Kemudian Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Lalu datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru, “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya, “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita sambil berteriak-teriak.” Jawab Yesus, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata, “Tuhan tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu, “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Lalu Yesus berkata kepadanya, “Hai ibu, karena imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Seketika itu juga anaknya sembuh. (Mat 15:21-28)
Bacaan Pertama:Bil 13:1-2a,25-14:1,26-29,34-35; Mazmur Tanggapan: Mzm 106:6-7,13-14,21-23
“Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki” (Mat 15:28).
Dari sedemikian banyaknya orang yang dijumpai Yesus selama Dia melakukan karya pelayanan di tengah publik di muka bumi ini, siapa saja yang dikatakan oleh-Nya sebagai orang yang “mempunyai iman yang besar”? Jelas bukan orang-orang Farisi munafik yang senantiasa mencari-cari kesalahan-Nya. Mereka memproklamasikan “kesalehan” hidup dengan bibir mereka, namun hati mereka sungguh jauh dari Allah. “Omong Doang (OmDo)”, tidak walk the talk, kata orang sana! Juga bukan para murid yang dipilih-Nya sendiri, walaupun mereka telah meninggalkan rumah dan kehidupan rutin mereka demi mengikut Yesus. Para murid Yesus, ketika mereka mendengar teriakan-teriakan perempuan Kanaan itu dan meminta kepada-Nya agar menyuruh dia pergi, menunjukkan kekurangan kepercayaan mereka tentang siapa Yesus itu. Yang diakui oleh Yesus sebagai seorang yang memiliki iman besar adalah justru perempuan Kanaan itu (Mat 15:28), …… seorang kafir di mata orang Yahudi!
Dialog antara Yesus dan perempuan Kanaan itu disajikan sebagai sebuah doa. Dalam kebutuhannya akan pertolongan, perempuan itu berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud” (Mat 15:22). Tidak ada seorang pun yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus (1Kor 12:3). Dengan hatinya yang terbuka bagi Allah, doa perempuan tersebut mengakui siapa Yesus itu dan juga kebutuhannya akan belas kasih-Nya. Dalam upayanya mendekati Yesus, perempuan itu sungguh berani dalam mengajukan permohonannya.
Kata-kata yang diucapkannya dalam memohon kepada Yesus agar membebaskan anaknya dari roh jahat dipenuhi dengan pengharapan. Kitab Suci mengatakan bahwa kita akan menerima apa saja yang kita minta dalam nama Yesus (Yoh 14:13; bdk. 15:16). Keyakinan perempuan itu tidak tergoyahkan walaupun para murid kurang senang dengan kehadirannya di tengah keramaian orang banyak. Perempuan Kanaan itu juga tidak tersinggung oleh komentar Yesus yang awal: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Mat 15:24). Kita baca perempuan itu tidak marah, dia malah mendekati Yesus dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku” (Mat 15:25). Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing” (Mat 15:26). Perempuan itu sadar bahwa dirinya bukanlah termasuk “rumah Israel”, namun ia maju terus, penuh iman dan harapan! Renungkanlah betapa besar iman yang dimiliki oleh perempuan itu dan juga ketekunannya dalam bersyafaat untuk anak perempuannya ketika dengan penuh hikmat dia menjawab komentar Yesus di atas: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (Mat 15:27).
Kiranya orang-orang Yahudi (termasuk para murid Yesus) merasa jijik dengan perempuan itu. Dia termasuk orang yang termarginalisasikan dalam masyarakat karena dua alasan: pertama-tama dia adalah seorang kafir (non-Yahudi) dan ia adalah seorang perempuan. Yesus menunjukkan kasih-Nya bagi semua orang – tak peduli status sosialnya – segala Dia berupaya memimpin perempuan itu ke posisi yang lebih kuat dalam hal iman. Yesus tidak bisa diatur-atur oleh berbagai prasangka dan praduga orang-orang yang berada di sekeliling-Nya. Iman perempuan itu kepada Tuhan Yesus dan rasa laparnya akan kesembuhan anak perempuannya membuat dia tekun tak tergoyahkan. Untuk itu semua dia memperoleh ganjaran dari Tuhan.
Saudari dan Saudaraku, …… seperti juga perempuan Kanaan dalam bacaan Injil hari ini yang meminta dengan sangat agar Yesus menunjukkan kuat-kuasa ilahi-Nya, maka marilah kita melakukan pendekatan terhadap Yesus dalam doa, bergembira penuh sukacita dalam setiap situasi dan mengakui bahwa Allah kita adalah sang Maha lain yang penuh kemurahan hati.
