17 Agustus 2015 lalu, seseorang mengupdate sebuah status, “M E R D E K A!” Beberapa waktu kemudian, sebuah tanggapan pun masuk. “Merdeka?” Tanggapan yang sedikit mengejutkan dan cukup menggelitik, apalagi jika itu ternyata datang dari seorang hamba Tuhan. Apakah dia mengatakannya karena dia sedang merasa tidak merdeka? Kalau iya, apa yang membuatnya merasa tidak merdeka?
Paulus dalam 2 Korintus 3 hendak menyampaikan kepada kita bahwa Ia sudah merdeka dalam artian yang sesungguhnya, dan bahwa kita juga bisa mengalami kemerdekaan yang sama seperti yang dirasakannya. Tapi, apa maksud dari kebenaran yang sesungguhnya itu? Bagaimana mungkin pengalaman itu datang dari seseorang yang dicari-cari dan dibenci oleh orang-orang Yahudi?
Paulus dan para rasul lainnya tahu bahwa inti dari seluruh Perjanjian Lama adalah Yesus dan itulah sebabnya mengapa mereka merdeka, berbicara begitu lantang, tanpa rasa takut terhadap berbagai kesulitan dan ancaman kematian yang mungkin datang tentang kebenaran yang tidak pernah bisa dipahami oleh orang-orang Yahudi ini. Kalau kita mengenal dan percaya kepada Yesus seperti halnya Paulus, kita juga akan merdeka dalam mengatakan dan melakukan kebenaran. Akan tetapi, sejauh mana kita sudah mengenal dan percaya kepada-Nya? Di dalam Yesus ada segala kemerdekaan yang kita butuhkan. Baik kemerdekaan atas ketakutan, kegagalan, masalah, bahkan dosa dan kematian, semuanya akan digantikan oleh kebenaran dan kemenangan di dalam Yesus Kristus. Jadi, percaya dan hiduplah di dalam Dia.
Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.
(2 Korintus 3:17)