Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

25 September 2015

Mati Bersama Kristus

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Jumat, 25 September 2015)


http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/


Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka, “Kata orang banyak, siapakah Aku ini? Jawab mereka, “Yohanes Pembaptis, yang lain mengatakan: Elia, yang lain lagi mengatakan bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” Yesus bertanya kepada mereka, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus, “Mesias dari Allah.” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun.

Kemudian Yesus berkata, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Luk 9:18-22)

Bacaan Pertama: Hag 2:1b-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 43:1-4 


“Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga” (Luk 9:22). Di sini Yesus bernubuat tentang penderitaan sengsara dan wafat-Nya, pada saat mana Dia menumpahkan darah-Nya untuk penebusan kita.

Banyak orang memandang penderitaan, mati untuk orang-orang lain, menumpahkan darah sebagai suatu tanda pemberian-diri penuh kemurahan hati. Pada jam-jam yang paling gelap dalam Perang Dunia II, pada saat Winston Churchill mengatakan kepada rakyatnya bahwa dia tidak mempunyai apa-apa untuk ditawarkan kepada mereka selain “darah, keringat dan air mata”, maka sebenarnya dia menggunakan suatu imaji yang dipahami oleh seluruh dunia. Bagi orang Yahudi, darah memiliki signifikansi yang istimewa. Darah mengingatkan mereka pada hewan untuk kurban yang dipersembahkan membebaskan orang dari hukuman mati. “Keluaran” mereka dari perbudakan di tanah Mesir merupakan memori yang tertanam dalam kesadaran mereka. Dan “keluaran” ini merupakan akibat langsung dari pembunuhan anak-anak sulung Mesir, ketika orang-orang Yahudi diselamatkan karena darah kambing domba yang disapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu rumah mereka (Kel 12:21-23).



http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

“Surat kepada orang Ibrani” membuat pernyataan tegas seperti berikut; “… tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibr 9:22). Darah Yesus Kristus yang dipersembahkan tanpa cela kepada Allah membersihkan hati nurani kita dari pekerjaan-pekerjaan maut dan membawa kita kepada penyembahan Allah yang hidup. Darah Kristus ini membersihkan kita, bukan dalam artian yang lahiriah (khasat mata), melainkan secara batiniah. Darah Kristus tidak hanya membersihkan diri kita, melainkan juga menebus kita.

Akan tetapi semua ini bukan sesuatu yang bersifat satu arah. Perjanjian Baru, seperti juga Perjanjian Lama, adalah sebuah perjanjian, dan tidak ada perjanjian yang bersifat sepihak. Artinya, kita pun harus melakukan bagian kita juga, artinya kewajiban kita! Kita harus menanggapi panggilan Allah untuk ikut ambil bagian dalam misteri Paskah. Secara batiniah kita harus mempersatukan diri kita dengan Kristus dalam penderitaan dan kematian-Nya. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita harus membuka hati kita bagi darah Kristus yang memiliki daya penebusan itu. Kita harus menyatu dengan Kristus dalam pemberian-diri, dalam suatu hidup yang tidak mementingkan diri sendiri dan penuh cintakasih, tanpa menghitung-hitung biayanya dalam darah, keringat dan air mata.



DOA: 

Tuhan Yesus, jika kami telah mati bersama-Mu, ya Tuhan, kami percaya bahwa kami pun akan bangkit dan hidup bersama-Mu di surga. Terpujilah nama-Mu sekarang dan selama-lamanya. 
Amin.