Dunia sedang mengalami goncangan ekonomi. Beberapa waktu lalu daging sapi langka. Disusul dengan daging ayam yang langka. Sekarang, harga kedelai juga ikut naik; itu bukan barang murah lagi. Dollar bahkan sudah mencapai Rp. 14.000,-. “Ah, itu kan dollar; saya kan tidak memakai dollar! Tidak pengaruh kali.” “Dollar naik tidak ada efek sama saya kok. Buat apa pusing?” “Sekarang sudah beda! Buktinya kita tidak krismon lagi seperti tahun 99 lalu kok!”
Kawan, kita tinggal dan hidup di Indonesia sekali lagi bukan tanpa alasan. Allah tidak menempatkan kita di tengah-tengah masyarakat, teman-teman sekolah dan seprofesi, agar kita fokus pada diri sendiri. Ia ingin kita menjadi garam dan terang dunia; hidup bukan untuk sembunyi atau menyendiri, melainkan untuk keluar dan memberi dampak cahaya & rasa bagi sekeliling kita. Kalau keadaan memburuk, apa yang tidak semestinya terjadi justru terjadi, maka kita harus melakukan sesuatu.
Daniel, demi mendengar bahwa raja memaklumkan titah agar seluruh kerajaan tidak menyembah allah manapun selain dirinya, masuk ke kamarnya dan berdoa kepada Allah, tanpa merasa takut kepada hukuman raja (Daniel 6:10). Nehemia, begitu mendengar bahwa tembok Yerusalem telah luluh lantak, terduduk menangis dan berkabung, berpuasa dan berdoa kepada Allah (Nehemia 1:4).
Allah sedang mencari seseorang yang mau berdiri untuk Indonesia, seseorang yang mau menangis dan bersyafaat untuknya. Kalau Ia tidak menemukannya dari antara kita, maka Indonesia berada di hadapan kehancurannya. Sekarang adalah saatnya kita melakukan sesuatu, kawan. Jangan menunggu-nunggu atau bersikap acuh tak acuh lagi.
Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya.
(Yehezkiel 22:30)