(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Matius, Rasul & Penulis Injil – Senin, 21 Sept 2015)
Sebab itu, aku, orang yang dipendjarakan karena Tuhan, menasihatkan kamu, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lembah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dengan saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera: Satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan melalui semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing telah diberikan anugerah menurut ukuran pemberian Kristus.
Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
(Ef 4:1-7,11-13)
Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5; Bacaan Injil: Mat 9:9-13
Lewi atau Matius kelihatannya bukanlah seorang kandidat yang cocok untuk memenuhi panggilan Yesus sebagai seorang murid-Nya. Matius adalah seorang pemungut cukai dan kolaborator dengan penguasa Romawi, penjajah dan penindas bangsa Yahudi, karenanya dia dipandang hina, dibenci dan dikutuk oleh bangsanya sendiri serta diperlakukan sebagai seorang pendosa dan “sampah masyarakat”. Namun demikian, Yesus tokh mengundang pendosa ini guna mengikuti jejak-Nya dan kemudian memberi amanat kepadanya untuk menyebar-luaskan Injil Yesus Kristus ke seluruh dunia. Matius merasa sangat berterima kasih penuh syukur karena Yesus menunjukkan kasih-Nya dan penerimaan-Nya terhadap dirinya. Oleh karena itu Matius secara all-out dan penuh entusiasme mempersembahkan seluruh hidupnya guna memenuhi panggilan Yesus terhadap dirinya.
Di bagian terakhir Injil Matius kita membaca Yesus memberi amanat agung (great commission) kepada para murid-Nya: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:18-20). Matius menaruh kepercayaan besar pada kata-kata Yesus ini. Dia memahami bahwa sementara dirinya belum sempurna, Yesus memiliki kuat-kuasa untuk bekerja melalui dirinya. Seperti kita ketahui, dengan berjalannya waktu, great commission dari Yesus ini berubah menjadi great omission, artinya suatu “kelalaian besar” dari sebagian besar umat Kristiani yang lupa akan tugas utama mereka untuk mewartakan Injil Tuhan Yesus Kristus.
Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5; Bacaan Injil: Mat 9:9-13
Lewi atau Matius kelihatannya bukanlah seorang kandidat yang cocok untuk memenuhi panggilan Yesus sebagai seorang murid-Nya. Matius adalah seorang pemungut cukai dan kolaborator dengan penguasa Romawi, penjajah dan penindas bangsa Yahudi, karenanya dia dipandang hina, dibenci dan dikutuk oleh bangsanya sendiri serta diperlakukan sebagai seorang pendosa dan “sampah masyarakat”. Namun demikian, Yesus tokh mengundang pendosa ini guna mengikuti jejak-Nya dan kemudian memberi amanat kepadanya untuk menyebar-luaskan Injil Yesus Kristus ke seluruh dunia. Matius merasa sangat berterima kasih penuh syukur karena Yesus menunjukkan kasih-Nya dan penerimaan-Nya terhadap dirinya. Oleh karena itu Matius secara all-out dan penuh entusiasme mempersembahkan seluruh hidupnya guna memenuhi panggilan Yesus terhadap dirinya.
Di bagian terakhir Injil Matius kita membaca Yesus memberi amanat agung (great commission) kepada para murid-Nya: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:18-20). Matius menaruh kepercayaan besar pada kata-kata Yesus ini. Dia memahami bahwa sementara dirinya belum sempurna, Yesus memiliki kuat-kuasa untuk bekerja melalui dirinya. Seperti kita ketahui, dengan berjalannya waktu, great commission dari Yesus ini berubah menjadi great omission, artinya suatu “kelalaian besar” dari sebagian besar umat Kristiani yang lupa akan tugas utama mereka untuk mewartakan Injil Tuhan Yesus Kristus.
Matius bukanlah sekadar seorang pendosa biasa-biasa saja, namun seorang pendosa yang dikenal umum dan dipandang hina dalam masyarakat. Barangkali Matius pernah berpikir, bahwa kalau begitu halnya, maka siapa yang akan mendengarkan pewartaan Injil olehnya? Tentu saja Matius menyadari akan hal itu. Oleh karena itu, ketika dia menerima panggilan Yesus, Matius menyadari bahwa dia harus menggantungkan seluruh hidupnya kepada Yesus. Walaupun kemampuan dan keterampilan yang dimiliki Matius adalah di bidang pemungutan cukai/pajak, dia menerima secara tanpa syarat rencana Allah bagi hidupnya. Matius meninggalkan ide-idenya sendiri tentang profesi dan mengabdikan sisa hidupnya dengan mewartakan Kabar Baik Yesus. Kepadanya telah diberikan panggilan yang khusus dan ia melakukannya seturut apa yang diperintahkan Allah.
Dalam bacaan hari ini, Paulus menjelaskan bagaimana kita masing-masing – seperti juga Matius – dipanggil oleh Allah untuk suatu tugas khusus. Paulus memahami bahwa pengabdian yang lengkap-total kepada Yesus itu diperlukan. Untuk itu dia menasihati para pembaca suratnya, “supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” (Ef 4:1).
Saudari dan Saudara, marilah sekarang kita berpaling kepada Yesus dan memperkenan-kan-Nya menunjukkan kepada kita misi kita yang khas – walaupun misi tersebut kelihatan sama di mata kita sendiri kalau di bandingkan dengan misi kepada orang lain, atau melampaui kemampuan manusiawi kita. Dalam iman, marilah kita mengikuti contoh yang diberikan oleh Matius – selagi kita dengan rendah hati memandang Yesus dalam iman.
Dalam bacaan hari ini, Paulus menjelaskan bagaimana kita masing-masing – seperti juga Matius – dipanggil oleh Allah untuk suatu tugas khusus. Paulus memahami bahwa pengabdian yang lengkap-total kepada Yesus itu diperlukan. Untuk itu dia menasihati para pembaca suratnya, “supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” (Ef 4:1).
Saudari dan Saudara, marilah sekarang kita berpaling kepada Yesus dan memperkenan-kan-Nya menunjukkan kepada kita misi kita yang khas – walaupun misi tersebut kelihatan sama di mata kita sendiri kalau di bandingkan dengan misi kepada orang lain, atau melampaui kemampuan manusiawi kita. Dalam iman, marilah kita mengikuti contoh yang diberikan oleh Matius – selagi kita dengan rendah hati memandang Yesus dalam iman.
DOA:
Tuhan Yesus, aku menerima panggilan-Mu dengan “rendah hati, lemah lembut, dan sabar” (Ef 4:2). Tunjukkanlah kepadaku peran yang harus kujalankan dalam membangun Kerajaan-Mu. Kuatkanlah diriku dengan kehadiran-Mu. Berdayakanlah aku agar dapat memproklamasikan kebenaran-Mu seperti yang telah dilakukan oleh Santo Matius”.
Amin.