Saya pernah menyaksikan sebuah seni tari dimana para menarinya mampu berganti muka dengan berbagai macam ekspresi. Rupanya para penari itu telah menyediakan topeng-topeng yang memang mereka gunakan sebagai alat dalam tariannya. Saya sempat bertanya-tanya, apakah wajah di balik topeng tersebut memiliki ekspresi yang sama dengan topeng yang ia kenakan? Ternyata ekspresi sesungguhnya jaub berbeda dengan topeng-topeng yang telah mereka kenakan.
Seringkali kita memakai seribu topeng dalam berinteraksi dengan orang lain. Kita memakai topeng untuk bisa menipu dan mencari simpati. Bahkan kita cenderung melupakan “wajah” kita yang sesungguhnya. Tujuah hidup yang salah, akan menghasilkan kualitas kehidupan yang salah pula.
Tuhan tidak pernah memperhatikan seberapa banyak topeng yang kita kenakan. Yang Tuhan inginkan hanyalah ketulusan yang kita miliki. Ketulusan akan mampu memikat hati Tuhan dan membawa kita semakin dekat kepada-Nya. Seribu topeng adalah seribu kebohongan, dan kebohongan adalah duka bagi Tuhan.
Hiduplah dalam ketulusan dan jangan pernah belajar untuk menjadi sama seperti orang dunia yang begitu licik. Tuhan menginginkan hati yang murni tanpa ada duri-duri kelicikkan yang membawa hidup kita jauh dari kemuliaan. Mari kita selidiki diri kita masing-masing, masihkah kita mengenakan topeng kemunafikkan?
Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya.
(Mazmur 73:1)