Bacaan Pertama:Bil 13:1-2a,25-14:1,26-29,34-35; Mazmur Tanggapan: Mzm 106:6-7,13-14,21-23
“Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki” (Mat 15:28).
Dari sedemikian banyaknya orang yang dijumpai Yesus selama Dia melakukan karya pelayanan di tengah publik di muka bumi ini, siapa saja yang dikatakan oleh-Nya sebagai orang yang “mempunyai iman yang besar”? Jelas bukan orang-orang Farisi munafik yang senantiasa mencari-cari kesalahan-Nya. Mereka memproklamasikan “kesalehan” hidup dengan bibir mereka, namun hati mereka sungguh jauh dari Allah. “Omong Doang (OmDo)”, tidak walk the talk, kata orang sana! Juga bukan para murid yang dipilih-Nya sendiri, walaupun mereka telah meninggalkan rumah dan kehidupan rutin mereka demi mengikut Yesus. Para murid Yesus, ketika mereka mendengar teriakan-teriakan perempuan Kanaan itu dan meminta kepada-Nya agar menyuruh dia pergi, menunjukkan kekurangan kepercayaan mereka tentang siapa Yesus itu. Yang diakui oleh Yesus sebagai seorang yang memiliki iman besar adalah justru perempuan Kanaan itu (Mat 15:28), …… seorang kafir di mata orang Yahudi!
Dialog antara Yesus dan perempuan Kanaan itu disajikan sebagai sebuah doa. Dalam kebutuhannya akan pertolongan, perempuan itu berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud” (Mat 15:22). Tidak ada seorang pun yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus (1Kor 12:3). Dengan hatinya yang terbuka bagi Allah, doa perempuan tersebut mengakui siapa Yesus itu dan juga kebutuhannya akan belas kasih-Nya. Dalam upayanya mendekati Yesus, perempuan itu sungguh berani dalam mengajukan permohonannya.
Kata-kata yang diucapkannya dalam memohon kepada Yesus agar membebaskan anaknya dari roh jahat dipenuhi dengan pengharapan. Kitab Suci mengatakan bahwa kita akan menerima apa saja yang kita minta dalam nama Yesus (Yoh 14:13; bdk. 15:16). Keyakinan perempuan itu tidak tergoyahkan walaupun para murid kurang senang dengan kehadirannya di tengah keramaian orang banyak. Perempuan Kanaan itu juga tidak tersinggung oleh komentar Yesus yang awal: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Mat 15:24). Kita baca perempuan itu tidak marah, dia malah mendekati Yesus dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku” (Mat 15:25). Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing” (Mat 15:26). Perempuan itu sadar bahwa dirinya bukanlah termasuk “rumah Israel”, namun ia maju terus, penuh iman dan harapan! Renungkanlah betapa besar iman yang dimiliki oleh perempuan itu dan juga ketekunannya dalam bersyafaat untuk anak perempuannya ketika dengan penuh hikmat dia menjawab komentar Yesus di atas: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (Mat 15:27).
Kiranya orang-orang Yahudi (termasuk para murid Yesus) merasa jijik dengan perempuan itu. Dia termasuk orang yang termarginalisasikan dalam masyarakat karena dua alasan: pertama-tama dia adalah seorang kafir (non-Yahudi) dan ia adalah seorang perempuan. Yesus menunjukkan kasih-Nya bagi semua orang – tak peduli status sosialnya – segala Dia berupaya memimpin perempuan itu ke posisi yang lebih kuat dalam hal iman. Yesus tidak bisa diatur-atur oleh berbagai prasangka dan praduga orang-orang yang berada di sekeliling-Nya. Iman perempuan itu kepada Tuhan Yesus dan rasa laparnya akan kesembuhan anak perempuannya membuat dia tekun tak tergoyahkan. Untuk itu semua dia memperoleh ganjaran dari Tuhan.
Saudari dan Saudaraku, …… seperti juga perempuan Kanaan dalam bacaan Injil hari ini yang meminta dengan sangat agar Yesus menunjukkan kuat-kuasa ilahi-Nya, maka marilah kita melakukan pendekatan terhadap Yesus dalam doa, bergembira penuh sukacita dalam setiap situasi dan mengakui bahwa Allah kita adalah sang Maha lain yang penuh kemurahan hati.
DOA:
Ya Tuhan Allah kami, curahkanlah rahmat-Mu pada hari ini agar kami dapat tetap setia pada sabda-Mu, mampu bertekun dalam berbagai pencobaan, dan mengetahui bahwa dalam segala sesuatu Engkau bekerja demi kebaikan semua orang yang mengasihi-Mu. Amin.