Sang Bunda tidak pernah lelah mengasuh
Sebab ia tahu bahwa Putranya sungguh berharga
Sang Ayah tidak pernah lagi mengeluh
Karena ia tahu Anaknya itu istimewa
Mutiara yang dipendam akan dijaga pemiliknya
Mempelai yang datang dinantikan dengan rajin
Sebab ada yang jauh lebih berharga
Dari sekedar perjuangan sekarang ini
Keluarga-Keluarga di mana
saja,
Kita semua sedang mempersiapkan masa depan yang
baik buat keluarga kita. kita ingin mempersiapkan suatu situasi yang lebih muda,
sejahtera, jauh dari kesulitan, untuk anak-anak dan seluruh keluarga. Kita
memberi perhatian yang serius pada keluarga karena tahu bahwa masa depan berasal
dari perhatian kita hari ini juga.
Perhatian dan perjuangan setiap keluarga berbeda.
Ada yang mudah, karena berkecukupan secara finansial; ada yang hangat, karena
biasa berjuang bersama-sama meskipun tidak kaya raya. Ada pula yang penuh
perjuangan karena kesulitan fisik dan finansial. Mereka yang miskin dan cacat
barangkali mempunyai perjuangan berbeda membangun masa depannya. Mereka yang
pecah dan hidup terpisah lebih sulit lagi membuat perencanaan karena sulitnya
berkomunikasi.
Di antara banyak peristiwa itu, ada lebih banyak
keluarga dalam situasi sedang, tidak terlalu menderita, tidak kaya raya.
Kebanyakan keluarga dalam situasi biasa. Apakah Anda termasuk dalam situasi ini?
Apa yang Anda lakukan untuk masa depan Anda dan keluarga? Apakah Anda telah
mempersiapkan masa depan mereka dengan cermat dan penuh tanggung jawab?
Saya berjumpa dengan pasutri yang inspiratif.
Mereka telah menikah 57 tahun. Saat ini keduanya berusia di atas 75 tahun. Kisah
mereka pasti mengenai cara didik anak yang kuno, keras dan tidak popular
sekarang ini. Mereka membiasakan anak-anak tidak memegang uang saku. Ibu membuat
makanan buat bekal anak-anak di sekolah. Gaji sebagai tentara tentu pas-pasan.
Anak-anak mengeluh, tetapi mereka tahu pasti bahwa orangtua mereka tidak
bergeming dan berlaku adil. Seluruh keluarga tidak pernah bermewah-mewah, tetapi
mereka semua sekolah di sekolah Katolik yang tidak murah.
Pasutri ini tegas mengatakan agar anak-anak
berpacaran dengan teman seiman. Alasannya jelas, “Kamu boleh berteman dengan
siapa saja, tetapi pasangan hidup tetap harus Katolik.” Klise tetapi menantang
untuk diterapkan sekarang ini. Kesulitan karena pernikahan campur tidak dialami
oleh semua anak-anak mereka, karena mereka yakin dan disiplin menyampaikan
ajaran kepada anak-anak mereka yang jumlahnya 6 orang. Kekuatan cinta dan iman
telah mengalahkan segala ketakutan dan menumpas segala hambatan dari luar bagi
seluruh keluarga mereka.
Saya tidak ingin bermimpi. Sebagai imam yang
berjuang bersama keluarga-keluarga di Jakarta, saya ingin mewujudkan mimpi ini
menjadi nyata. Seluruh orangtua harus tahu bagaimana mendidik anak-anak dengan
benar, penuh kasih, dan dalam iman yang tak tergoyahkan. Mendengar pasutri yang
sekarang telah renta ini, saya terharu. Semua anak-anak mereka tidak mengalami
luka batin, sebab mereka tahu maksud sebenarnya dari orangtua mereka.
Mendidik anak-anak bukan dengan pukulan, tetapi
dengan disiplin dan keadilan. Orangtua yang baik tidak menjilat ludahnya
sendiri. Mereka menerapkan sepenuhnya apa yang diajarkan sebagai benar bagi
putra-putrinya. Orangtua yang sederhana membawa anak-anak dalam terang, karena
mereka tidak pernah coba-coba dan memberikan yang sekedarnya bagi pendidikan
mereka.
Keluarga-keluarga yang terkasih, belajar dari
keluarga Kudus, khususnya Maria dan Yosef yang bertekun dalam panggilan mereka
sampai akhir, marilah kita memberikan hidup yang sekali ini untuk mengukir nama
indah di hati putra-putri kita. Mulai masa dikandung sampai mereka mandiri dan
menikah, Anda tetaplah orangtua yang tak tergantikan. Bertekun dalam iman dan
kebenaran, memberi waktu secukupnya, berbahasa cinta setiap hari, berjuang
bersama anak-anak tercinta, adalah kesempatan yang tak anak pernah kembali
lagi.
Sebentar lagi, pada bulan Juni, kita akan
bersama-sama belajar menjadi orangtua Katolik. Kursus Orangtua Katolik (KONTAK)
akan diselenggarakan. Beberapa orang dari setiap paroki akan diundang. Mereka
akan menjadi pengajar untuk pendidikan orangtua. Saya dan para imam di Keuskupan
Agung Jakarta (KAJ) mencoba membantu merencanakan masa depan minim-masalah,
dengan mendidik semua orangtua Katolik menjadi orangtua yang arif dan sadar
–peran.
Bukanlah mimpi menciptakan kembali
keluarga-keluarga kudus di jaman ini. Paus kita telah mengangkat pasutri menjadi
beato-beata, Luigi and Maria Beltrame Quattrocchi.kini saatnya Anda
berjuang meneladan mereka. Saya percaya, jika kita setia dan berusaha sungguh,
masa depan akan menjadi hadiah istimewa. Kita tidah usah takut akan masa depan,
karena kesulitannya akan berbeda, tetapi setiap usaha cinta akan membawa
kekuatan bagi anak-anak kita melampaui segala halangan itu dengan tangguh dan
percaya.
Sabda Tuhan mengatakan, “Kamu akan menjadi
bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus
kaukatakan kepada orang Israel.” (Kel.19:6). Semoga Bulan Maria menjadi
bulan keluarga lagi buat kita. Mengenang Maria bukan hanya mengenang namanya,
atau sekedar meminta berkat, tetapi belajar menjadi berkat sejak sekarang bagi
putra-putri yang kita kasihi. Saya berdoa buat Anda sekalian. Tuhan
memberkati.
Rm. Alexander Erwin Santoso MSF