Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

29 Agustus 2015

Bentara Kristus Dan Martir

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wafatnya S. Yohanes Pembaptis, Martir – Sabtu, 29 Agustus 2015)

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Sebab Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, istri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai istri. Memang Yohanes berkali-kali menegur Herodes, “Tidak boleh engkau mengambil istri saudaramu!” Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan kepada Yohanes karena ia tahu bahwa Yohanes orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Setiap kali ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.

Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyenangkan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu, “Mintalah apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, lalu bersumpah kepadanya, “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” Anak itu pergi dan menanyakan ibunya, “Apa yang harus kuminta?” Jawabnya, “Kepala Yohanes Pembaptis!” Lalu ia cepat-cepat masuk menghadap raja dan meminta, “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di atas piring!” Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang algojo dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah piring besar dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.

Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan. (Mrk 6:17-29)


Bacaan Pertama: Yer 1:17-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 71:1-6,15,17

Pada hari ini Gereja memperingati pemenggalan kepala Santo Yohanes Pembaptis (The Beheading of Saint John the Baptist); secara lebih halus dan sopan tentunya diungkapkan sebagai “Peringatan Wafatnya S. Yohanes Pembaptis”.

Dari bacaan Kitab Suci, tulisan-tulisan rohani, lukisan-lukisan, film-film, banyak orang mempunyai persepsi tertentu tentang sosok orang kudus ini yang tampil “aneh” dan khotbah-khotbahnya yang penuh kuasa. Yohanes Pembaptis yang muncul di padang gurun Yudea dan memakai jubah bulu unta, mengingatkan orang kepada nabi Elia. Dia memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa (baca Mrk 1:1-8). Cara pewartaan yang ditunjukkan oleh Yohanes Pembaptis memberi kesan kuat adanya urgency, karena dia tahu benar bahwa dirinya diutus oleh Allah sendiri untuk menjadi saksi mengenai TERANG sesungguhnya yang sedang datang ke dalam dunia (Yoh 1:9).

Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak. Namun setelah raja Herodes Antipas ditegur olehnya karena perselingkuhannya dengan Herodias, istri saudaranya, dan karena segala kejahatan lain yang dilakukannya, maka raja Herodes Antipas menambah kejahatannya dengan menjebloskan Yohanes Pembaptis ke dalam penjara (Luk 3:18-19). Pada dasarnya, Herodes Antipas mengagumi Yohanes Pembaptis. Raja ini merasa tertarik pada kesucian Yohanes dan dia senang juga mendengarkan dia. Namun demikian, Herodes Antipas tidak pernah menanggapi seruan Yohanes Pembaptis agar dia bertobat.

Kelekatan kuat Herodes Antipas pada harta-kekayaan, kekuasaan dan status mematahkan setiap hasrat yang muncul dalam dirinya untuk meluruskan hubungannya dengan Allah. Akhirnya, pada pesta perjamuan ulang tahunnya dia terjebak oleh nafsunya sendiri yang menggelora karena tarian eksotis puteri tirinya. Gengsinya mencegahnya untuk melanggar sumpahnya di depan puteri tirinya seusai melakukan suatu tarian erotis, sebuah ucapan sumpah yang memang terasa bodoh itu: “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” (Mrk 6:23). Dengan demikian Herodes Antipas pun dengan terpaksa memerintahkan algojo untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis, sesuai permintaan puteri tirinya, yang dalam tradisi dikenal dengan nama Salome itu. Sebagai catatan, “sumpah bodoh” sedemikian bukanlah monopoli Herodes Antipas, karena setiap orang yang “lupa-daratan” dapat saja dengan mudah mengucapkan “sumpah” seperti itu.

