diriku dengan kedalaman iman sebagaimana dimiliki Bunda Maria.
Amin.