OFMCap.: Peringatan St. Ignatius dari Santhi, Imam,
St. Thomas dari Vilkanova;
St. Mauritius, dan kawan-kawan.
Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mendekati Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya, “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (Luk 8:19-21)
Bacaan Pertama: Ezr 6:7-8,12b,14-20;
Bacaan Pertama: Ezr 6:7-8,12b,14-20;
Mazmur Tanggapan: Mzm 122:1-5
Apakah kiranya yang sampai menyebabkan Ibu dan sanak saudara Yesus lainnya datang untuk bertemu dengan Dia? Injil Markus memberi petunjuk, yaitu ketika dalam perikop “Yesus dituduh kerasukan Beelzebul” (Mrk 3:20-30), keluarga-Nya datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka “Ia tidak waras lagi” (Mrk 3:21). Sekarang, agar supaya kita dapat memahami dengan lebih jernih apa yang kiranya ada dalam pikiran sanak saudara-Nya, marilah kita membayangkan diri kita sendiri sebagai salah seorang saudara sepupu Yesus. Kita telah melihat terjadinya suatu perubahan signifikan dalam hidup Yesus beberapa tahun terakhir kehidupan-Nya. Ketika Yesus berusia 30 tahun, Ia menerima pembaptisan tobat dari Yohanes di Sungai Yordan (Luk 3:21-22) dan setelah itu menjalani puasa selama 40 hari berturut-turut di padang gurun, dan di sana Dia digoda oleh Iblis sendiri (Luk 4:1-13).
Kemudian, dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea dan mengajar di sinagoga-sinagoga di sana (Luk 4:14-15). Ia mulai mengumpulkan 12 orang murid di sekeliling-Nya yang dinamakan para rasul (Luk 6:12-16). Sementara itu Yesus berkeliling mengusir roh-roh jahat, mengajar dengan penuh wibawa dan kuasa, menyembuhkan orang-orang sakit dan mengatakan kepada orang-orang bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni, bahkan membangkitkan anak muda di Nain (Luk 7:11-17). Ia banyak “membuang” waktu dengan para pendosa dan pemungut cukai (Luk 7:36-50). Banyak orang mengikuti Dia. Orang-orang sakit berdesak-desakan untuk mendekati Dia. Dan, orang-orang yang dirasuki roh jahat berteriak dan sujud menyembah Dia. Kerap terjadi, saking sibuknya Dia sampai tak mempunyai waktu untuk makan.
Dari sini kita dapat sedikit memahami mengapa sanak keluarga Yesus menjadi prihatin perihal kesejahteraan jiwa-Nya dan dengan demikian berusaha untuk mengambil Dia dan membawa-Nya pulang. Bagaimana pun juga, mereka tidak tahu secara penuh siapa Yesus ini dan misi apa yang diemban-Nya. Bahkan Maria sendiri, betapa pun kudus dirinya, harus mengalami proses pertumbuhan dalam pemahamannya tentang diri Yesus (Luk 2:19,51).
Pada waktu orang-orang memberitahukan kepada Yesus bahwa ibu-Nya dan sanak saudara-Nya yang lain datang untuk menemui-Nya, Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Luk 8:21). Apa yang terdengar sebagai kata-kata penyangkalan, sesungguhnya adalah sebuah undangan kepada siapa saja untuk menjadi bagian dari keluarga Yesus – untuk menjadi sedekat mungkin dengan-Nya, seperti ibu-Nya dekat dengan diri-Nya. Betapa membahagiakan hati untuk mengetahui bahwa kita semua dapat bertumbuh semakin mendalam dalam pemahaman kita akan Yesus dan dalam kemampuan kita untuk mentaati sabda-Nya. Ini adalah alasan utama mengapa Yesus telah memberikan kepada kita Roh-Nya – yakni untuk mengajar kita dan memberdayakan kita.
Apakah kiranya yang sampai menyebabkan Ibu dan sanak saudara Yesus lainnya datang untuk bertemu dengan Dia? Injil Markus memberi petunjuk, yaitu ketika dalam perikop “Yesus dituduh kerasukan Beelzebul” (Mrk 3:20-30), keluarga-Nya datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka “Ia tidak waras lagi” (Mrk 3:21). Sekarang, agar supaya kita dapat memahami dengan lebih jernih apa yang kiranya ada dalam pikiran sanak saudara-Nya, marilah kita membayangkan diri kita sendiri sebagai salah seorang saudara sepupu Yesus. Kita telah melihat terjadinya suatu perubahan signifikan dalam hidup Yesus beberapa tahun terakhir kehidupan-Nya. Ketika Yesus berusia 30 tahun, Ia menerima pembaptisan tobat dari Yohanes di Sungai Yordan (Luk 3:21-22) dan setelah itu menjalani puasa selama 40 hari berturut-turut di padang gurun, dan di sana Dia digoda oleh Iblis sendiri (Luk 4:1-13).
Kemudian, dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea dan mengajar di sinagoga-sinagoga di sana (Luk 4:14-15). Ia mulai mengumpulkan 12 orang murid di sekeliling-Nya yang dinamakan para rasul (Luk 6:12-16). Sementara itu Yesus berkeliling mengusir roh-roh jahat, mengajar dengan penuh wibawa dan kuasa, menyembuhkan orang-orang sakit dan mengatakan kepada orang-orang bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni, bahkan membangkitkan anak muda di Nain (Luk 7:11-17). Ia banyak “membuang” waktu dengan para pendosa dan pemungut cukai (Luk 7:36-50). Banyak orang mengikuti Dia. Orang-orang sakit berdesak-desakan untuk mendekati Dia. Dan, orang-orang yang dirasuki roh jahat berteriak dan sujud menyembah Dia. Kerap terjadi, saking sibuknya Dia sampai tak mempunyai waktu untuk makan.
Dari sini kita dapat sedikit memahami mengapa sanak keluarga Yesus menjadi prihatin perihal kesejahteraan jiwa-Nya dan dengan demikian berusaha untuk mengambil Dia dan membawa-Nya pulang. Bagaimana pun juga, mereka tidak tahu secara penuh siapa Yesus ini dan misi apa yang diemban-Nya. Bahkan Maria sendiri, betapa pun kudus dirinya, harus mengalami proses pertumbuhan dalam pemahamannya tentang diri Yesus (Luk 2:19,51).
Pada waktu orang-orang memberitahukan kepada Yesus bahwa ibu-Nya dan sanak saudara-Nya yang lain datang untuk menemui-Nya, Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Luk 8:21). Apa yang terdengar sebagai kata-kata penyangkalan, sesungguhnya adalah sebuah undangan kepada siapa saja untuk menjadi bagian dari keluarga Yesus – untuk menjadi sedekat mungkin dengan-Nya, seperti ibu-Nya dekat dengan diri-Nya. Betapa membahagiakan hati untuk mengetahui bahwa kita semua dapat bertumbuh semakin mendalam dalam pemahaman kita akan Yesus dan dalam kemampuan kita untuk mentaati sabda-Nya. Ini adalah alasan utama mengapa Yesus telah memberikan kepada kita Roh-Nya – yakni untuk mengajar kita dan memberdayakan kita.
DOA:
Bapa surgawi, terima kasih Engkau telah memberikan kepada kami iman yang hidup dalam Putera-Mu Yesus Kristus. Oleh Roh Kudus-Mu, buatlah iman-kepercayaan kami menjadi lebih mendalam lagi. Ajarlah kami agar lebih banyak lagi mengenal Yesus sehingga kami dapat mengasihi-Nya dengan lebih mendalam lagi.
Amin.