Apakah Anda pernah berpikir, “Kalau bukan saya yang bekerja, mana bisa keluarga saya hidup?” atau “Kalau bukan saya yang mengatur semuanya, mana ada kerjaan di kantor yang beres?” Hati-hati dengan pikiran seperti itu karena hal itu adalah suatu bentuk kesombongan tersembunyi. Saat kita berpikir atau berkata seperti itu sebenarnya kita sedang mengagungkan diri sendiri melebihi Allah. Kita berpikir, kitalah yang menjadikan keluarga atau perusahaan kita mampu bertahan. Padahal, tidak begitu kebenarannya.
Salomo memperingatkan kita akan hal tersebut dalam nyanyian ziarahnya yang kemudian dicatat sebagai Mazmur 127. Frasa kunci dalam Mazmur Salomo ini adalah “Jikalau bukan Tuhan yang...” Ya, jika bukan Tuhan yang memberkati kita, seberapa keras pun usaha kita tidak akan membuat keluarga kita bertahan hidup. Jika bukan Tuhan yang memberkati pekerjaan kita, mungkin kantor atau toko atau bisnis yang kita kelola sudah gulung tikar dari dulu.
Hari ini marilah kita merenungkan kata-kata Salomo ini, “Jikalau bukan TUHAN yang..., sia-sialah...” Kita dapat melengkapi sendiri titik-titiknya. Kebenaran ini dapat diberlakukan dalam berbagai sisi kehidupan kita, seperti dalam kehidupan pernikahan, membesarkan anak, membangun relasi, dan pelayanan di gereja. Jikalau bukan Tuhan yang campur tangan, sia-sialah semua usaha kita, sekeras apa pun itu. Biarlah kebenaran ini mendorong kita untuk terus mengandalkan pemeliharaan dan kedaulatan Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Salomo memperingatkan kita akan hal tersebut dalam nyanyian ziarahnya yang kemudian dicatat sebagai Mazmur 127. Frasa kunci dalam Mazmur Salomo ini adalah “Jikalau bukan Tuhan yang...” Ya, jika bukan Tuhan yang memberkati kita, seberapa keras pun usaha kita tidak akan membuat keluarga kita bertahan hidup. Jika bukan Tuhan yang memberkati pekerjaan kita, mungkin kantor atau toko atau bisnis yang kita kelola sudah gulung tikar dari dulu.
Hari ini marilah kita merenungkan kata-kata Salomo ini, “Jikalau bukan TUHAN yang..., sia-sialah...” Kita dapat melengkapi sendiri titik-titiknya. Kebenaran ini dapat diberlakukan dalam berbagai sisi kehidupan kita, seperti dalam kehidupan pernikahan, membesarkan anak, membangun relasi, dan pelayanan di gereja. Jikalau bukan Tuhan yang campur tangan, sia-sialah semua usaha kita, sekeras apa pun itu. Biarlah kebenaran ini mendorong kita untuk terus mengandalkan pemeliharaan dan kedaulatan Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan kita.
JIKA TUHAN TIDAK IKUT CAMPUR DALAM HIDUP KITA,
TIDAK ADA HAL BAIK YANG DAPAT KITA HASILKAN