Dalam banyak hal, tanggapan Herodes Antipas terhadap seruan Yohanes Pembaptis mencirikan reaksi sejumlah orang terhadap seruan Yesus. Mereka tertarik pada Yesus dan menemukan bagian-bagian dari ajaran-Nya atau berbagai mukjizat dan tanda-heran yang diperbuat-Nya sebagai hal-hal yang menarik sekali. Namun seruan Yesus agar mereka meninggalkan kehidupan dosa, dan menyerahkan hidup mereka kepada Allah masih terasa sangat berat untuk diikuti. Jadi, mereka tidak pernah menerima “undangan Yesus kepada pemuridan”. Bahkan kita yang telah memutuskan untuk mengikuti-Nya pun masih mengalami pergolakan dan konflik batin. Kita ingin menjadi murid-murid-Nya, namun kadang-kadang terasa seakan Dia menuntut terlalu banyak dari kita. Seperti Herodes Antipas, kita pun menjadi objek dari dua kekuatan yang saling tarik-menarik. Kita pun seringkali tidak dapat lepas dari pergumulan pribadi yang melibatkan pertempuran spiritual.

Apa yang dapat kita lakukan bilamana kita mengalami konflik dalam hati kita (Inggris: intra-personal conflict)? Langkah pertama adalah membuat telinga rohani kita jernih dalam mendengarkan suara-suara dalam batin kita. Suara si Jahat itu licin terselubung, namun dapat dikenali. Dia memunculkan dengan jelas perintah-perintah Allah ketika perintah-perintah tersebut terasa tidak menyenangkan kita; dia memberikan pembenaran-pembenaran yang diperlukan bagi kita untuk membuat suatu kekecualian terhadap kehendak Allah dalam kasus kita (Misalnya: “Kamu sesungguhnya tidak perlu mengampuni saudaramu yang telah membuatmu susah itu”). Akan tetapi suara Roh Kudus selalu mendorong kita untuk memilih jalan yang menuju perdamaian (rekonsiliasi) dan penyembuhan dan mendorong terciptanya kesejahteraan orang-orang lain, meskipun pada awalnya menyakitkan kita.

Kita dapat memproklamasikan kebenaran-kebenaran iman untuk melawan kebohongan-kebohongan Iblis (Misalnya: “Aku tahu bahwa kalau aku mengampuni, maka dosa-dosaku pun akan diampuni. Aku mungkin tidak mempunyai kuasa untuk mengampuni, tetapi Kristus dalam diriku cukup berkuasa untuk mengampuniku sekarang juga!”). Kebenaran-kebenaran iman itu juga dapat kita ungkapkan seturut teladan Yesus pada waktu dicoba oleh Iblis di padang gurun, khususnya seperti yang terdapat dalam Injil Lukas (Luk 4:1-13). Setiap cobaan dari si Jahat kita patahkan dengan dengan ayat-ayat Kitab Suci: “Ada tertulis: Jika jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Mat 6:14-15).


http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Herodes Antipas adalah seorang pengagum-jarak-jauh Yohanes Pembaptis yang akhirnya bertanggung jawab atas kematian orang yang dikaguminya. Kita tidak perlu seperti Herodes Antipas: kita mengagumi Yesus dari kejauhan juga, karena tidak sanggup mengambil sikap positif terhadap panggilan Yesus kepada kita untuk menjadi murid-murid-Nya yang “beneran”. Kita perlu mendengarkan Roh Kudus selagi Dia berbicara melalui batin kita, agar kita dapat mengetahui jalan mana yang harus kita tempuh. Oleh karena marilah kita mohon kepada Roh Kudus untuk membimbing kita dan memberdayakan kita untuk merangkul sepenuhnya kehendak Allah.

DOA: 
Allah, Bapa kami. Engkau mengutus Santo Yohanes Pembaptis sebagai bentara kelahiran dan kematian Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus. Semoga berkat kematiannya sebagai martir dalam membela keadilan dan kebenaran, kami dapat menjadi pribadi-pribadi yang berani sebagai pelayan-pelayan sabda-Mu. 
Amin.