Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku, “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Flp 2:6-11)
Bacaan Pertama: Bil 21:4-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 78:1-2,34-38; Bacaan Injil: Yoh 3:13-17
Pesta gerejawi yang kita rayakan pada hari ini mempunyai sebuah sejarah yang panjang. Penemuan salib Kristus di tanah suci oleh Santa Helena, untuk pertama kali dirayakan dalam Gereja pada tanggal 14 September 365. Perayaan itu diselenggarakan dalam gereja yang dibangun atas perintah putera Helena, Kaisar Roma Konstantinus, di situs Golgota dan makam Yesus. Perayaan untuk memperingati ini menyebar luas dengan cepat di tengah umat Kristiani di seluruh dunia, dan pada abad ke-7, pesta ini digabungkan dengan pesta berkenaan dengan restorasi dari relikwi salib itu yang direbut dari orang-orang Persia – lalu dinamakan “Pesta Kemenangan Salib” atau “Pesta Peninggian Salib” (Feast of the Exaltation of the Cross) dalam kalender liturgi Gereja Roma.
Dunia kuno sungguh merasa ngeri menyaksikan kematian lewat penyaliban – sebuah praktek pemberian hukuman mati yang mengerikan dan memalukan. Akan tetapi, orang-orang Kristiani menghormati salib, baik sebagai tanda penderitaan Yesus maupun piala kemenangan-Nya atas Iblis, dosa dan maut. Kita menghormati salib Kristus karena melalui salib-Nya kita sampai pada pengenalan dan pengalaman akan kasih Yesus kepada kita yang begitu besar dan agung, dan melalui bilur-bilur-Nya kita telah diselamatkan dan disembuhkan (Yes 53:5; bdk. 1Ptr 2:24). Rupert dari Dreutz, seorang rahib dan abas Benediktin pada abad ke-12 mempermaklumkan dengan mengharukan:
“Kita menghormati salib sebagai penjaga iman, penguat harapan, dan takhta kasih. Salib adalah tanda belas kasih, bukti pengampunan, sarana rahmat, dan pataka damai-sejahtera. Kita menghormati salib (Kristus) karena salib itu telah mematahkan kesombongan kita, mencerai-beraikan rasa iri kita, menebus dosa-dosa kita dan menjadi silih terhadap hukuman atas diri kita…….
“Salib Kristus adalah pintu ke surga, kunci masuk ke dalam firdaus, kejatuhan Iblis, pengangkatan umat manusia, konsolasi/penghiburan atas keberadaan kita dalam penjara, hadiah bagu kebebasan kita …… Para tiran dihukum oleh salib (Kristus) dan orang-orang berkuasa dikalahkan oleh salib (Kristus) itu. Salib mengangkat orang-orang susah dan menghormati orang-orang miskin. Salib adalah akhir dari kegelapan, penyebaran terang, kaburnya maut, kapal kehidupan dan kerajaan keselamatan…….
“Apa pun yang kita capai bagi Allah, apa pun yang berhasil kita capai dan harapkan, adalah buah dari penghormatan kita terhadap salib (Kristus). Oleh Salib, Kristus menarik segala sesuatu kepada diri-Nya. Itu adalah kerajaan Bapa, tongkat lambang kekuasaan dari sang Putera, dan meterai Roh Kudus, suatu saksi bagi Tritunggal Mahakudus secara total.”
DOA:
Kami menyembah Engkau, Tuhan Yesus Kristus, di sini dan di semua gereja-Mu yang ada di seluruh dunia; dan kami memuji Engkau, sebab dengan salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia.
Amin