Seberapa seringpun manusia berusaha untuk memahami Allah dan alam semesta, tidak jarang mereka sampai kesimpulan-kesimpulan sementara yang aneh. Semakin pandai, semakin kaya pengetahuan, semakin panjang gelar mereka, sebagian justru menganggap bahwa Allah itu tidak ada. Mereka lebih percaya kepada jawaban-jawaban logis mereka sendiri, tanpa mau mengenal lebih dalam tentang logikanya Tuhan.
Kolose 2:3 menulis bahwa di dalam Allah tersembunyi segala harta hikmat dan dan pengetahuan. Kesimpulannya, Allah adalah sumber dari harta hikmat dan pengetahuan, baik yang ada dahulu, maupun yang akan ada kemudian. Jadi, kalau ada orang yang menganggap dirinya berpengetahuan tetapi menolak adanya Allah, maka ia sedang memuja pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang benar seharusnya menuntun kita kepada Allah, membuat kita mengakui, mengenal, dan percaya kepada Allah, bahwa pengetahuan yang kita punya sekarang tidak ada apa-apanya dibandingkan pengetahuan Allah semesta alam yang tidak terbatas.
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
(Roma 11:33)