Menurut sejarah, 3 Yohanes ditulis oleh rasul Yohanes kepada Gayus. Gayus yang satu ini pastinya sangat berbeda dengan Gayus Tambunan yang kita tahu, karena Gayus yang ini ditulis sebagai saudara yang dikasihi oleh Yohanes sebab kebaikan hatinya. Diceritakan bahwa ia adalah seorang percaya yang hidup dalam kebenaran, yang tidak segan-segan menolong orang percaya lainnya, meski mereka adalah orang-orang asing, tapi tetap dengan cara yang berkenan kepada Allah. Kesaksian dari orang-orang asing itulah yang sampai ke telinga Yohanes.
Sebagai orang percaya, kita diajar untuk mengasihi semua orang, terlebih saudara-saudara seiman. Seperti halnya Gayus, kita juga wajib untuk menolong orang-orang percaya lainnya. Jika kita hidup dalam kebenaran, yang adalah Kristus dan firman-Nya, maka kita tidak akan segan-segan melakukannya. Bukan dengan cara yang seadanya atau asal-asalan saja, kita melakukannya seperti kita melakukannya untuk Tuhan, yaitu dengan cara yang tepat dan berkenan kepada-Nya.
Sebagai orang percaya, buah hidup kita juga harus dapat dilihat dan disaksikan oleh orang lain. Pohon yang kokoh, berbunga, dan berbuah lebat pasti punya akar yang kuat dan dalam, bukan? Jadi, semakin dalam hidup kita berakar kepada Kristus, semakin banyak buah yang akan kita hasilkan dan dinikmati oleh orang lain. Seperti yang firman Allah katakan; kita ini adalah garam dan terang dunia yang rasa serta cahayanya harus dapat bermanfaat dan dinikmati oleh semua orang agar nama Tuhan dipermuliakan. Kalau hal-hal itu belum kita lakukan, berarti masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita lakukan sebagai orang percaya.
Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.
(1 Yohanes 4:7)